Home > 06 Juni 2010

06 Juni 2010

Mbak Ira Suster Cantikku

Senin, 07 Juni 2010 Category : 0

Cerita ini terjadi beberapa tahun yang lalu, dimana saat itu saya sedang dirawat di rumah sakit untuk beberapa hari. Saya masih duduk di kelas 2 SMA pada saat itu. Dan dalam urusan asmara, khususnya "bercinta" saya sama sekali belum memiliki pengalaman berarti. Saya tidak tahu bagaimana memulai cerita ini, karena semuanya terjadi begitu saja. Tanpa kusadari, ini adalah awal dari semua pengalaman asmaraku sampai dengan saat ini.

Sebut saja nama wanita itu Ira, karena jujur saja saya tidak tahu siapa namanya. Ira adalah seorang suster rumah sakit dimana saya dirawat. Karena terjangkit gejala pengakit hepatitis, saya harus dirawat di Rumah sakit selama beberapa hari. Selama itu juga Ira setiap saat selalu melayani dan merawatku dengan baik. Orang tuaku terlalu sibuk dengan usaha pertokoan keluarga kami, sehingga selama dirumah sakit, saya lebih banyak menghabiskan waktu seorang diri, atau kalau pas kebetulan teman-temanku datang membesukku saja.

Yang kuingat, hari itu saya sudah mulai merasa agak baikkan. Saya mulai dapat duduk dari tempat tidur dan berdiri dari tempat tidur sendiri. Padahal sebelumnya, jangankan untuk berdiri, untuk membalikkan tubuh pada saat tidurpun rasanya sangat berat dan lemah sekali. Siang itu udara terasa agak panas, dan pengap. Sekalipun ruang kamarku ber AC, dan cukup luas untuk diriku seorang diri. Namun, saya benar-benar merasa pengap dan sekujur tubuhku rasanya lengket. Yah, saya memang sudah beberapa hari tidak mandi. Maklum, dokter belum mengijinkan aku untuk mandi sampai demamku benar-benar turun.

Akhirnya saya menekan bel yang berada disamping tempat tidurku untuk memanggil suster. Tidak lama kemudian, suster Ira yang kuanggap paling cantik dan paling baik dimataku itu masuk ke kamarku.
"Ada apa Dik?" tanyanya ramah sambil tersenyum, manis sekali.
Tubuhnya yang sintal dan agak membungkuk sambil memeriksa suhu tubuhku membuat saya dapat melihat bentuk payudaranya yang terlihat montok dan menggiurkan.
"Eh, ini Mbak. Saya merasa tubuhku lengket semua, mungkin karena cuaca hari ini panas banget dan sudah lama saya tidak mandi. Jadi saya mau tanya, apakah saya sudah boleh mandi hari ini mbak?", tanyaku sambil menjelaskan panjang lebar.
Saya memang senang berbincang dengan suster cantik yang satu ini. Dia masih muda, paling tidak cuma lebih tua 4-5 tahun dari usiaku saat itu. Wajahnya yang khas itupun terlihat sangat cantik, seperti orang India kalau dilihat sekilas.
"Oh, begitu. Tapi saya tidak berani kasih jawabannya sekarang Dik. Mbak musti tanya dulu sama Pak dokter apa adik sudah boleh dimandiin apa belum", jelasnya ramah.

Mendengar kalimatnya untuk "memandikan", saya merasa darahku seolah berdesir keatas otak semua. Pikiran kotorku membayangkan seandainya benar Mbak Ira mau memandikan dan menggosok-gosok sekujur tubuhku. Tanpa sadar saya terbengong sejenak, dan batang kontolku berdiri dibalik celana pasien rumah sakit yang tipis itu.
"Ihh, kamu nakal deh mikirnya. Kok pake ngaceng segala sih, pasti mikir yang ngga-ngga ya. hi hi hi".
Mbak Ira ternyata melihat reaksi yang terjadi pada penisku yang memang harus kuakui sempat mengeras sekali tadi. Saya cuma tersenyum menahan malu dan menutup bagian bawah tubuhku dengan selimut.
"Ngga kok Mbak, cuma spontanitas aja. Ngga mikir macem-macem kok", elakku sambil melihat senyumannya yang semakin manis itu.
"Hmm, kalau memang kamu mau merasa gerah karena badan terasa lengket Mbak bisa mandiin kamu, kan itu sudah kewajiban Mbak kerja disini. Tapi Mbak bener-bener ngga berani kalau Pak dokter belum mengijinkannya", lanjut Mbak Ira lagi seolah memancing gairahku.
"Ngga apa-apa kok mbak, saya tahu Mbak ngga boleh sembarangan ambil keputusa" jawabku serius, saya tidak mau terlihat "nakal" dihadapan suster cantik ini. Lagi pula saya belum pengalaman dalam soal memikat wanita.

Suster Ira masih tersenyum seolah menyimpan hasrat tertentu, kemudian dia mengambil bedak Purol yang ada diatas meja disamping tempat tidurku.
"Dik, Mbak bedakin aja yah biar ngga gerah dan terasa lengket", lanjutnya sambil membuka tutup bedak itu dan melumuri telapak tangannya dengan bedak.
Saya tidak bisa menjawab, jantungku rasanya berdebar kencang. Tahu-tahu, dia sudah membuka kancing pakaianku dan menyingkap bajuku. Saya tidak menolak, karena dibedakin juga bisa membantu menghilangkan rasa gerah pikirku saat itu. Mbak Ira kemudian menyuruhku membalikkan badan, sehingga sekarang saya dalam keadaan tengkurap diatas tempat tidur.

Tangannya mulai terasa melumuri punggungku dengan bedak, terasa sejuk dan halus sekali. Pikiranku tidak bisa terkontrol, sejak dirumah sakit, memang sudah lama saya tidak membayangkan hal-hal tentang seks, ataupun melakukan onani sebagaimana biasanya saya lakukan dirumah dalam keadaan sehat. Kontolku benar-benar berdiri dan mengeras tertimpa oleh tubuhku sendiri yang dalam keadaan tenglungkup. Rasanya ingin kugesek-gesekkan kontolku di permukaan ranjang, namun tidak mungkin kulakukan karena ada Mbak Ira saat ini. fantasiku melayang jauh, apalagi sesekali tangannya yang mungil itu meremas pundakku seperti sedang memijat. Terasa ada cairan bening mengalir dari ujung kontolku karena terangsang.

Beberapa saat kemudian Mbak Ira menyuruhku membalikkan badan. Saya merasa canggung bukan main, karena takut dia kembali melihat kontolku yang ereksi.
"Iya Mbak..", jawabku sambil berusaha menenangkan diri, sayapun membalikkan tubuhku.
Kini kupandangi wajahnya yang berada begitu dekat denganku, rasanya dapat kurasakan hembusan nafasnya dibalik hidung mancungnya itu. Kucoba menekan perasaan dan pikiran kotorku dengan memejamkan mata.
Sekarang tangannya mulai membedaki dadaku, jantungku kutahan sekuat mungkin agar tidak berdegup terlalu kencang. Saya benar-benar terangsang sekali, apalagi saat beberapa kali telapak tangannya menyentuh putingku.
"Ahh, geli dan enak banget", pikirku.
"Wah, kok jadi keras ya? he he he", saya kaget mendengar ucapannya ini.
"Ini loh, putingnya jadi keras.. kamu terangsang ya?"

Mendengar ucapannya yang begitu vulgar, saya benar-benar terangsang. Kontolku langsung berdiri kembali bahkan lebih keras dari sebelumnya. Tapi saya tidak berani berbuat apa-apa, cuma berharap dia tidak melihat kearah kontolku. Saya cuma tersenyum dan tidak bicara apa-apa. Ternyata Mbak Ira semakin berani, dia sekarang bukan lagi membedaki tubuhku, melainkan memainkan putingku dengan jari telunjuknya. Diputar-putar dan sesekali dicubitnya putingku.
"Ahh, geli Mbak. Jangan digituin", kataku menahan malu.
"Kenapa? Ternyata cowok bisa terangsang juga yah kalau putingnya dimainkan gini", lanjutnya sambil melepas jari-jari nakalnya.
Saya benar-benar kehabisan kata-kata, dilema kurasakan. Disatu sisi saya ingin terus di"kerjain" oleh Mbak Ira, satu sisi saya merasa malu dan takut ketahuan orang lain yang mungkin saja tiba-tiba masuk.

"Dik Iwan sudah punya pacar?", tanya Mbak Ira kepadaku.
"Belum Mbak", jawabku berdebar, karena membayangkan ke arah mana dia akan berbicara.
"Dik Iwan, pernah main sama cewek ngga?", tanyanya lagi.
"Belum mbak" jawabku lagi.
"hi.. hi.. hi.. masa ngga pernah main sama cewek sih", lanjutnya centil.
Aduh pikirku, betapa bodohnya saya bisa sampai terjebak olehnya. Memangnya "main" apaan yang saya pikirkan barusan. Pasti dia berpikir saya benar-benar "nakal" pikirku saat itu.
"Pantes deh, de Iwan dari tadi Mbak perhatiin ngaceng terus, Dik Iwan mau main-main sama Mbak ya?
Wow, nafsuku langsung bergolak. Saya cuma terbengong-bengong. Belum sempat saya menjawab, Mbak Ira sudah memulai aksinya. Dicumbuinya dadaku, diendus dan ditiup-tiupnya putingku. Terasa sejuk dan geli sekali, kemudian dijilatnya putingku, dan dihisap sambil memainkan putingku didalam mulutnya dengan lidah dan gigi-gigi kecilnya.
"Ahh, geli Mbak"m rintihku keenakan.

Kemudian dia menciumi leherku, telingaku, dan akhirnya mulutku. Awalnya saya cuma diam saja tidak bisa apa-apa, setelah beberapa saat saya mulai berani membalas ciumannya. Saat lidahnya memaksa masuk dan menggelitik langit-langit mulutku, terasa sangat geli dan enak, kubalas dengan memelintir lidahnya dengan lidahku. Kuhisap lidahnya dalam-dalam dan mengulum lidahnya yang basah itu. Sesekali saya mendorong lidahku kedalam mulutnya dan terhisap oleh mulutnya yang merah tipis itu. Tanganku mulai berani, mulai kuraba pinggulnya yang montok itu. Namun, saat saya mencoba menyingkap rok seragam susternya itu, dia melepaskan diri.
"Jangan di sini Dik, ntar kalau ada yang tiba-tiba masuk bisa gawat", katanya.
Tanpa menunggu jawabanku, dia langsung menuntunku turun dari tempat tidur dan berjalan masuk ke kamar mandi yang terletak disudut kamar.

Di dalam kamar mandi, dikuncinya pintu kamar mandi. Kemudian dia menghidupkan kran bak mandi sehingga suara deru air agak merisik dalam ruang kecil itu. Tangannya dengan tangkas menanggalkan semua pakaian dan celanaku sampai saya telangjang bulat. Kemudian dia sendiripun melepas topi susternya, digantungnya di balik pintu, dan melepas beberapa kancing seragamnya sehingga saya sekarang dapat melihat bentuk sempurna payudaranya yang kuning langsat dibalik Bra-nya yang berwarna hitam. Kami pun melanjutkan cumbuan kami, kali ini lebih panas dan bernafsu. Saya belum pernah berciuman dengan wanita, namun Mbak Ira benar-benar pintar membimbingku. Sebentar saja sudah banyak jurus yang kepelajari darinya dalam berciuman. Kulumat bibirnya dengan bernafsu. Kontolku yang berdiri tegak kudekatkan kepahanya dan kugesek-gesekkan. Ahh enak sekali. Tanganku pun makin nekat meremas dan membuka Bra-nya. Kini dia sudah bertelanjang dada dihadapanku, kuciumi puting susunya, kuhisap dan memainkannya dengan lidah dan sesekali menggigitnya.
"Yes, enak.. ouh geli Wan, ah.. kamu pinter banget sih", desahnya seolah geram sambil meremas rambutku dan membenamkannya ke dadanya.

Kini tangannya mulai meraih kontolku, digenggamnya. Tersentak saya dibuatnya. Genggamannya begitu erat, namun terasa hangat dan nikmat. Saya pun melepas kulumanku di putingnya, kini kududuk diatas closet sambil membiarkan Mbak Ira memainkan kontolku dengan tangannya. Dia jongkok mengahadap selangkanganku, dikocoknya kontolku pelan-pelan dengan kedua tangannya.
"Ahh, enak banget Mbak.. asik.. ahh.. ahh..", desahku menahan agar tidak menyemburkan maniku cepat-cepat.
Kuremas payudaranya saat dia terus mengocok kontolku, sekarang kulihat dia mulai menyelipkan tangan kirinya diselangkannya sendiri, digosok-gosoknya tangannya ke arah memeknya sendiri. Melihat aksinya itu saya benar-benar terangsang sekali. Kujulurkan kakiku dan ikut memainkan memeknya dengan jempol kakiku. Ternyata dia tidak mengelak, dia malah melepas celana dalamnya dan berjongkok tepat diatas posisi kakiku.

Kami saling melayani, tangannya mengocok kontolku pelan sambil melumurinya dengan ludahnya sehingga makin licin dan basah, sementara saya sibuk menggelitik memeknya yang ditumbuhi bulu-bulu keriting itu dengan kakiku. Terasa basah dan sedikit becek, padahal saya cuma menggosok-gosok saja dengan jempol kaki.
"Yes.. ah.. nakal banget kamu Wan.. em, em, eh.. enak banget", desahnya keras.
Namun suara cipratan air bak begitu keras sehingga saya tidak khawatir didengar orang. Saya juga membalas desahannya dengan keras juga.
"Mbak Ira, sedotin kontol saya dong.. please.. saya kepingin banget", pintaku karena memang sudah dari tadi saya mengharapkan sedotan mulutnya di kontolku seperti adegan film BF yang biasa kutonton.
"Ih.. kamu nakal yah", jawabnya sambil tersenyum.
Tapi ternyata dia tidak menolak, dia mulai menjilati kepala kontolku yang sudah licin oleh cairan pelumas dan air ludahnya itu. Saya cuma bisa menahan nafas, sesaat gerakan jempol kakiku terhenti menahan kenikmatan yang sama sekali belum pernah kurasakan sebelumnya.

Dan tiba-tiba dia memasukkan kontolku ke dalam mulutnya yang terbuka lebar, kemudian dikatupnya mulutnya sehingga kini kontolku terjepit dalam mulutnya, disedotnya sedikit batang kontolku sehingga saya merasa sekujur tubuhku serasa mengejang, kemudian ditariknya kontolku keluar.
"Ahh.. ahh..", saya mendesah keenakkan setiap kali tarikan tangannya dan mulutnya untuk mengeluarkan kontolku dari jepitan bibirnya yang manis itu.
Kupegang kepalanya untuk menahan gerakan tarikan kepalanya agar jangan terlalu cepat. Namun, sedotan dan jilatannya sesekali disekeliling kepala kontolku didalam mulutnya benar-benar terasa geli dan nikmat sekali.
Tidak sampai diulang 10 kali, tiba-tiba saya merasa getaran di sekujur batang kontolku. Kutahan kepalanya agar kontolku tetap berada dsidalam mulutnya. Seolah tahu bahwa saya akan segera "keluar", Mbak Ira menghisap semakin kencang, disedot dan terus disedotnya kontolku. Terasa agak perih, namun sangat enak sekali.
"AHH.. AHH.. Ahh.. ahh", teriakku mendadak tersemprot cairan mani yang sangat kental dan banyak karena sudah lama tidak dikeluarkan itu kedalam mulut Mbak Ira.

Dia terus memnghisap dan menelan maniku seolah menikmati cairan yang kutembakkan itu, matanya merem-melek seolah ikut merasakan kenikmatan yang kurasakan. Kubiarkan beberapa saat kontolku dikulum dan dijilatnya sampai bersih, sampai kontolku melemas dan lunglai, baru dilepaskannya sedotannya. Sekarang dia duduk di dinding kamar mandi, masih mengenakan pakaian seragam dengan kancing dan Bra terbuka, ia duduk dan mengangkat roknya ke atas, sehingga kini memeknya yang sudah tidak ditutupi CD itu terlihat jelas olehku. Dia mebuka lebar pahanya, dan digosok-gosoknya memeknya dengan jari-jari mungilnya itu. Saya cuma terbelalak dan terus menikmati pemandangan langka dan indah ini. Sungguh belum pernah saya melihat seorang wanita melakukan masturbasi dihadapanku secara langsung, apalagi wanita itu secantik dan semanis Mbak Ira. Sesaat kemudian kontolku sudah mulai berdiri lagi, kuremas dan kukocok sendiri kontolku sambil tetap duduk di atas toilet sambil memandang aktifitas "panas" yang dilakukan Mbak Ira. Desahannya memenuhi ruang kamar mandi, diselingi deru air bak mandi sehingga desahan itu menggema dan terdengar begitu menggoda.

Saat melihat saya mulai ngaceng lagi dan mulai mengocok kontol sendiri, Mbak Ira tampak semakin terangsang juga.
Tampak tangannya mulai menyelip sedikit masuk kedalam memeknya, dan digosoknya semakin cepat dan cepat. Tangan satunya lagi memainkan puting susunya sendiri yang masih mengeras dan terlihat makin mancung itu.
"Ihh, kok ngaceng lagi sih.. belum puas ya..", canda Mbak Ira sambil mendekati diriku.
Kembali digenggamnya kontolku dengan menggunakan tangan yang tadi baru saja dipakai untuk memainkan memeknya. Cairan memeknya di tangan itu membuat kontolku yang sedari tadi sudah mulai kering dari air ludah Mbak Ira, kini kembali basah. Saya mencoba membungkukkan tubuhku untuk meraih memeknya dengan jari-jari tanganku, tapi Mbak Ira menepisnya.
"Ngga usah, biar cukup Mbak aja yang puasin kamu.. hehehe", agak kecewa saya mendengar tolakannya ini.
Mungkin dia khawatir saya memasukkan jari tanganku sehingga merusak selaput darahnya pikirku, sehingga saya cuma diam saja dan kembali menikmati permainannya atas kontolku untuk kedua kalinya dalam kurun waktu 10 menit terakhir ini.

Kali ini saya bertahan cukup lama, air bak pun sampai penuh sementara kami masih asyik "bermain" di dalam sana. Dihisap, disedot, dan sesekali dikocoknya kontolku dengan cepat, benar-benar semua itu membuat tubuhku terasa letih dan basah oleh peluh keringat. Mbak Ira pun tampak letih, keringat mengalir dari keningnya, sementara mulutnya terlihat sibuk menghisap kontolku sampai pipinya terlihat kempot. Untuk beberapa saat kami berkonsentrasi dengan aktifitas ini. Mbak Ira sunggu hebat pikirku, dia mengulum kontolku, namun dia juga sambil memainkan memeknya sendiri.

Setelah beberapa saat, dia melepaskan hisapannya.
Dia merintih, "Ah.. ahh.. ahh.. Mbak mau keluar Wan, Mbak mau keluar", teriaknya sambil mempercepat gosokan tangannya.
"Sini mbak, saya mau menjilatnya", jawabku spontan, karena teringat adegan film BF dimana pernah kulihat prianya menjilat memek wanita yang sedang orgasme dengan bernafsu.
Mbak Ira pun berdiri di hadapanku, dicondongkannya memeknya ke arah mulutku.
"Nih.. cepet hisap Wan, hisap..", desahnya seolah memelas.

Langsung kuhisap memeknya dengan kuat, tanganku terus mengocok kontolku. Aku benar-benar menikmati pengalaman indah ini. Beberapa saat kemudian kurasakan getaran hebat dari pinggul dan memeknya. Kepalaku dibenamkannya ke memeknya sampai hidungku tergencet diantara bulu-bulu jembutnya. Kuhisap dan kusedot sambil memainkan lidahku di seputar kelentitnya.
"Ahh.. ahh..", desah Mbak Ira disaat terakhir berbarengan dengan cairan hangat yang mengalir memenuhi hidung dan mulutku, hampir muntah saya dibuatnya saking banyaknya cairan yang keluar dan tercium bau amis itu.
Kepalaku pusing sesaat, namun rangsangan benar-benar kurasakan bagaikan gejolak pil ekstasi saja, tak lama kemudian sayapun orgasme untuk kedua kalinya. Kali ini tidak sebanyak yang pertama cairan yang keluar, namun benar-benar seperti membawaku terbang ke langit ke tujuh.

Kami berdua mendesah panjang, dan saling berpelukkan. Dia duduk diatas pangkuanku, cairan memeknya membasahi kontolku yang sudah lemas. Kami sempat berciuman beberapa saat dan meninggalkan beberapa pesan untuk saling merahasiakan kejadian ini dan membuat janji dilain waktu sebelum akhirnya kami keluar dari kamar mandi. Dan semuanya masih dalam keadaan aman-aman saja.

Mbak Ira, adalah wanita pertama yang mengajariku permainan seks. Sejak itu saya sempat menjalin hubungan gelap dengan Mbak Ira selama hampir 2 tahun, selama SMA saya dan dia sering berjanji bertemu, entah di motel ataupun di tempat kostnya yang sepi. Keperjakaanku tidak hanya kuberikan kepadanya, tapi sebaliknya keperawanannya pun akhirnya kurenggut setelah beberapa kali kami melakukan sekedar esek-esek.

Kini saya sudah kuliah di luar kota, sementara Mbak Ira masih kerja di Rumah sakit itu. Saya jarang menanyakan kabarnya, lagi pula hubunganku dengannya tidak lain hanya sekedar saling memuaskan kebutuhan seks. Konon, katanya dia sering merasa "horny" menjadi perawat. Begitu pula pengakuan teman-temannya sesama suster. Saya bahkan sempat beberapa kali bercinta dengan teman-teman Mbak Ira. Pengalaman masuk rumah sakit, benar-benar membawa pengalaman indah bagi hidupku, paling tidak masa mudaku benar-benar nikmat. Mbak Ira, benar-benar fantastis menurutku..

Sampai jumpa di kisah yang lain

Marshanda

Category : , 1

So the story begins......

“CUT...CUT....Nice work everyone. Syuting hari ini sampai disini. Terima kasih. Besok kita ketemu lagi di set yang berikutnya OK.”, kata sang sutradara yang segera disambut meriah oleh seluruh artis dan krew film yang terlibat.

Marshanda yang menjadi pemeran utama dalam syuting sinetron Bidadari itu pun bernafas lega. Gadis remaja yang cantik itu mengusap peluh yang sedikit membasahi peluhnya. Marshanda duduk beristirahat di bangkunya sambil menikmati es jeruk, melepas lelah setelah syuting seharian mulai dari waktu pulang sekolah. Tas sekolah pun masih dia bawa, bahkan Marshanda pergi ketempat syuting masih mengenakan seragam sekolahnya. Hhmmm siapa bilang jadi artis itu gampang? Capeknya gak kalah sama kerja lainnya.

“Cha, kamu gak dijemput mama kamu?”, tanya sang sutradara pada artis belia itu.
“Nggak, Oom. Mama sama keluarga yang lainnya lagi ketempat nenek. Kemarin ada telpon katanya nenek Chacha sakit.”, jawab Marshanda.
“Oooh, tapi nenek kamu nggak apa-apa khan?”
“Nggak apa-apa sih Oom. Paling cuma masuk angin atau apalah. Biasanya kalo kangen sama keluarganya, nenek suka sakit, biar ditengokin. Ntar kalo semua udah ngumpul disana, sakitnya sembuh deh.”
“Itu mah kangen keluarga, bukannya sakit. Ya, udah biar kamu pulang diantar sama Raj Kumar aja. Biar dia nggak cuma makan gaji buta aja.”
“Oh nggak usah Oom. Biar Chacha naik taksi aja.”
“Eh, jangan. Sekarang khan udah malem. Bahaya buat kamu naik taksi sendirian malem-malem gini di Jakarta. Udah biar si Kumar yang nganter kamu. HOOII KUMAR.... SINI LOE.”

Seorang laki-laki setengah baya berbadan tinggi besar segera berlari menghampiri Marshanda dan sutradara. Laki-laki itu keturunan India, maklum masih ada hubungan saudara sama pemilik PH, Ram Punjabi. Bahkan karena hubungan keluarga itulah, Raj Kumar bisa bekerja disini. Tanpa skill atau pengetahuan apapun di bidang perfilman, Raj Kumar pun ditempatkan di seksi umum dengan job deskription yang serabutan, sekedar bantu sana bantu sini.

Marshanda agak kurang suka sama lelaki yang satu ini. Nggak bisa apa-apa tapi sok banget. Crew lain pun juga nggak suka. Nggak bisa apa-apa, tapi gayanya sok banget.Untungnya dia masih ada hubungan saudara sama si Boss, jadi krew lain nggak berani negor tingkahnya. Selain itu Marshanda suka serem kalo ngeliat dia. Badan tinggi besar, berowokan, tangan dan kakinya penuh bulu, sepintas mengingatkan Marshanda akan Gorilla raksasa.

“Ada apa nih? Ada yang bisa saya bantu?” tanya Raj Kumar dengan mata jelalatan melihat Marshanda, gadis remaja yang cantik yang sering kali menghiasi pikiran dan khayalan kotornya.
“Eh, kamu tolong antar Chacha pulang kerumahnya ya. Dia nggak ada yang jemput soalnya semua keluarganya lagi pergi kerumah neneknya.”
“Eh... gak usah Oom. Terima kasih. Biar chacha pulang naik taksi aja.”, tolak Marshanda.
“Udah biar Oom Kumar aja yang ngantar kamu. Bahaya naek taksi malem-malem gini. Oom nggak keberatan kok.”, jawab Raj Kumar.
“Iya Cha. Sekarang biar si Kumar yang nganter kamu. Entar kalo kamu naek taksi, trus ada apa-apa, saya yang disalahkan sama keluarga kamu.”, imbuh sang sutradara.

Akhirnya dengan agak berat hati, Marshanda pun meng-iyakan tawaran tersebut. Marshanda pun segera naik ke mobil Raj Kumar, dan mobil itu pun segera berlalu dari lokasi syuting.

......................

“Capek ya Cha? Gimana kalo kita makan-makan dulu? Oom tahu restoran yang masakannya enak banget.”, tanya Raj Kumar sambil tersenyum. (Senyum menjijikkan pikir Marshanda)
“Nggak usah Oom. Terima kasih. Tapi Chacha nggak laper. Anterin Chacha pulang aja.”, tolak Marshanda.
“Ooohhh.... ya udah deh. Eh kamu udah dapet skenario yang buat besok nggak?”
“Udah Oom.”
“Kapan kamu dikasih skenario itu?”
“Kemaren lusa. Mbak Lusi yang ngasih.”
“Lho kemaren lusa?? Kamu nggak denger kalo skenarionya ada perubahan. Kemaren si penulis naskah mengganti sebagian dialognya. Kalo skenario yang kamu punya itu dikasih kemaren lusa berarti itu skenario yang lama, bukan yang udah direvisi kemaren.”
“Eh, masa sih. Kok nggak ada yang ngasih tau Chacha sih?”
“Mungkin Lusi lupa ngasih ke kamu. Tadi dia kan nggak masuk. Oh ya Oom punya copiannya di rumah. Kamu bawa aja.”
Marshanda agak ragu nge-jawabnya. Dia butuh skrip yang baru, tp artinya dia harus kerumah orang ini dulu. Entah kenapa Marshanda merasa gak enak harus kerumah Raj Kumar.
“Besok kita langsung syuting setelah loe pulang sekolah. Kalo kamu nggak baca skrip yang baru sekarang, ntar kamu nggak bisa menjiwai karakter kamu lho. Kita mampir sebentar ke rumah oom buat ngambil skrip itu, trus Oom langsung antar kamu puloang. Gimana?”
“Eeng...Iya deh. Tapi nanti langsung antar Chacha pulang ya? Takut kemaleman.”
“Iya, kamu tenang aja.”, jawab Raj Kumar sambil tersenyum mencurigakan.

.........................

Mobil Raj Kumar akhirnya memasuki halaman parkir sebuah rumah yang cukup mewah di salah satu kawasan perumahan elit di jakarta. Raj Kumar segera turun dari mobil, lalu mengajak Marshanda masuk kerumahnya. Dia meminta Marshanda untuk membantu mencari naskah itu karena dia menaruhnya diantara tumpukan berkas yang lain. Marshanda pun mengikuti ajakan Raj Kumar. Lebih cepat urusan ini diselesaikan. Lebih baik pikir Marshanda dalam hati.

“Sini, Cha. Skripnya ada di sini. Kamu cari aja di tumpukan kertas di meja itu. Oom mau ke kamar dulu.
Marshanda memasuki ruangan yang keliatannya seperti ruang menonton televisi atau film. Fasilitas Home Theatre terlihat di satu sisi kamar. Di sisi lainnya ada sofa besar. Di sebelah sofa itu, ada meja yang diatasnya ada tumpukan kertas yang berantakan. Marshanda segera menghampiri meja itu dan mulai mencari skrip baru yang dibutuhkannya. Sedangkan Raj Kumar pergi ke kamarnya yang terletak di sebelah ruangan itu.

“Sudah ketemu Cha?”, tanya Raj Kumar.
“Belum, Oom. Dimana sih Oom nar....”, jawaban Marshanda terhenti setelah memperhatikan keadaaan sekitarnya. Dia melihat Raj Kumar duduk di sofa besar itu dengan mengenakan piyama. Gelagat tidak enak segera menyergap pikiran Marshanda. Dia segera beranjak menghampiri pintu ruangan itu yang sekarang dalam keadaan tertutup. Marshanda mencoba membuka pintu, tapi tak berhasil. Pintu itu terkunci. Rasa takut segera memenuhi perasaan Marshanda.

“Chacha mau pulang Oom. Tolong oom bukain pintunya. Chacha mau pulang. Sekarang.”
“He...he...he...Kenapa buru-buru Cha? Kita santai aja disini dulu.”, jawab Raj Kumar sambil bergerak perlahan mendekati gadis remaja yang ketakutan itu.

Raj Kumar perlahan mendekati Marshanda. Langkahnya perlahan tapi pasti, membuat Marshanda tak bisa bergerak melarikan diri. Marshanda seperti kelinci mungil yang ketakutan menghadapi hewan buas yang akan memangsanya. Senyum Raj Kumar makin melebar melihat calon mangsanya itu, gadis belia cantik yang sering menghinggapi mimpi-mimpi kotornya. Dan tak lama lagi segala angan-angan kotornya itu akan terwujud.

“Chacha mau pulang Oom. TOLONG...TOLONG.....”, teriak Marshanda. Kepanikan mulai melanda dirinya. Tangannya berusaha membuka kenop pintu, tapi pintu itu tetap tak mau terbuka.
“Percuma saja kamu teriak terus. Hanya bikin bibir kamu yang indah jadi capek he..he... Ini ruang Home Theathre yang sengaja dilapisi peredam suara. Jadi walaupun kamu teriak sekenceng-kencengnya, kagak bakalan ada yang denger.”, kata Raj Kumar sambil berusaha memeluk tubuh Marshanda.
“Eeh...i..ini.. Oom mau apa? le..lepasin Chacha Oom. Lepas.. uukh..lepasin Chacha Oom”, rengek Marshanda.

Marshanda berusaha memberontak dari dekapan Raj Kumar. Tapi apalah daya tenaga seorang gadis melawan raksasa ini. Airmata mulai menggenangi mata bintang artis remaja itu. Walaupun Marshanda masih remaja dan belum pernah pacaran tapi dia tahu betul nasib apa yang akan menimpa dirinya. Sepasang tangan berbulu lelaki India itu segera memegang kedua tangan Marshanda. Tangan Marshanda kemudian ditelikung dibelakang punggungnya sendiri, lalu diikat dengan sapu tangan yang agaknya sudah dipersiapkan Raj Kumar untuk menjalankan aksinya. Kemudian Raj Kumar membopong tubuh Marshanda lalu diletakkan di sofa besar yang ada di ruangan itu. Raj Kumar lalu duduk juga disamping Marshanda yang mulai menangis meminta dilepaskan.

“Hiks..hiiks... tolong lepasin Chacha Oom. Ka..kalo Oom mau uang, berapa saja nanti Chacha kasih, tapi hiks.. tolong lepasin Chacha Oom.”
“Aku sama sekali gak butuh uang, sayang. Kalo butuh uang, aku tinggal minta sama bos kamu, saudaraku yang tercinta itu. Yang aku butuhkan adalah hangatnya tubuh indah kamu, anak manis he.. he... he....”

Sambil terkekeh girang, Raj Kumar mulai menjalankan aksinya. Salah satu kakinya ditumpangkan ke atas paha Marshanda agar gadis itu tak bisa bangun dari sofa. Salah satu tangannya merangkul tubuh gadis belia itu agar tetap bersandar di bantalan sofa. Sehingga tangan yang lainnya bisa bebas membuka kancing seragam sekolah yang dikenakan Marshanda. Tampaknya hari itu memang hari keberuntungan Raj Kumar karena Marshanda hari itu mengenakan beha dengan pengait pembuka di bagian depan. Jemari Raj Kumar pun langsung membuka pengait beha chacha hingga tubuh bagian depan artis remaja itu kini terbuka bebas di depan mata Raj Kumar yang seperti keranjang ( emang laki-laki mata keranjang itu matanya kaya keranjang ya he he he ).

Mata Raj Kumar pun semakin bersinar penuh nafsu saat melihat payudara artis belia yang cantik itu. Payudara Marshanda memang masih kecil mengingat usianya yang remaja. Tapi hal itu tak mengurangi keindahannya. Kencang dengan putting coklat muda yang terlihat menantang. Bibir Raj Kumar pun segera melahap payudara mungil itu. Putingnya ia permainkan dengan ujung lidah, sesekali bahkan dihisap dengan kuat.

“Huu..huu..jangan Oom. Lepasin Chacha Oom hu.. hu.. Chacha gak ma....uukh...”

Marshanda masih menangis. Dia benci dengan lelaki jahanam ini. Sebelumnya belum pernah ada laki-laki yang melihat dada telanjangnya. Bajingan ini bahkan dengan kurang ajarnya berani mempermainkannya dengan mulutnya. Pada mulanya Marshanda hanya merasa jijik atas perlakuan Raj Kumar di payudaranya itu. Dia hanya merasa agak geli. Tapi lama-lama rasa geli itu mengakibatkan sesuatu yang lain dirasakan oleh Marshanda. Jilatan-jilatan lidah kasar Raj Kumar yang menyapu seluruh bagian buah dadanya itu terutama di putingnya, hisapan bibirnya yang kuat seakan menarik putingnya, serta cambang dan kumis Raj Kumar yang bergesekan dengan kulit payudaranya yang sensitif itu, lambat laun menimbulkan sensasi lain yang belum pernah dirasakan Marshanda. Desah kenikmatan mulai muncul di sela-sela tangisnya.

“Hentikan Oom... aahh.. ja...sstt..jangan Oom ....”

Mendengar desahan Marshanda, Raj Kumar pun tambah bersemangat. Tangannya mulai bergerilya, membelai paha mulus artis remaja itu di balik rok seragam sekolahnya. Bahkan tangannya mulai nakal mengusap vagina Marshanda yang masih tertutup celana dalam. Raj Kumar pun menyeringai senang saat dia rasakan kelembapan pada celana dalam gadis cantik itu, yang menandakan gejolak birahi yang mulai menghinggapi korbannya.

“He..he..he.. Enak khan Cha. Kamu jangan nangis. Oom nggak akan menyakiti kamu. Oom hanya mau memberikan kenikmatan sama kamu. Dan sebentar lagi kamu akan merasa lebih nikmat ha...ha...ha...”

Raj Kumar pun segera melucuti celana dalam Marshanda, dan dia pun segera terpana melihat keindahan yang ada di depan matanya. Vagina Marshanda masih tampak rapat hingga tanpa memeriksa selaput dara didalamnya, Raj Kumar sudah tahu kalau artis remaja ini masih perawan. Vagina itu baru ditumbuhi bulu-bulu halus yang lembut dan tertata rapi.

Airmata Marshanda masih menetes meratapi nasib yang dia tahu akan menimpa dirinya. Rasa jengah dan malu juga menghinggapi dirinya ketika harta yang selama ini dijaganya kini menjadi tontonan bajingan ini. Tiba-tiba .....

“Uuugh.... sst... stop Oom. Aah.. anu Chacha om apa... in aaah...”

Artis remaja itu tiba-tiba tersentak, tubuhnya menggeliat, ketika bibir Raj Kumar mulai menjilati vaginanya. Sensasi ini baru pertama kalinya dirasakan Marshanda. Marshanda hanya merasakan kegelian di selangkangannya, bukan hanya rasa geli biasa tapi rasa geli yang mengirimkan getaran-getaran birahi ke seluruh syaraf tubuhnya.

Raj Kumar tambah bersemangat meneruskan aksinya. Lidahnya yang besar dan kasar dengan lincah menelusuri lorong-lorong vagina gadis remaja itu. Clitoris mungil Marshanda pun tak luput dari sergapan lidahnya, bahkan terkadang dihisapnya kuat sampai tubuh Marshanda mengejang. Tapi kedua tangan Raj Kumar memegangi kedua paha Marshanda sehingga dia dapat meneruskan aksinya tanpa terganggu rontaan gadis belia itu.

“Aaahh...ampun Oom Ja..aahh.. jangan diterusin Oom. Chacha nggak kuat aahh..”
“Ha..ha..ha... kamu nggak usah pura-pura cantik, kamu pasti merasa nikmat. Kamu suka kalo Oom jilatin memiaw kamu, hisapin itil kamu sampai kamu mendesah nggak karuan ha..ha...”
“Nggak. Aahh... Chacha nggak suka. Sstt.... ja..jangan diterusin Oom. AAAHHH.......”

Tubuh gadis remaja itu mengejang hebat ketika orgasme pertama dalam hidupnya dirasakannya. Raj Kumar dengan rakus menjilati cairan kenikmatan yang mengalir dari lubang surga Marshanda.

Marshanda memejamkan matanya. Tubuhnya lemas setelah mengalami orgasme pertama kali dalam hidupnya. “Inikah kenikmatan seks itu?”, pikir Marshanda. Tapi dibalik rasa nikmat yang baru saja dirasakannya, terselip perasaan sesal, marah dan malu. Marshanda malu dan marah pada dirinya, bagaimana dia bisa merasakan kenikmatan padahal dia sedang diperkosa.
Tiba-tiba Marshanda merasakan ada benda hangat yang menggesek permukaan vaginanya. Mulanya Marshanda membiarkannya karena gesekan-gesekan itu mengirimkan sinyal-sinyal kenikmatan di tubuhnya apalagi saat benda hangat itu juga menggesek clitorisnya. Tapi ketika Chacha merasakan benda hangat itu mulai mencoba menerobos masuk liang vaginanya dia pun membuka matanya. Dia melihat Raj Kumar mencoba memasukkan penisnya ke dalam liang vaginanya. Marshanda kaget dan takut, bagaimana bisa penis raksasa yang besarnya hampir menyamai pergelangan tangan Marshanda itu mau dimasukkan ke dalam vaginanya yang kecil.

“JA..JANGAN OOM. SAKIIT.. AAKHH.. JANGAN OOM.”
“He.. he... he.. tenang saja manis. Pertamanya memang agak sakit, tapi lama-lama nanti kamu pasti menikmatinya dan minta lagi he.. he... he...”

Marshanda menjerit kesakitan, vaginanya terasa perih dan panas ketika benda raksasa itu memaksa masuk ke liang vaginanya. Raj Kumar tak memperdulikan jeritan Marshanda, dia terus memaksakan kepala penisnya masuk ke belahan vagina yang indah itu. Setelah kepala penisnya sudah memasuki liang vagina Marshanda, Raj Kumar berhenti sejenak. Dia melakukan ini agar vagina yang perawan itu agak terbiasa dengan benda asing di dalamnya.

“Uughh, memiaw kamu sempit banget Cha. Enaaakkk he...he...he...”
“Hiks... keluarin Oom. Sakit... aakhh....”

Raj Kumar segera melumat bibir Marshanda agar rengekannya terhenti. Tangannya mulai lagi meremas kedua payudara Artis remaja itu. Kedua putingnya dia permainkan dengan jari-jarinya yang lincah. Raj Kumar mulai melakukan gerakan memompa kecil-kecil dan perlahan, tapi dia tetap menjaga agar penisnya tidak menerobos selaput Marshanda. Raj Kumar ingin agar memiaw Marshanda yang sempit itu terbiasa dulu dengan penisnya, sehingga nanti saat dia memperawani artis belia itu, Marshanda tidak merasa terlalu sakit.

Marshanda menangis tanpa suara. Suara tangisnya tertahan karena bibirnya dilumat bibir Raj Kumar dengan ganas. Lidah Raj Kumar dengan liar menjelajahi mulutnya. Pada mulanya Marshanda hanya merasakan vaginanya perih dan panas ketika penis Raj Kumar mulai melakukan gerakan memompa dengan perlahan. Tapi lama-lama disamping rasa perih yang semakin memudar karena otot vaginanya mulai agak terbiasa, Marshanda juga merasakan kenikmatan karena penis Raj Kumar menggesek-gesek klitorisnya. Dinding vaginanya yang dengan ketat menjepit penis raksasa itu juga mengirim sinyal-sinyal kenikmatan karena gerakan Raj Kumar itu. Putingnya yang dipermainkan Raj Kumar seakan tak mau kalah, memberikan rangsangan yang semakin meningkatkan birahi artis remaja itu. Disamping perasaan marah, sedih, dan malu yang melanda dirinya, Marshanda juga merasa sedikit lega karena perbuatan Raj Kumar itu membuat vaginanya mulai mengeluarkan cairan kenikmatan lagi yang mengurangi rasa perih dan panas yang dirasakannya. Tapi tiba-tiba.....

“AAAKKKHHH....... SAAKKIIT....... ADUUHH......”

Marshanda menjerit kesakitan ketika Raj Kumar memaksa penisnya menerobos selaput dara gadis belia itu. Raj Kumar memaksakan penisnya masuk dalam satu gerakan sampai mentok. Dia melihat masih ada sedikit bagian penisnya yang tidak bisa masuk. Dia mendiamkan dulu gerakan memompanya agar vagina Marshanda terbiasa. Bibirnya kembali melumat bibir ranum artis remaja itu agar teriakannya tak terdengar. Selain itu Raj Kumar sengaja tidak melakukan apa-apa karena dia tidak mau keluar lebih dulu, karena saat dia mengambil keperawanan Marshanda, otot vaginanya menjepit penisnya dengan kuat. Rontaan Marshanda saat penetrasi itu dilakukan membuat vaginanya membuat gerakan meremas dan menyedot penisnya dengan kuat.

“Uuughh.... memiaw kamu nikmat banget Cha. Baru kali ini Oom merasakan vagina yang bisa meremas dan menyedot kaya gini.”
“Huu...hu... hiks... sa..sakit Oom. Lepasin Chacha Oom, sakit...hu...huu..”
“Tenang saja manis. Memang sakit waktu pertama kali, tapi entar pasti enak kok. Oom Janji he...he..”

Setelah berhenti sebentar, Raj Kumar memulai gerakan memompanya, perlahan-lahan dia tarik penisnya sampai hanya ujung kepala penisnya yang tertinggal, lalu dia masukkan lagi penisnya sampai mentok tak bisa maju lagi. Raj Kumar terus melakukan hal itu dengan perlahan sambil bibir dan tangannya yang seakan tak ingin ketinggalan menjelajah lekuk indah tubuh artis belia itu. Bibirnya yang dikelilingi jambang tebal itu bergerak liar, kadang melumat bibir manis Marshanda sampai gadis itu hampir kehabisan nafas, kadang menciumi leher Marshanda, meninggalkan bekas cupang yang memerah kontras dengan kulit Marshanda yang putih mulus, kadang bahkan bibir itu turun sampai ke bagian dada artis belia itu, menghisap gemas putting Marshanda yang kini mengacung makin keras karena rangsangan-rangsangan yang diberikan permainan Raj Kumar.

Marshanda kembali memejamkan mata, berusaha tidak memperdulikan segala apa yang dilakukan Raj Kumar. Tapi apalah daya seorang gadis muda yang sama sekali tak berpengalaman dalam seks terhadap permainan seorang maniak seks yang sangat berpengalaman. Desahan lirih Marshanda mulai terdengar saat birahi kembali menjalari seluruh tubuhnya. Permainan yang ahli dari bibir Raj Kumar yang menjelajah bibir, leher, bahkan menghisap putingnya yang semakin sensitif, gesekan bulu cambang yang kasar di permukaan kulitnya, dan juga gerakan penis Raj Kumar yang besar yang menggetarkan syaraf kenikmatan di seluruh dinding rongga vaginanya, klitorisnya yang terjepit dan tergesek oleh gerakan penis Raj Kumar, memberikan getaran-getaran birahi yang terus menjalar ke seluruh tubuh gadis belia itu.

“Aaahh.....ssstt...aaahh. ...”, desah Marshanda yang dilanda birahi seksual.
“He...he... kamu cantik sekali Cha. memiaw kamu juga enak. Bener2 memiaw paling enak yang pernah Oom ent*t.”

Marshanda tak kuasa meladeni omongan kotor Raj Kumar. Dia sudah tenggelam dalam gelombang kenikmatan yang baru kali ini dia rasakan. Apalagi Raj Kumar mulai menigkatkan tempo tusukannya saat dia merasakan vagina gadis cantik yang ditindihnya itu bertambah basah dengan cairan kenikmatan. Keringat mulai membasahi tubuh kedua insan yang dilanda birahi itu, padahal ruangan itu ber-AC.

“Uuughh.... Chacha....aakkhh......Oom.... Chacha....aaaahhh....”

Tubuh Marshanda mengejang dengan liar ketika orgasme menerpa dirinya. Kedua kakinya mengapit erat pantat Raj Kumar seakan dia ingin agar penis Raj Kumar menusuk lebih dalam. Raj Kumar pun tak kuasa menahan orgasmenya. Vagina artis cantik itu seakan mengisap dan meremas kuat penisnya. Kontraksi otot vagina Marshanda saat dia orgasme memang luar biasa, sampai seorang Raj Kumar yang biasanya mampu bertahan lama sekarang tak kuasa menahan semprotan maninya yang membanjiri liang vagina Marshanda.

“Aakkkhhh.... Oom juga nyampe Cha. Aaakkhh.. ayo Cha peras semua mani Oom sayang. Biar kamu hamil anak Oom he.. he...”
“Aakhh...sstt...aahhh...”

Setelah orgasme panjang yang melanda mereka berdua, Raj Kumar dan Marshanda pun lemas menikmati sisa-sisa orgasme mereka. Beberapa saat kemudian, Raj Kumar yang pertama kali bangkit. Dia membalikkan tubuh Marshanda sehingga gadis remaja itu tengkurap di atas sofa dengan kaki di atas lantai yang dilapisi karpet. Lutut Marshanda menjadi poros penahan tubuhnya. Kemudian Raj Kumar melepaskan ikatan pada kedua tangan Marshanda. Marshanda yang masih lemas tak mampu berbuat apa-apa, dia hanya bernafas lega karena bajingan ini akhirnya mau membebaskannya. Tapi Marshanda salah besar jika dia berpikir Raj Kumar sudah puas dengan permainanya, karena tak lama kemudian dia merasakan penis raksasa Raj Kumar kembali memasuki vaginanya dari belakang.

“Uuukhh.... ja.. jangan lagi Oom. Chacha capek aaakh....”

Raj Kumar tak memperdulikan rengekan Marshanda. Dia hanya ingin memuaskan nafsunya. Pantat Marshanda yang membulat dia pegangi dengan kedua tangan dan dia langsung memompa gadis belia itu dengan kecepatan tinggi. Terkadang tangannya menampar pantat indah itu hingga Marshanda menjerit kesakitan. Memang lelaki india itu luar biasa, walaupun tadi sudah orgasme tapi tongkolnya masih keras dan siap beraksi lagi. Lama-lama Marshanda yang tadinya lemas menjadi bangkit lagi gairahnya. Desahannya pun kembali terdengar memenuhi ruangan. Raj Kumar pun bertambah semangat mendengar desahan gadis belia yang mulai terhanyut dalam permainannya itu.

Marshanda memang sudah benar-benar terhanyut dalam kenikmatan seks. Pantatnya juga mulai bergerak maju mundur seakan menyambut tusukan Raj Kumar yang ganas. Desahannya yang tadinya lirih menjadi semakin keras, berpadu bagai simponi indah dengan dengusan Raj Kumar yang merasa keenakan menikmati tubuh gadis belia itu. Marshanda seakan lupa dengan kenyataan bahwa dia sedang diperkosa. Bahkan dengan tanpa malu artis remaja yang cantik itu berteriak mengekspresikan kenikmatannya saat orgasme kembali meledak di tubuhnya.

Raj Kumar yang belum keluar merubah posisinya. Kini Marshanda dia gendong berhadapan dengan sambungan lutut gadis itu dia kaitkan ke lengannya dan kedua tangannya menahan pantat Marshanda. Kemudian dia kembali memompa gadis belia itu sambil berdiri.

Marshanda mengalungkan kedua tangannya di leher Raj Kumar agar dia tidak terjatuh. Dengan posisi ini penis Raj Kumar seakan dapat menusuk lebih dalam sampai ke mulut rahim gadis belia itu. Tubuh mereka yang berhimpitan membuat Marshanda merasa nikmat karena payudara dan putingnya yang mengacung tegak bergesekan dengan dada Raj Kumar yang berbulu lebat. Bahkan ketika Raj Kumar mulai melumat bibirnya, tanpa sadar artis cantik itu membalas juga dengan liar. Mereka terus berpacu dalam nafsu sampai puncak kenikmatan itu kembali datang. Mereka orgasme bersamaan, orgasme panjang yang lebih intens dari yang sebelumnya. Bahkan Marshanda untuk pertama kalinya merasakan multi orgasme. Badannya menggeliat liar dalam gendongan Raj Kumar. Raj Kumar pun mendengus liar, menyemprotkan banyak sekali maninya ke vagina gadis itu, seakan-akan semua cadangan spermanya dia tumpahkan semuanya ke memiaw Marshanda. Raj Kumar pun menjatuhkan tubuhnya ke atas sofa dengan Marshanda masih dalam gendongannya. Marshanda merasa kenikmatan yang dirasakannya melolosi seluruh tulang di tubuhnya, dia merasa lemah sekali sehingga dia membiarkan tubuhnya diatas pangkuan Raj Kumar dengan posisi memeluk bajingan yang menodainya dan alat kelamin mereka berdua masih bersatu. Saking lelahnya setelah berpacu dalam nafsu hampir dua jam lamanya, tak lama kemudian Marshanda pun tertidur masih dengan posisi seperti itu.

“He..he... gue beruntung banget bisa nikmatin tubuh cewek cantik kayak kamu Cha. Artis remaja yang sedang naik daun yang jadi impian berjuta lelaki sudah aku nikmati he...he...he...”.

Raj Kumar membiarkan posisi mereka seperti itu. Dia membiarkan tongkolnya lemas dalam vagina Marshanda yang hangat. Tak lama kemudian Raj Kumar pun tertidur juga dengan memeluk Marshanda.

.....................

Raj Kumar terbangun ketika mendengar dering jam bekernya. Jam weker di rumahnya selalu dia stel dengan alarm jam 5 pagi. Raj Kumar kaget karena dia mendapati Marshanda sudah tak ada lagi dalam pelukannya. Tapi setelah dia mengamati keadaan disekelilingnya, dia pun bernafas lega. Ternyata Marshanda tak pergi kemana-mana. Gadis itu duduk meringkuk sambil menangis di dekat pintu. Raj Kumar pun bersyukur karena dia kemarin sempat menyembunyikan kunci pintu ruangan ini hingga Marshanda tidak dapat melarikan diri. Dia pun menghampiri Marshanda yang masih menangis.

“Hu...hu...hu.....hiks..hu..hu ....”
“Kenapa kamu nangis sayang? Oom kan nggak nyakitin kamu. Oom cuma pengen ngajari Chacha kalo ML itu enaaaaak beneer. Chacha ingat kan kalo kemaren Chacha juga nikmatin ML sama Oom sampe teriak-teriak kenceng bener he..he...he...”.
“Hu...hu... Oom jahat. Oom memperkosa Chacha. Chacha udah nggak perawan lagi. En...entar kalo Chacha hamil gimana hu..hu...hu..”.
“Tenang aja Cha. Kalo Chacha hamil, Oom mau kok jadi suami Chacha he... he...he...”.

Marshanda tak bisa membayangkan jika dia harus menjadi istri bajingan ini. Tangisnya pun makin keras.

“Udah... udah... kamu jangan nangis lagi. Sekarang kamu mandi dulu biar badan kamu seger, habis gitu Oom akan antar kamu pulang.”.

Marshanda pun akhirnya berhenti menangis karena harapan dia untuk dapat bebas timbul setelah mendengar janji Raj Kumar. Gadis belia itu pun menurut ketika diajak Raj Kumar menuju kamar mandi karena dia memang ingin membersihkan diri dari bekas perlakuan Raj Kumar terhadapnya.

“Oom keluar dulu, Chacha mau mandi.”, kata Marshanda ketika dia melihat Raj Kumar mengikuti dia kedalam kamar mandi.
“Kenapa Cha? Malu? Oom khan udah lihat semuanya he...he...”, jawab Raj Kumar dengan santai sambil menutup pintu kamar mandi.

Rasa takut, marah, dan juga malu kembali menghinggapi benak Marshanda, tapi dia akhirnya menyerah dan membiarkan tingkah Raj Kumar karena Marshanda ingin bisa lekas pulang dan bebas dari bajingan ini.

Marshanda segera berbilas di bawah shower yang ada di kamar mandi itu mencoba membersihkan tubuhnya yang dia rasakan sangat kotor, kotor oleh aib yang diperbuat oleh Raj Kumar terhadapnya. Hati Marshanda kembali terasa perih ketika dia mencoba membersihkan bekas darah di pangkal pahanya. Dia sudah tak perawan lagi, kehormatannya sudah hilang, diambil secara paksa oleh lelaki yang sekarang dengan santainya melihat dia mandi. Marshanda memejamkan matanya sambil menyabuni seluruh badannya, mencoba melupakan keberadaan lelaki itu. Tapi tiba-tiba sepasang lengan mendekapnya dari belakang.

“Eeh Oom mau ngapain lagi?”, tanya Marshanda ketakutan.
“Tenang, sayang. Oom cuma mau bantu kamu mandi he..he... Sekarang biar Oom yang menyabuni badan kamu yang indah ini.”

Marshanda ingin berontak, tapi akhirnya dia sadar apalah daya seorang gadis seperti dia berhadapan dengan lelaki ini. Marshanda pun akhirnya pasrah dan mendiamkan perbuatan Raj Kumar. Tangan Raj Kumar dengan nakal segera menyerbu buah dada Marshanda. Marshanda mendesah perlahan ketika Raj Kumar mengusap-usap payudaranya yang belum tumbuh sempurna itu dengan sabun. Terkadang Raj Kumar meremas pelan payudara itu, terkadang putingnya dijepit dengan jari-jari Raj Kumar kemudian dipilin lembut. Putting artis belia itu menjadi semakin keras karena rangsangan lelaki yang sudah sangat berpengalaman itu. Tak cuma itu, bibir Raj Kumar pun mulai ikut aktif, mengciumi belakang telinga Marshanda, kuduknya, sampai ke lehernya. Marshanda merasakan tongkol Raj Kumar yang sedari tadi terhimpit belahan pantatnya mulai membesar dan mengeras.

“Uugh... Oom aah...”, desah Marshanda makin mengeras ketika salah satu tangan Raj Kumar mulai mengelus-elus vaginanya. Jari lelaki itu dengan lincah segera menemukan klitorisnya dan mempermainkannya.

Ketika birahi Marshanda mulai meningkat, Raj Kumar tiba-tiba menghentikan aksinya. Tanpa sadar Marshanda sedikit merasa kecewa. Raj Kumar menyuruh Marshanda agar membungkukkan badannya dengan kaki sedikit mengangkang sambil berpegangan ke tembok. Raj Kumar lalu berjongkok di belakang Marshanda. Lidah dan mulutnya yang ganti menjelajahi vagina Marshanda dari belakang. Marshanda kembali mendesah nikmat, lidah Raj Kumar yang besar dan panjang menyelusup linacah ke dalam liang vaginanya. Klitorisnya kembali digosok jari Raj Kumar yang tak mau tinggal diam. Bahkan Marshanda merasakan nikmat lain ketika terkadang dengan tanpa rasa jijik lidah Raj Kumar menjilati anusnya. Rangsangan yang gadis belia itu rasakan makin meningkatkan gairah seksualnya sampai akhirnya setelah beberapa menit Marshanda pun menjerit nikmat diterpa orgasme seksual yang kembali dirasakannya setelah kemarin malam.

“AAKHH.... CHACHA AAAHH... EENAAKK OOM...”

Raj Kumar pun dengan rakus menjilati cairan kenikmatan yang mengalir dari lubang surga Marshanda. Tangannya memegangi tubuh Marshanda agar gadis itu tidak terjatuh.

Raj Kumar lalu duduk diatas dudukan toilet yang tertutup. Dia membiarkan gadis cantik itu menikmati sisa-sisa orgasmenya. Kemudian dia memanggil Marshanda lalu menyuruhnya berjongkok di depannya.

“Itu tadi namanya Oral Seks Cha. Enak khan? Oom sudah memberikan kenikmatan sama kamu tanpa tongkol Oom masuk ke memiaw kamu. Sekarang ganti kamu yang harus memberikan kenikmatan oral seks sama Oom.”
“Ma...ma...maksud Oom apa? Chacha nggak ngerti Oom.”
“Kamu jilatin tongkol Om dengan lidah kamu, lalu kamu hisep2 pake mulut dan bibir kamu yang seksi itu he...he....”.
“Ah Enggak Oom. Chacha nggak mau, khan jijik.”.
“Eits kamu jangan egois gitu donk. Oom tadi kan nggak jijik waktu jilatin memiaw kamu, bahkan anus kamu pun Oom jilatin, dan kamu nikmatin semua itu kan?”.
“Ta.. tapi Chacha nggak bisa Oom.”

Tangan Raj Kumar pun segera menjambak rambut Marshanda, lalu dia membentak gadis manis yang ketakutan itu.

“UDAH!! Jangan banyak omong. Pokoknya sekarang kamu jilatin tongkol Oom atau Oom nggak akan ngelepasin kamu. Ngerti!!”

Dengan perasaan takut dan jijik, Marshanda pun mulai menjilati tongkol Raj Kumar.

“Nah, gitu dong. Aaakh... enak. Jilatin juga kepalanya aakhh... bagus. Lubang kencingnya juga Aakhh....”

Slruup...sllrrupp....

“Sekarang masukin tongkol Oom ke mulut kamu. Hisap kayak kamu menghisap permen lolipop.”

Marshanda mencoba memasukkan tongkol yang besar itu ke dalam mulutnya, tapi hanya kepala dan sebagian kecil dari batangnya saja yang bisa masuk. Raj Kumar mendesah keenakan, dia menyuruh gadis cantik itu mengeluar masukkan tongkolnya ke mulut. Raj Kumar memberi Marshanda petunjuk tentang cara blowjob. Petunjuk Raj Kumar pun dituruti Marshanda dengan baik agar dia tak lagi menerima perlakuan kasar dari bajingan itu. Raj Kumar pun mendesah keenakan karena Marshanda ternyata cepat sekali belajar dan sekarang sudah bisa melakukan blowjob dengan bibirnya yang lembut itu.

“Aaaakhh..... yak gitu Cha aakhh... enak. Kamu pinter banget Cha. Kayaknya kamu berbakat. Natural Cocksucker aahh.... Oom mau nyampe aaakkhhh..... telen semua mani Oom Cha aaaaakkhhh...”

Raj Kumar pun akhirnya orgasme karena nikmatnya blowjob Marshanda. Dia menahan kepala Marshanda agar tak melepas kulumannya. Maninya menyemprot deras di dalam mulut Marshanda. Artis belia itu pun terpaksa menelan sebagian sperma Raj Kumar, sebagian lagi meleleh di sela-sela bibirnya yang masih disumbat tongkol raksasa Raj Kumar.

“Uhuk..uhk...”, Marshanda terbatuk-batuk setelah dia bisa melepaskan tongkolkan Raj Kumar dari mulutnya.
“Aaahh.... kamu benar-benar cewek yang luar biasa Cha. Nggak cuma memiaw kamu aja yang enak, mulut kamu juga yahut he... he... he...”

Setelah Marshanda selesai batuknya, Raj Kumar segera menarik gadis itu ke arahnya. Raj Kumar menyuruh Marshanda memasukkan tongkol Raj Kumar kedalam memiawnya sambil duduk di pangkuan Raj Kumar.

“Ja.. jangan Oom. Chacha nggak mau lagi. Jangan.”
“Sayang, kemaren kita khan juga udah ngelakuin jadi sekali lagi nggak masalah khan?! Awas, kalo kamu nggak nurut perintah Oom, Oom nggak akan ngelepasin kamu dan Oom akan memperkosa kamu terus tiap hari. Kalo kamu nurut apa kata Oom, Oom janji habis ini Oom akan ngelepasin kamu dan nganterin kamu pulang.”.

Marshanda pun akhirnya memilih untuk mematuhi semua perintah bajingan terkutuk ini agar ia bisa bebas. Raj Kumar menyuruhnya untuk mengangkangi Raj Kumar yang masih duduk di toilet. Posisi badan mereka berhadapan.

“Nah, sekarang kamu pegang tongkol Oom, lalu masukin sendiri ke memiaw kamu. Cepat.”
“Akkhh... aduh.”

Marshanda merintih ketika memaksa tongkol besar itu ke memiawnya yang sempit. Gadis itu melakukannya dengan perlahan agar tidak terlalu sakit, sampai akhirnya kepala tongkol Raj Kumar pun bisa masuk ke memiaw sempit itu. Raj Kumar pun menyuruh artis remaja itu untuk memasukkan lebih dalam. Marshanda pun menurutinya, dia memaksa tongkol itu semakin masuk ke dalam liang vaginanya sampai akhirnya dia merasa ujung tongkol yang besar dan panjang sampai menyentuh mulut rahimnya. Raj Kumar lalu menyuruhnya melakukan gerakan naik turun sehingga sekarang kelihatan seperti Marshanda yang ngent*t Raj Kumar.

“Aaahh....ssst...aahhh... ”, rintihan dan desahan nikmat Marshanda mulai terdengar lagi.
“Aaakhh.... kamu pinter Cha. Terus aaahhh.... enak. Sambil goyangin pantat kamu. Puter-puter kayak goyangan ngebornya si Inul aaakhh...”

Marshanda terlarut dalam birahinya. Pantatnya terus dia naik turunkan menunggangi penis Raj Kumar. Kadang pantatnya dia goyangkan, berputar, maju-mundur yang membuat Raj Kumar makin keenakkan. Bahkan ketika Raj Kumar memeluk lalu melumat bibirnya, Marshanda membalasnya tak kalah bernafsu. Desah kenikmatan mereka makin keras berpadu dengan indahnya. Setelah hampir setengah jam mereka berpacu dalam birahi, Marshanda merasakan kalo orgasmenya akan datang. Dia semakin liar menggoyang Raj Kumar, insting alami yang dimilikinya membuat ia tanpa sadar makin mempercepat tempo genjotannya. Raj Kumar yang juga merasa kalo orgasmenya akan datang, segera memegangi pantat Marshanda, membantunya agar naik turun lebih cepat. Bahkan Raj Kumar dengan paksa mencoba membuat tongkolnya menusuk lebih dalam sampai-sampai Marshanda seakan merasa kalo tongkol itu menusuk sampai ke perutnya.

“AAAAKKKHH.......Oom nyampe Cha aaaaakhh....”
“Chacha juga aaaaaakkhhh...........”

Kedua insan itu orgasme bersamaan. Mereka berpelukan erat menikmati sensasi luar biasa yang baru saja mereka rasakan. Setelah beberapa lama mereka tetap dalam posisi itu, Raj Kumar lalu mengajak Marshanda mandi kembali. Setelah mandi dan berganti pakaian, Raj Kumar mengantarkan Marshanda pulang. Dan didalam mobil, dalam perjalanan pulang, Raj Kumar menyuruh Marshanda sekali lagi melakukan blowjob sampai akhirnya dia keluar dalam mulut dengan lesung pipit manis itu. Sebelum melepaskan Marshanda, Raj Kumar mengancam agar gadis itu tidak menceritakan perbuatannya kepada siappun terutama Polisi. Raj Kumar bilang dia merekam persetubuhan mereka berdua tadi malam dalam kamar untuk koleksi pribadi, tapi kalau Marshanda macam-macam, rekaman itu akan disebarkannya hingga karir Marshanda pun akan hancur. Marshanda menangis memohon Raj Kumar agar tidak melakukan hal itu. Raj Kumar menyanggupinya asalkan Marshanda tidak berbuat macam-macam.

Setelah kejadian itu Marshanda tak mau datang ke lokasi syuting. Dia mendesak mamanya agar dia bisa pindah ke PH lain. Mamanya bingung dan mencoba bertanya ada masalah apa, tapi Marshanda tak mau menjelaskan pokoknya dia mau pindah dari Multivision Plus yang telah mengontraknya. Mama Marshanda pun tak bisa berbuat apa-apa kecuali menuruti permintaan putrinya itu. Maka terjadilah skandal perseteruan antara Marshanda dan Multivision Plus seperti yang diberitakan di beberapa media cetak beberapa waktu lalu.

........

beberapa tahun kemudian...........

“Ah..ahh....ahhh....”

Desahan-desahan nikmat terdengar bersahutan dari sebuah apartemen di Jakarta. Seorang gadis cantik dengan liarnya menunggangi seorang laki-laki yang tidur terlentang di ranjang dalam kamar salah satu apartemen itu. Gadis itu bagaikan seorang joki yang ahli sedang mengendarai kudanya. Goyangannya begitu erotis dan panas. Sang lelaki cuma bisa mengerang nikmat karena goyangan si gadis cantik. Liukan liar sang gadis membuat pria itu tak bisa bertahan lama dan dia pun menyemprotkan spermanya ke liang kenikmatan gadis itu. Sang gadis yang belum mencapai puncaknya makin mempercepat goyangannya agar dia bisa mendapatkan puncaknya sendiri. Tapi apa daya penis sang lelaki telah lemas padahal baru satu ronde mereka berpacu. Sang gadis yang penasaran segera turun dari tubuh sang lelaki. Penis sang lelaki yang sudah lemas itu segera dikulum dengan mulutnya. Hisapan mulut, permainan lidah dan segala teknik yang dimilikinya dalam oral seks dikeluarkan gadis itu dengan harapan sang penis bisa berdiri kembali.

“Aaahh.... sudah Cha. Gue udah capek nih. Kamu memang bener-bener cewek yang luar biasa. Permainan kamu diranjang ganas banget. Aahh... gue puas banget bisa ngent*t sama kamu. Makasih ya sayang. Sekarang gue mau tidur sebentar, nanti sore khan kita syuting lagi.”, kata Baim Wong sambil memejamkan matanya, mencoba beristirahat sesudah puas berpacu dalam birahi.

Gadis itu yang ternyata adalah Marshanda yang telah tumbuh menjadi gadis dewasa dengan lekak-lekuk tubuh yang makin indah. Payudara membulat penuh, tak seberapa besar tapi proporsional dengan tubuhnya. Payudara itu dihiasi putting indah yang terlihat selalu mengacung menantang. Vagina yang terawat rapi tanpa rambut. Kaki jenjang. Wajah manis dengan lesung pipit di kedua pipinya. Benar-benar suatu keindahan yang sempurna.

Dengan kesal Marshanda meninggalkan Baim yang tak sanggup memuaskannya dan menuju ke kamar mandi. Dalam kamar mandi, dibukanya lemari kecil yang ada di dalam kamar mandi itu. Marshanda mengambil sesuatu dari lemari itu. Ternyata benda yang diambilnya adalah sebuah dildo yang berukuran besar, dua kali lebih besar dari penis si Baim. Lalu artis cantik yang sedang naik daun itu segera memasukkan dan memainkan dildo itu di dalam memiawnya. Dia berusaha mencapai puncak yang gagal dia dapatkan dalam persetubuhannya dengan Baim Wong. Desahannya pun mulai memenuhi kamar mandi itu.

“Aah..ahh...ini baru namanya tongkol aah...”

Marshanda mendesah nikmat. Dildo dengan ukuran inilah yang bisa memuaskannya, dildo dengan ukuran sebesar tongkol Raj Kumar, bajingan yang mengambil keperawanannya. Marshanda masturbasi sambil mengenang pengalamannya waktu diperkosa Raj Kumar. Dia teringat bagaimana rasanya saat tongkol Raj Kumar yang besar, panjang, dan keras menusuk sampai dalam ke dalam lubang memiawnya. Membuatnya orgasme berkali-kali. Marshanda masih ingat kalo tongkol Raj Kumar masih bisa berdiri dengan gagahnya setelah mengeluarkan maninya. Dia teringat bagaimana hanya dengan permainan lidah Raj Kumar, Marshanda bisa mencapai orgasme. Kenangan-kenangan itu semakin meningkatkan birahi Marshanda, sampai akhirnya dia pun menjerit keras saat orgasmenya pun datang.

Setelah sejenak beristirahat menikmati sisa-sia orgasmenya, Marshanda pun lalu mandi dan kembali lagi ke kamar. Dia melihat Baim sudah terlelap dalam tidurnya. Dasar cowok lemah dan egois, maki Marshanda dalam hati.

Marshanda memang dikenal dalam pandangan khalayak umum sebagai artis yang baik-baik, jarang digosipin. Tapi dikalangan selebriti sendiri, Chacha lebih dikenal sebagai cewek yang bisa diajak “having fun”. Asal cocok, mereka bisa menikmati tubuh Marshanda yang indah itu. Bahkan kepiawaian Marshanda dalam urusan seks menjadi legenda tersendiri dalam kalangan selebritis. Tapi sayang jarang banget yang dapat memuaskan Marshanda dalam urusan birahi.

Marshanda melamun dalam kamar itu. Dia berpikir siapa lelaki yang dapat membuatnya merasakan kenikmatan seperti saat pertama kali dia mengenal seks. Kenikmatan yang begitu intens dan berulang-ulang. Bahkan sampai saat ini tak ada seorang pun yang bisa membuatnya multi orgasme seperti waktu itu. Akhirnya setelah melamun hampir satu jam, Marshanda pun bangkit dari duduknya. Dia meraih Handphonenya lalu memencet-mencet nomor dalam keypadnya. Terdengar nada tunggu.

Tut.... tut.....
“Halo?”, jawab seorang lelaki dari speaker handphone Marshanda.
Marshanda ragu untuk menjawab, dia hanya diam.
“Halo?! Siapa nih?”, tanya laki-laki itu lagi.
Setelah menarik nafas panjang dan mengumpulkan keberaniannya, Marshanda pun berbicara melalui handphonenya.
“Halo. Eeeng.. Oom Kumar. Enggg.... i...ini Chacha Oom.”
?????????????????

Black Note

Category : , 0

Aturan #1 : setiap nama target harus ditulis lengkap sambil membayangkan wajahnya

Vio (20 tahun) mengendarai Honda jazz-nya dengan kecepatan sedang. Ia harus extra hati hati karena hujan yang turun dengan derasnya membuat malam semakin gelap dan membatasi jarak pandang. Sesekali Vio menajamkan matanya melihat ke kiri dan kanan, sepertinya sedang mencari alamat. Honda jazz itu terus membelah malam , menembus tirai air hujan dan menjadi mobil satu satunya yang berada di jalanan saat itu. Hujan sederas ini apalagi di malam hari membuat banyak orang enggan untuk keluar rumah.



Aturan #2 : jika nama yang ditulis adalah laki laki ,maka 40 detik kemudian ia akan tewas karena serangan jantung kecuali dituliskan detail kematiannya



Vio membelokkan mobilnya ke sebuah komplek perumahan yang belum jadi. Tempat itu sangatlah sepi dan gelap gulita. 6 bulan lalu pembangunan perumahan itu dihentikan karena masalah fInancial , akibatnya beberapa rumah yang sudah setengah jadi menjadi terbengkalai. Sambungan listrik pun dicabut kembali oleh PLN. Hanya mengandalkan lampu mobil , mata Vio mencari cari rumah yang dituju. Dan diantara jajaran bangunan yang gelap gulita , di salah satu rumah setengah jadi terlihat titik cahaya dan juga bayangan orang disana. Vio menghentikan mobilnya tepat di depan bangunan tersebut.



Aturan #3 : jika nama yang ditulis adalah wanita , maka 40 detik kemudian ia akan mengalami lonjakan birahi dan akan bercinta dengan siapapun secara acak kecuali dituliskan detail dengan siapa dia bercinta.



Tanpa payung, Vio turun dari mobilnya dan langsung berlari kecil memasuki bangunan tersebut. Titik air hujan membasahi tubuh indahnya terutama pundaknya yang terbuka. Bangunan itu sedianya akan menjadi rumah dua lantai sebelum akhirnya pembangunannya terhenti. Kondisi lantai satu sangat kotor dan berantakan. Bekas kantong semen berserakan dimana mana. Belum lagi sampah lainnya seperti bekas minuman , kertas Koran , kaleng cat , tambang plastic , hingga tumpukan kecil pasir teronggok sembarangan. Vio melangkah hati-hati diantara sampah yang berserakan. Ia naik ke lantai dua menggunakan tangga yang sudah jadi. Berbeda dengan lantai satu yang gelap, di lantai dua kondisinya sepertinya lebih terang.



Aturan #4 : jika nama wanita yang ditulis kemudian dicoret , maka 40 detik kemudian ia akan mengalami pemerkosaan secara acak kecuali dituliskan detail pemerkosanya.



Sebuah lentera elektrik bertenaga baterai menerangi lantai dua. Lantai ini menjadi lebih terang karena di tengah ruangan ada api unggun yang menyala walau tak begitu besar , setidaknya cukup untuk menghangatkan tubuh. Seorang lelaki duduk didekatnya. Vio berjalan mendekati lelaki itu sambil memperhatikan sekeliling. Tempat ini lebih rapi daripada di bawah. Meski memang kesan kotor dan berantakan masih terasa , setidaknya sampah sampah tertumpuk rapi di sudut ruangan dan sebagian digunakan sebagai bahan bakar api unggun. Tak banyak barang disana selain dua buah kursi kayu, satu bangku panjang , dan sebuah kasur gulung tergelar di lantai dilapisi oleh kain lebar bekas spanduk salah satu partai. Lelaki itu menoleh dan berdiri saat mendengar langkah kaki Vio mendekat , ia tersenyum senang. Orang itu adalah Benjo, preman pasar dan juga seorang krimInal yang ditakuti. Spesialisasinya adalah curanmor, terkadang disertai dengan kekerasan. Sebagai orang jalanan tampangnya jelas jauh dari tampan. kulit hitam, rambut cepak tak jelas, tato dimana mana, dan terutama wajahnya yang sangar dengan bekas luka melintang dari ujung dahi atas membelah pipi sebelah kiri. Bekas sabetan golok musuhnya sesame preman dulu. Penampilan Benjo sangat berbanding terbalik dengan Vio. Seorang gadis cantik, mahasiswi sebuah perguruan tinggi terkenal di Jakarta. Apa yang terbayang oleh pria dari kecantikan dan keindahan tubuh seorang wanita, itulah Vio. Apalagi selain mahasiswi, ia juga sedang merintis karir di bidang modeling. Ia termasuk salah satu rising star dari sebuah majalah pria dewasa dan pernah berpose sexy disana. Meski bukan sebagai cover model setidaknya itu membuktikan jika Vio tak hanya cantik tapi juga mempunyai body yang menggiurkan.



“hai….” Sapa Vio pendek

“hai juga…..” Benjo juga menjawab pendek lalu keduanya tak ada lagi yang saling berbicara.

Benjo mendekati Vio. Dielusnya pipi gadis itu, terasa begitu halus. Disentuhnya pula bibir gadis itu yang sungguh menggoda tak tertahankan untuk menciumnya. Viona malam itu memang terlihat sangat cantik sekali. Rambutnya ia ikat ke belakang sehingga lehernya terlihat, ditambah baju yang dikenakannya bermodel jatuh di bagian pundak sehingga bahunya yang putih berpadu indah dengan kelenjangan lehernya. Di bagian bawah Vio memakai rok jeans yang sangat pendek sehingga kakinya yang panjang terlihat berpadu indah dengan pahanya yang putih mulus. Benjo mendekatkan wajahnya lalu mencium bibir Vio. Butuh waktu beberapa saat sebelum akhirnya Vio membalas ciuman itu. Keduanya berpagut dengan ganasnya, lidah mereka liar mencari pasangan.

“mmm….mmmphh…mmmm….” Vio menggumam tertahan saat bibir mereka menyatu saling mengulum dan mencium. Dirangkulnya makin erat pria dihadapannya, payudara gadis itu menekan empuk dada Benjo yang keras.

Ciuman Benjo kini beralih menyusuri leher mulus Vio , memberikan rangsangan geli dan nikmat pada gadis itu , terutama saat lidah Benjo menyusuri pundaknya yang terbuka.

”oouhh……oohhh…..ooohhh…..” Vio mulai mengerang nikmat.

Dengan satu isyarat tangan Benjo menyuruh Vio untuk berlutut. Gadis itu menurut dengan pasrah dan langsung paham apa yang harus dilakukannya. Jari jari lentiknya dengan cekatan membuka ikat pinggang Benjo, kancing celananya hingga retsletingnya.celana Benjo meluncur jatuh sampai mata kaki untuk kemudian dilepas oleh pemiliknya.



Karena sudah menegang sedari tadi, ujung penis Benjo terlihat sedikit mengintip dari balik celana dalamnya. Tanpa ada keraguan sedikitpun, Vio menjilati ujung penis yang sedikit terlihat itu layaknya mencicipi es krim.

“wuughh…teruss..ya ..gitu…gitu…..” Benjo meracau menikmati permaInan lidah Vio.

Tak hanya jilatan lidah saja , Vio juga menggosok-gosok bibirnya pada ujung penis itu. Rasa geli yang erotis sontak menyebar cepat ke skujur tubuh pria itu. Benjo merasakan kenikmatan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya , padahal ini barulah permulaan , belum lagi rasa kulumannya , atau jepitan vagInanya , atau seluruh tubuhnya bahkan. Sungguh beruntung preman satu ini , bisa menikmati tubuh indah dan sexy seorang calon model majalah pria dewasa.

Kali ini Vio mulai menurunkan celana dalam Benjo , tidak dengan tangan melainkan dengan mulut dan giginya. Gesekan gesekan halus antara wajah mulus Vio dengan selangkangannya membuat birahi Benjo semakin melonjak tak terkendali. Terlepas dari kungkungan celana dalam , penis Benjo langsung berdiri siaga penuh. Vio meraih penis itu dengan tangannya lalu dengan sangat ahli melakukan gerakan kocokan dan memijat sehingga perasaan banjo makin tak karuan saking nikmatnya. Sex memang bukan hal yang asing bagi Viona, ia kerap melakukannya dengan kekasihnya , juga pernah dengan photograpernya seusai photo session. Mungkin yang sedikit agak aneh adalah kenapa Vio mau melakukan sex dengan pria seperti Benjo. Seorang preman yang wajahnya jauh dari tampan , bahkan sebenarnya tak Vio kenal sama sekali. Apalagi selama ini Vio terkenal pilih pilih untuk urusan cowok apalagi sex. Untuk bisa mendekatinya, tak cukup wajah tampan tapi juga kantong tebal.



Lidah Vio bergerak liar menyapu dan melingkar di seputaran batang besar milik Benjo.

Jilatannya bergerak naik turun dari ujung atas hingga ke bawah lalu naik lagi, begitu seterusnya.

Aksi selanjutnya semakin membuat Benjo panas dingin saat Vio mengulum penis itu dengan mulutnya. Terasa penuh dan sempit karena mulut Vio yang tak terlalu besar. Dimulai dengan perlahan , kepalanya bergerak maju mundur lalu semakin cepat. Begitu intens Vio mengocok penis Benjo dengan mulutnya. Tak tahan dengan ‘panas’ yang dirasakan , Benjo membuka pakaiannya sendiri hingga telanjang bulat sementara Vio masih berpakaian lengkap. Benjo mengelus bahu Vio yang terbuka , tak sabar rasanya ingin segera melucuti seluruh pakaian gadis cantik ini. Menikmati lekuk demi lekuk tubuhnya , menindihnya. Namun untuk sementara ini Benjo masih menikmati kuluman bibir Vio yang basah dan hangat. Penisnya semakin berdenyut tak tertahankan. Sampai akhirnya Benjo tak tahan juga. Ia menyuruh Vio untuk berdiri lalu dengan tak sabar dilucutinya seluruh pakaian gadis itu

”anjrritt……!!!” Benjo terkesima sendiri melihat tubuh polos Vio tanpa penutup , nyaris sempurna.

Tangannya memijit lembut dua payudara Vio , begitu empuk Dan kenyal. Putingnya ia sentil-sentil , semula dengan jari lalu berlanjut dengan lidah. Vio tak banyak beraksi selain memejamkan mata , mulutnya sedikit terbuka mengeluarkan desahan desahan menggairahkan. Birahi Benjo sudah mencapai titik ‘kritis’ , digendongnya tubuh Vio dan dijatuhkannya di atas kasur. Dengan buas Benjo langsung menindih tubuh indah itu. Leher Vio ia ciumi ganasseraya meremas buah dadanya.

‘oouu…aahhh..aduhh..baangg…pelan…sakiit..niihh….”rintih Vio pelan bernada manja.

Benjo semakin ganas saja saat menciumi dan mengulum satu belahan dada Vio, yang sebelah lagi ia remas remas. Lidahnya bermain main di sekitaran puting, sesekali payudara itu ia hisap kuat kuat meninggalkan bekas merah pada kulit mulus tersebut.



Benjo membalikkan tubuh Vio hingga tertelungkup. Mata preman itu langsung nanar menyaksikan betapa mulus dan putihnya punggung gadis dihadapannya ini. Dielusnya dengan perlahan punggung mulus itu , rasanya begitu lembut dan halus bagai guci porselein dari chIna.

Benjo mencium tengkuk Vio dan berlanjut menjelajahi tiap inchi dari punggung gadis itu. Sebelah tangannya menelusup , meraup dan meremas buah dada kiri gadis itu.

“ooouuhhh….” Vio hanya bisa merintih lirih.

Tak se-inchi pun dari punggung Vio terlewatkan oleh belaian dan ciuman Benjo , bahkan kini Benjo menelusuri punggung mulus itu dengan penisnya. Cukup bermain main , Benjo mengangkat sedikit pantat Vio dan memposisikan diri untuk menyetubuhi dari belakang.

”ooooohhhhh……” Vio melenguh panjang saat penis Benjo mulai menyeruak masuk.

Sejenak Benjo terdiam membiarkan penisnya dan vagIna Vio saling ‘beradaptasi’, barulah selang semenit kemudian Benjo mulai bergerak maju mundur , menanamkan penisnya semakin dalam.

“oohh…aahhh…aahhh…ouuhh…..” erangan erotis Vio mengiringi setiap hentakan yang dirasakan tubuhnya sekaligus menjadi penyemangat untuk Benjo.

Awalnya penis Benjo yang berukuran lumayan besar tersebut sempat membuat Vio tak nyaman , namun lama kelaman gesekan gesekan di dinding vagInanya terasa begitu enak dan membuainya dengan efektif. Tubuh Vio terus tersentak seiring dengan semakin intensnya dorongan Benjo , buah dada gadis itu menggantung dan bergoyang goyang begitu menggoda dan menggairahkan. Benjo boleh saja seorang preman jalanan ,tapi untuk urusan sex dia tergolong jago. Ia menggenjot tubuh Vio dari belakang dengan tempo yang tepat , kadang cepat , kadang pelan , kadang berhenti untuk sejenak memainkan buah dada Vio yang menggantung.

Hasilnya Vio mencapai orgasme terlebih dahulu , tangan kecilnya meremas kuat kain penutup kasur tersebut, mulutnya mengeluarkan desahan panjang , tubuhnya menegang sejenak untuk kemudian melemas.



Melihat Vio yang sudah mencapai puncak , kali ini Benjo mempercepat genjotannya tanpa jeda. Tubuh Vio yang lemas terguncang guncang liar. Sesekali pula Benjo memukuli pantat Vio hingga memerah. Dan akhirnya Benjo menggeram panjang , sperma menyembur deras membasahi vagIna Vio , ia pun langsung ambruk lemas diatas tubuh Viona. Keduanya terdiam masih meresapi kenikmatan yang baru saja dirasakannya. Terbuai oleh kenikmatan keduanya tak menyadari jika sebenarnya sedari tadi ada yang mengintip mereka. Setiap detil persetubuhan mereka tak luput dari pandangan mata orang itu. Dan setelah Vio dan Benjo menyelesaikan permaInannya ia langsung turun perlahan tanpa suara. Saat ia melangkah meninggalkan rumah itu , samar terdengar lagi suara rintihan Vio menggema dari lantai dua. Orang itu tersenyum , rupanya permaInan sudah dimulai lagi. Orang itu adalah Don , kekasih Vio atau tepatnya mantan kekasih. Dan sebenarnya ia sudah lebih dahulu tiba di tempat itu sebelum Vio. Hujan masih turun dengan derasnya , Doni berlari menembusnya menuju bangunan yang berada tepat di depan tempat Vio dan Benjo berada. Disana ia menyembunyikan mobilnya. Doni masuk kedalam mobil dengan perasaan puas, hatinya begitu bersemangat dan bergairah bagaikan baru saja meraih hadiah milyaran rupiah. Diraihnya sebuah buku berwarna hitam bertuliskan ‘black note’ di sampulnya.

“ternyata buku ini memang berguna sekali…..” gumam Doni , ” dengan buku ini gue bisa melakukan apa aja …..gue bisa habisin semua sampah masyarakat…gue bisa hukum semua cewek yang taunya cuma morotin cowoknya…….gue bisa apa aja..!!!”



Doni memandang bangunan di seberangnya dengan tatapan sinis penuh kebencian.

“Vio…elu masih beruntung gue cuma bikin kamu ML sama preman , tapi nanti..tunggu saja…..gue bakal bikin orang pada ngantri buat ngegilir dan merkosa elu…..you’ll see bitch….!!! You’ll see…”

Doni segera menghidupkan mobilnya dan meninggalkan tempat itu , sementara Vio dan Benjo masih bergumul ria disana. Sepanjang jalan Doni terus memikirkan rencana selanjutnya , deretan nama yang akan dihabisi , dan deretan nama wanita yang ‘layak’ diperkosa mulai tersusun di otaknya. Apa yang terjadi dengan Vio tadi hanyalah sebuah uji coba kecil untuk sekedar mengetahui apakah ‘black note’ memang mempunyai kekuatan atau tidak. Dan kini Doni sudah sangat yakin bahwa ia mempunyai kekuasaan untuk mengatur hidup orang lain di tangannya.

Dan itu semua berawal dari tiga hari yang lalu.



***NAGA_LANGIT PRODUCTION***





TIGA HARI SEBELUMNYA


Doni turun dari mobilnya dengan perasaan geram dan emosi tertahan. Diperhatikannya sekeliling areal parkir hotel tiga melati yang agak penuh karena long weekend. Matanya langsung tertuju pada sebuah Honda jazz warna pink yang sangat ia kenal. Emosinya kian memuncak.

“damn it , Vio….!!!” Umpat Doni sambil bergegas memasuki hotel.

Satu jam yang lalu , seorang kawan Doni yang sedang mengInap disana meneleponnya dan memberitahu jika ia melihat Viona dan seorang lelaki tak dikenal check in di hotel itu. Padahal ia tahu sekali jika Viona masih menjadi kekasih Doni. Sesaat setelah mendengar kabar tersebut , Doni langsung memacu mobilnya menuju hotel tiga melati. Di lobby hotel , teman Doni sudah menunggu dan langsung menyambutnya.

“kamar 103…” katanya sambil menunjukan arah kamar yang dimaksud.

Hanya butuh waktu beberapa detik untuk Doni tiba di depan kamar hotel 103. ia bimbang sejenak apa akan mendobrak masuk atau mengetuk dulu. Ia memilih yang kedua. Pintu kamar itu ia ketuk dengan normal.

“room service…..” teriak Doni

Tak ada jawaban dari dalam.

“room service pak…..” Doni mengetuk pintu lebih keras lagi

Tetap tak ada jawaban.

“room service pak…..!!!” Doni mengetuk semakin keras.



Doni menempelkan telinganya di pintu , samar ia mendengar suara lelaki mengumpat namun tak terlalu jelas, diikuti suara langkah mendekati pintu. Pintu sedikit terbuka dan kepala seorang lelaki melongok keluar. Tadinya ia hendak marah karena kesayikannya terganggu, namun saat melihat orang yang di depan pintunya tak seperti room service ia langsung terdiam dengan dahi berkerut heran. Kesempatan itu Doni gunakan untuk menendang pintu sekeras mungkin, akibatnya lelaki itu jatuh terjengkang ke lantai.

”eehh..eeh…apa apaan nih….???” Protes orang itu saat Doni dengan cepat melompat masuk dan berlari menuju ranjang.

Dan darah Doni pun semakin menggelegak saat melihat Vio terbaring tanpa busana di ranjang. Vio pun terkejut melihat Doni tiba tiba muncul , ia menarik selimut dan menutup tubuh seadanya.

“heh..siapa luh…..??” orang tadi menepuk bahu Doni.

Doni menjawabnya dengan melayangkan bogem mentah membuat orang itu jatuh ke lantai dengan bibir berdarah. Doni lalu menarik bangun orang itu untuk kemudian kembali menghajarnya hingga terjatuh.

“Don..udah Don..jangan…..!!!” teriak Vio panic melihat kekasihnya mengamuk.

Perhatian Doni sejenak teralihkan pada Vio , ” jadi ini yang namanya photo session hah…!!!….iya…???!!!…..photo sessionnya di ranjang….???!!! Gitu…????!!!….anjiing semua…..!!!!!”

Doni menendang tubuh lelaki yang masih mengerang kesakitan di lantai.

“Don..jangan…..udah……!!!”



Doni tak menggubrisnya , ia terus saja menendang dan memukuli pria itu yang merupakan photographer Vio dari sebuah majalah pria dewasa. Seusai photo session sore tadi, photographer itu membujuk Vio agar mau check in dengannya. Jika Vio bersedia ia menjanjikan akan membantu mempermudah jenjang karir Vio untuk menjadi model terkenal. Vio dengan senang hati menyanggupinya yang penting ia bisa segera menjadi model terkenal. Doni masih saja terus menghajar photographer itu habis habisan ditimpali oleh jeritan histeris dari Viona. Di tengah kepanikannya , secara spontan Vio meraih kamera Nikon D300 yang tergeletak di meja dan langsung menghantamkannya ke kepala Doni. Terkena hantaman , Doni mengerang kesakitan sambil memegangi kepalanya yang berdarah. SUmpah serapah panjang keluar dari mulutnya. Si photographer masih tergeletak tak bergerak di lantai, entah pingsan atau mati. Doni bangkit mendekati Vio yang tertegun bingung dengan perbuatannya sendiri. Dengan mudahnya , Doni merebut kamera dari tangan Vio. Ia angkat kamera itu untuk membalas hantaman tadi.

“aaaww….” Vio menjerit ketakutan sambil melindungi kepalanya dengan kedua tangan.

Setitik kesadaran terlintas di benak Doni , memukul seorang wanita apapun alasannya adalah tindakan pengecut dan bukanlah hal yang pantas.

”monyeeeet….!!!!” Teriak Doni sambil membanting kamera di tangannya ke dinding hingga hancur berantakan.

Doni lalu pergi meninggalkan Vio yang masih shock dan bingung serta si photographer yang masih tak bergerak di lantai. Keributan di kamr 103 tak urung memancing keingin tahuan tamu lain. Mereka berdiri di depan pintu kamar masing masing sambil melongok ke arah sumber keributan. Beberapa diantara mereka hanya menutupi tubuh sekenanya.



“Apa….!!!” Bentak Doni pada orang orang itu. Dan itu cukup untuk membuat mereka kembali masuk ke kamar masing masing dan melanjutkan urusan yang tertunda.

Berjalan menuju mobilnya , Doni tak hentinya mengumpat dan bersumpah serapah , mengutuk kekasih yang telah mengkhianatinya. Luka di kepalanya tak lagi mengeluarkan darah meski rasa sakit dan peningnya masih terasa. Melewati mobil Vio di tempat parkir amarahnya kembali naik , ditatapnya Honda jazz itu dengan perasaan kesal luar biasa. Sebagai pelampiasan , sepertinya sebuah batu besar cukup untuk menghancurkan kaca jendela mobil itu. Namun sejauh mata memandang , ia tak menemukan batu yang dicari. Matanya justru menangkap sebuah benda segi empat berwarna hitam tak jauh dari tempatnya berdiri. Doni menghampiri dan memungut benda yang ternyata sebuah buku itu. Di cover depan tertulis dengan huruf perak timbul ‘black note’, tapi di dalamnya kosong seperti belum pernah digunakan. Hanya di halaman awal saja tertulis aturan pemakaian ‘black note’. Leluconkah ini…..??? atau memang ‘black note’ sehebat yang tertulis di aturannya…??? Doni tak tahu pasti. Ia memperhatikan sekeliling , tak ada seorangpun selain dirinya. Ia berpikir sejenak sebelum akhirnya memutuskan untuk membawa pulang saja dulu buku itu.



***NAGA_LANGIT PRODUCTION***




Minggu siang , suasana mall saat itu lumayan ramai. SCTV sedang mengadakan acara off air dengan bintang tamu penyanyi cantik rossa. Dari food court tempatnya duduk sekarang , sebenarnya Doni bisa dengan nyaman dan jelas menyaksikan acara tersebut. Namun ‘black note’ yang ia temukan semalam lebih menarik perhatiannya saat ini.

Buku itu ia bolak balik , ia buka lembar per lembar dan aturannya ia baca berulang kali, belum juga ia bisa memutuskan apakah buku ini nyata atau lelucon belaka. Seandainya benar , artinya Doni mempunyai kekuasaan atas semua orang , tapi jika tidak…..Doni berpikir tak ada ruginya mencoba. Di stage , rossa mulai menyanyikan hitsnya ‘ayat ayat cinta’ yang langsung disambut meriah oleh penonton yang berkerumun di sekitarnya. Suara merdu penyanyi cantik asal sumedang itu pun mengusik juga telinga Doni, perhatian Doni kini teralih padanya. Meski bertubuh mungil , rossa mempunyai wajah yang mempesona dan lekuk tubuh yang indah. Aura kecantikan dan kesexyannya menjadi lebih terasa dengan pakaian terusan warna biru yang ia kenakan hari ini, modelnya agak sedikit sexy. Dan sekali lagi Doni berpikir tak ada ruginya untuk mencoba, siapa tahu memang berhasil. Dengan sedikit gugup Doni menuliskan nama rossa di ‘black note’ . Kini Doni menyaksikan penampilan rossa dengan berdebar debar , setiap gerak gerik rossa diamatinya dengan detail berharap melihat sesuatu yang berbeda. Namun hingga lagu usai dan rossa mulai menyanyikan lagu berikutnya , tak terjadi apapun. Tak ada rossa yang mendadak salah tingkah , atau penonton yang mendadak naik untuk merangkul dan menciumnya.

Dengan kata lain ‘black note’ hanyalh omong kosong belaka. Dalam hati Doni menertawakan dirinya karena sempat mempercayai buku ini.


“selamat siang mas , boleh ganggu sebentar…???”

Doni menoleh , seorang SPG cantik jelita menyapanya. SPG itu berwajah sangat menarik apalagi rambutnya begitu indah berkilau ( seperti iklan shampoo ) , ia memakai celana pendek yang secara proporsional memperlihatkan pahanya yang mulus dan kaos kuning cerah yang begitu ketat memperjelas tonjolan dadanya. Di tangannya ia membawa dua botol plastic minuman sari buah untuk ditawarkan. Entah sengaja atau tidak, ia menawarkan sari buah itu dengan posisi agak membungkuk, memperlihatkan belahan dadanya. Doni membiarkan SPG itu mempromosikan produknya, tak sedikitpun ia peduli. Silahkan bicara soal bahan alami, vitamin dan mineral, baik untuk kesehatan dan lainnya , asal Doni bisa berlama lama memandanginya itu saja cukup. Entah sadar sedang dipandangi atau memang salah satu trik menarik pelanggan , bahasa tubuh SPG itu seolah memang sengaja ingin memperlihatkan tonjolan dadanya sekaligus juga belahannya.

“jadi gimana mas…jadi beli dong…..???” gadis itu tersenyum menggoda mengakhiri promosinya.

“mmm..gimana ya…???”

“ayolah mas….gak rugi deh , malahan mas bisa ikut undian berhadiah handphone nokia N96…lumayan kan …??”

“oya …caranya gimana…??”

“mas tinggal isi questioner di booth kami disana…” ia menunjukan stand minumannya , “mas cukup isi nama lengkap sama alamat aja kok…”



Nama lengkap….!!! Doni tersentak bagai baru terbangun dari mimpi.

Rossa bukanlah nama lengkap , tapi hanya nama panggung saja. Mungkin itu sebabnya ‘black note’ tak bekerja.

“ya mas ya…beli ya…??” SPG itu menyodorkan dua botol minuman sari buah ke hadapan Doni sambil sekali lagi memperlihatkan belahan dadanya.

Doni terlihat sedang berpikir . ia tak sedang berpikir akan membeli sari buah itu atau tidak , ia sedang memikirkan hal lain. Ia berpikir untuk mencoba ‘black note’ sekali lagi. Doni adalah seorang mahasiswa yang tak hanya tampan tapi juga berlimpah materi karena ayahnya seorang pengusaha garmen yang sukses. Wajahnya pun tak terlihat seperti bajingan atau bandot pemburu wanita. Itulah sebabnya ketika Doni mensyaratkan akan membeli minuman itu asal ia boleh tahu nama dan nomor HP, dengan senang hati SPG tadi menyanggupinya. Dan saat SPG itu beranjak pergi , Doni sudah mendapatkan yang ia perlukan. SPG itu bernama Ina, lengkapnya Dewi Ferina.



***NAGA_LANGIT PRODUCTION***



Beberapa saat setelah meninggalkan meja Doni, Ina mulai merasakan keanehan pada tubuhnya. Ia mendadak merasa gerah padahal AC mall itu cukup sejuk, kepalanya mendadak berat , kakinya terasa melayang tak menapak bumi. Kilasan adegan film porno yang pernah ia tonton bersama teman teman satu kostnya mendadak muncul begitu saja. Bagai terkena pengaruh obat perangsang , buah dada Ina mengeras putingnya menegang. VagInanya terasa geli seolah ada jari tak terlihat sedang menggelitikinya. Ina pun sempat limbung sambil memgang kepalanya.

“Ina…kamu kenapa…??” salah seorang kawannya sesame SPG bertanya dengan khawatir.

Ina tak menjawab , nafasnya mulai tak beraturan.

“Ina..kamu sakit…??”

“eng..enggak kok….Cuma agak capek aja….” Ina terlihat menjawab dengan susah payah.

”yakin Cuma capek….atau…..” kawannya itu berbisik di telinga Ina , ” kamu hamil ya…??”

”ngaco ah….enggak lah…Cuma capek doang, beneran….”

Kawannya itu hanya menganggkat bahu ,terserah deh pikirnya.

”ehh..aku ke toilet dulu ya bentar….” Kata Ina lalu langsung bergegas ke toilet tanpa menunggu jawaban temannya itu.

Mendekati toilet , birahi Ina semakin meninggi tak tertahankan lagi. Di lorong menuju toilet yang kebetulan sepi, Ina bersandar sejenak ke tembok lalu meremasi buah dadanya sendiri sambil mengigit bibir.

”oooouhh….” Walau hanya tangannya sendiri namun terasa sangat nyaman.

Selain meremas payudara, Ina juga menggosok gosok vagInanya sendiri mencoba mengatasi gelitikan yang sedari tadi dirasakannya. Adegan demi adegan film porno kembali terlintas di kepalanya.



Ina melanjutkan langkahnya menuju toilet, kali ini ia berjalan lebih pelan dan cenderung agak sempoyongan seperti orang mabuk. Sesekali ia berhenti, tangan kanannya menopang pada tembok sementara tangan kiri meremasi sendiri buah dadanya , nafasnya semakin tersengal sengal. Semakin mendekati toilet , Ina mencoba berjalan senormal mungkin. Namun begitu , Maman si penjaga toilet bisa menduga ada yang tak beres dengan Ina. Dari kejauhan ia melihat Ina berjalan agak limbung. Awalnya ia mengira , Ina sedang sakit . tapi saat Ina tiba di depan pintu toilet , Maman yakin jika gadis yang baru saja menghilang di balik pintu toilet itu tidak sedang sakit tapi kemungkInan mabuk , sepertinya nyabu

“dasar…SPG jaman sekarang….”kata Maman sambil menggelengkan kepala dan tersenyum.

Sesaat kemudian entah mendapat ide darimana , Maman berpikir mungkin ia bisa memanfaatkan situasi ini.

***NAGA_LANGIT PRODUCTION***


Toilet di mall itu sangatlah terjaga kebersihannya terutama toilet wanita yang selalu terjaga keharumannya. Di dalam toilet wanita terdapat 6 bilik Wc dan sebuah wastafel dengan cermin yang besar dan lebar. Ina berdiri di depan cermin , tangannya menopang pada wastafel .wajahnya terlihat sedikit basah, juga kaos bagian atasnya. Sepertinya ia baru saja mencuci muka. Sambil memandang bayangannya sendiri di cermin, Ina terlihat bersusah payah mengatur nafasnya.

“neng…sakit,….??” Maman melongokan kepalanya dari balik pintu.

Ina tak menjawab , hanya menatap melalui bayangan cermin.

“sakit apa ,neng….??” Maman kini berani masuk kedalam toilet

Ina hanya menjawab dengan gelengan kepala perlahan tanpa bicara apa apa. Tak mendapat pengusiran keluar , Maman semakin berani mendekati Ina.

“abang bisa mijit lho neng…” dengan gemetar tangannya mulai nakal menyentuh tengkuk Ina.

Maman bersiap seandainya Ina memakinya , tapi hal itu tak terjadi. Ina membiarkan penjaga toilet itu menyentuhnya membuat pria itu tersenyum cabul. Tangan Maman mulai bergerak melakukan pijitan di tengkuk Ina , tapi itu hanya bertahan beberapa detik saja karena selanjutnya pijitannya berubah menjadi belaian. Merasa tak ada perlawanan Maman semakin berani. Elusan tangannya bergerak ke depan, melewati leher lalu bagian atas dada Ina yang tak tertutup kaos. Sekali lagi Maman bersiap, seandainya Ina tiba tiba menamparnya. Jika dalam kondisi normal , mungkin sudah sedari tadi Ina menghardik dan menampar kekurang ajaran Maman. Namun tidak hari ini , ia justru seakan akan mengharapkannya. Padahal kalau boleh jujur , secara tampang apalagi ekonomi, Maman adalah type lelaki yang sedikitpun tak akan dilirik oleh perempuan sekelas Ina. Beruntunglah Maman hari ini.



Dari atas, tangan Maman menelusup ke balik kaus ketat Ina dan langsung menyentuh dan meremas payudara gadis itu.

“ooohh…” Ina mendesah dan memejamkan mata saat tangan kasar itu menyentuh buah dadanya.

Dan Maman pun semakin asyik memainkan buah dada Ina. Buah dada yang selama ini hanya menjadi impiannya saja. Diam diam ia berterima kasih pada siapapun atau apapun yang membuat SPG cantik ini teler hari ini. Ina masih bertopang pada wastafel saat Maman memeluknya dari belakang lalu menciumi lehernya yang putih dengan ganas. Kaus kuning cerahnya disingkap ke atas, kaitan branya pun telah dilepas. Kini Maman leluasa menggerayangi buah dada gadis itu dari belakang, sambil terus menciumi leher dan belakang telinga Ina. Bayangan cermin memantulkan adegan erotis yang semakin membangkitkan gairah keduanya. Bayangan gadis cantik dengan buah dada yang montok, padat, empuk dan menggiurkan dengan putingnya yang menggoda diremas oleh tangan kasar seorang penjaga toilet yang sulit dikatakan tampan. Bagi Maman bayangan di cermin semakin menstimulasinya untuk menggerayangi buah dada Ina makin ganas. Apalagi ia melihat wajah cantik Ina yang mengekspresikan kepasrahan. Ina pun tak tinggal diam, tangan gadis itu meraih ke belakang mencari ‘pusaka’ Maman yang masih tersembunyi di balik celana. Dan tentu saja sentuhan tangan Ina semakin membuat penis Maman berdenyut mencari pelampiasan.



Tiba tiba terdengar suara langkah kaki dari luar yang sontak mengingatkan Maman. Pria itu sejenak melepaskan Ina dan berlari menuju pintu untuk menguncinya, tepat saat seseorang mencoba masuk ke dalam toilet tersebut. Maman memandangi pintu dengan berdebar debar. Untuk sesaat orang di luar terus berusaha untuk membuka pintu , lalu menyerah sambil mengeluhkan soal pintu terkunci dan toilet yang rusak. Langkah langkah kaki terdengar menjauh, Maman pun bisa bernafas lega. Saatnya melanjutkan permaInan. Saat Maman berbalik Maman terkejut karena Ina ternyata sudah ada di belakangnya sedari tadi. Ina sudah melepas kaos ketat, bra dan celana pendeknya. Mata Maman langsung terbelalak penuh nafsu memandangi keindahan tubuh Ina yang hanya bercelana dalam saja. Ina mendorong tubuh Maman ke tembok , lalu dengan cekatan membukai pakaian lelaki itu satu persatu.

“weleeh…mau perkosa abang ya neng…??”

Pelapis terakhir dari tubuh Maman sudah Ina lepaskan , artinya penis yang sedari tadi terkungkung kini mengacung bebas. Tanpa ragu Ina menggenggam penis itu dengan satu tangan dan tangan yang lain merangkul leher Maman. Ina mendekatkan bibir arman dengan bibirnya. Keduanya langsung terlibat dalam ciuman panas , bibir dan lidah saling berpadu. Keduanya terlihat sama sama bernafsu. Yang paling diuntungkan tentu saja Maman. Seorang SPG cantik jelita mau berciuman dengannya sambil mengocok penisnya , mimpi pun belum tentu seindah ini.

Maman lalu membalas juga perlakuan Ina. Ia meremas buah dada gadis itu, sementara satu tangannya menelusup masuk ke balik celana dalam dan menggelitik vagIna Ina. Suasana semakin erotis dan erotis saja.



Ina melepas ciumannya untuk berlutut di bawah kaki Maman. Mata pria itu langsung berbInar bInar penuh gairah membayangkan yang terjadi selanjutnya. Kali ini Ina menggenggam penis Maman dengan kedua tangannya dan dengan cekatan melakukan pijatan yang membuai Maman dengan cepat. Dibandingkan tadi, kocokan dengan dua tangan bagi Maman lebih terasa dan terasa lebih. Ina rupanya sengaja menggoda birahi Maman. Ia beberapa kali mendekatkan mulutnya pada penis itu berlagak seolah akan mengoralnya, namun tak jadi dilakukan. Satu kesempatan , ia hanya melakukan tiupan lembut di sepanjang batang penis tersebut , memberikan sensasi dingin sekaligus penasaran pada Maman. Kesempatan lain ia bahkan hanya melakukan kecupan kilat di ujung penis itu , atau hanya menyentuhkan lidahnya sejenak disana. Perasaan Maman kian tak menentu , birahinya melonjak lonjak tak karuan. Maman jarang sekali bisa bersentuhan dengan perempuan seintim ini apalagi kelas SPG seperti Ina. Sekalinya terjadi justru ia ‘dipermainkan’ olehnya, tapi Maman sangat menikmatinya. Ina rupanya merasa cukup “menyiksa” Maman, kali ini ia melakukan oral sesungguhnya. Ia menggenggam penis Maman dengan dua tangan seperti memegang mikrofon. Kepala penis itu ia jilati layaknya permen loli dan berlanjut dengan kuluman lembut bibirnya yang mungil, nikmatnya sulit untuk dijelaskan. Tampang Maman yang pas pasan kini malah seperti orang idiot menikmati service dari Ina. Matanya merem melek kadang setengah terpejam, mulutnya menganga tanpa suara.

Bayangkan saja sendiri wajah Maman jadinya saat Ina melanjutkan servicenya dengan mengulum secara penuh penis itu dengan mulutnya. Saat kepala Ina akan mulai bergerak maju mundur , Maman menahannya dengan tangan. Ia masih ingin sejenak menikmati dan meresapi cakupan basah mulut gadis itu di penisnya.



“huhoo….enyak..enyak..enyak….” Maman meracau dengan norak.

Saat kepalanya ditahan , Ina tak lantas tinggal diam. Lidahnya bergerak aktif menggelitiki penis Maman. Sang pemilik terang saja menggeliat kegelian , efek erotisnya membuat tangan Maman melemah tak bertenaga. Tak lagi tertahan, kepala Ina mulai bergerak maju mundur dengan teratur.

“mmmphhh….mmmm..mmmp….slrrpp..mmmm…”

Ina menambah bumbu erotis dengan menggumam penuh birahi. Ia juga menyelingi kulumannya dengan jilatan dan terkadang berhenti sejenak membiarkan penis itu berdenyut denyut di dalam mulutnya. Jangan pernah bertanya seperti apa reaksi Maman saat menikmati oral sex dashyat dari SPG cantik bernama Ina ini. Terlalu norak untuk dijelaskan. Akhirnya sekian lama dioral , penis Maman berdenyut denyut nyaris tak tertahankan lagi untuk memuntahkan isinya. Maman mendorong Ina agar melepas kulumannya , lalu ia menarik tubuh gadis itu kembali ke wastafel. Ina kembali ke posisi semula saat pertama masuk ke toilet ini. Bertopang tangan pada wastafel di depan cermin. Bedanya kali ini ia tak berpakaian lengkap dan hanya bercelana dalam saja. Dengan perlahan dan hati hati seolah takut menggores kulit mulus Ina , Maman menurunkan celana dalam gadis itu hingga terlepas. Sekali lagi wajah Maman berubah norak saat melihat dua bongkahan dua pantat montok Ina. Maman membuka kran air di wastafel , airnya ia tampung dengan kedua tangannya untuk kemudian digunakan untuk membasahi tubuh Ina yang polos.

Maman memang paling suka melihat tubuh wanita basah terutama sehabis mandi terlihat lebih segar. Air yang ia tampung tadi diratakannya ke sekujur tubuh Ina, ke setiap lekuk lekuknya. Mulai dari leher, bahu , pundak , dan tentu saja tak terlewatkan ke depan perut hingga naik ke buah dada. Lidahnya menggelitik nakal telinga Ina. Ina hanya mendesah pelan menikmati semua rangsangan itu. Tangan kirinya meraih ke belakang merangkul leher Maman.



Puas membasahi tubuh Ina , Maman menarik gadis itu memasuki salah satu bilik toilet. Ia lalu duduk di kloset sementara Ina duduk dipangkuannya dengan kaki membuka. Ina merangkulkan tangannya ke leher Maman sambil tersenyum cantik sekali. Sejenak Maman hanya ternganga sambil menyaksikan kecantikan bidadari dihadapannya. Tangan kasar pria itu menyibak rambut Ina agar lebih jelas menikmati kecantikan wajahnya. Ia mengelus lembut pipi halus Ina , hidungnya , matanya yang terpejam dan bibirnya yang tadi telah memberi sensasi kenikmatan luar biasa di penisnya. Dalam hati Maman masih belum mempercayai keberuntungannya hari ini. Sejak Ina duduk di pangkuan Maman , kemaluan keduanya telah saling bertemu dan bergesekan tak sabar ingin segera ‘dipersatukan’ Maman memposisikan penisnya bersiap menembus lubang vagIna Ina. Meski bukan perawan , perawatan yang tepat membuat vagIna Ina masih terasa sempit. Maman agak sedikit kesulitan menembusnya.

“buseeet…bukan perawan aja kayak gini …gimana perawannya dulu ya..??”pikir Maman

Akhirnya dengan sedikit usaha extra , penis Maman berhasil menembus masuk ke dalam vagIna Ina. Maman menarik nafas lega, sejenak matanya terpejam menikmati jepitan erat vagIna gadis itu. Sambil menikmati jepitan itu , Maman sedikit mendorong tubuh Ina agak ke belakang. Dengan rakusnya kemudian ia menikmati kenyalnya buah dada Ina. Ia kulum dan jilati , putingnya ia hisap penuh nafsu. Maman baru berhenti setelah kulit mulus payudara Ina berhiaskan bercak merah hasil karya hisapan rakus mulutnya. Maman mengisyaratkan Ina untuk mulai bergerak. Ina meresponnya dengan mulai menggoyang pinggulnya perlahan lalu bergerak naik turun di atas pangkuan Maman.



“oohhch…aaahhh..aaahh..ooohh…” gesekan dan jepitan antara penis dan vagIna mulai bereaksi pada Ina.

“iya neng..terus..neng…genjot terrusss…”

“oouujhhh..aaahhh…ahhhh..aawahhh…..”

Payudara Ina bergoyang goyang begitu menggoda saat tubuhnya bergerak naik turun , Maman pun tak tahan untuk tak meremasnya. Dan remasan itu secara otomatis merangsang Ina untuk bergerak lebih intens. Beberapa menit kemudian rangkulan Ina terasa makin erat. Ia semakin merapatkan tubuhnya pada Maman. Tubuh Ina terasa mengejang diikuti oleh desahan panjang dirinya.

“ooooohhhh…..” Ina mencapai orgasme.

Tubuhnya otomatis melemas sehingga kini gantian Maman yang lebih pro aktif. Giliran Maman yang mengoyangkan pinggul dan menggenjot tubuh gadis itu untuk mencapai puncak.

Tubuh Ina yang lemas terguncang guncang tak berdaya diatas pangkuan Maman. Desahan gadis itu pun tak lagi jelas terdengar , malah lebih mirip helaan nafas. Entah berapa lama sampai akhirnya Maman mencapai puncak , bagi Ina rasanya begitu lama. Tubuh Maman menegang , ia terpekik perlahan dan kemudian vagInanya mulai menyembur ke dalam vagina gadis itu. Sesaat keduanya hanya terdiam saling berpelukan , berusaha mengumpulkan tenaga dan memulihkan nafas masing masing. Maman mencabut penisnya dan mendorong perlahan tubuh gadis itu. Ina langsung terduduk lemas di lantai toilet yang dingin. Sebagai penutup, Maman menyodorkan penisnya ke mulut Ina untuk dibersihkan. Dengan tanggap Ina langsung meraih dan menjilati penis itu hingga bersih, tak lupa ia melakukan kuluman untuk terakhir kalinya.

“hohohoho…nikmatnya dunia..makasih ya neng…”Maman mengecup kening gadis itu lalu meninggalkannya sendirian di bilik toilet.



Maman kembali melakukan tugasnya sebagai penjaga toilet, namun kali ini dengan perasaan senang, ringan dan semangat tinggi. Betapa tidak, baru saja ia menyetubuhi bidadari cantik yang selama ini hanya menjadi bahan khayalan jika sedang beronani saja. Dan meski baru saja terjadi , ia tetap belum bisa mempercayai keberuntungannya ini. Tak lama kemudian, Ina keluar dari toilet. Seluruh pakaiannya telah ia kenakan kembali. Saat bertemu Maman kembali diluar, secara refleks Ina menyilangkan kedua tangannya menutupi buah dada yang tercetak dari balik pakaiannya, ditatapnya Maman yang sedang tersenyum menyebalkan. Tak terlihat kemarahan di wajah maupun sorot mata Ina. Yang ada justru ekspresi kebingungan yang teramat sangat. Dan dengan cepat ian berbalik dan berlari menjauh sambil tetap menutupi dadanya dengan tangan, Ina pun mulai menangis. Selain Maman yang merasa senang hari itu , satu orang lagi yang merasa senang adalah Doni. Ia telah memperhatikan saat Ina tiba tiba bersikap aneh, saat Ina pergi ke toilet, dan saat si penjaga toilet ikut masuk dan tak keluar lagi dalam waktu lama. Plus terakhir melihat SPG cantik itu kembali dari toilet sambil menangis dan menutup dada.

Itu berarti satu hal , ‘black note’ memang berfungsi.



***NAGA_LANGIT PRODUCTION***




Seorang pemuda berdiri di pinggiran atap gedung berlantai 17. Dengan santai ia menatap ke bawah tanpa perasaan takut atau gamang. Ia malah berdiri makin ke tepi , kepalanya mengadah ke langit dengan mata terpejam , tangannya merentang seakan hendak melompat terbang. Ia mulai menghirup udara dalam dalam dan mengeluarkannya perlahan. Tiba tiba dari pintu menuju atap, seorang pria berjas lengkap layaknya eksekutif muda berlari dengan tergopoh gopoh mendekati pemuda itu. Selain terlihat kelelahan wajahnya terlihat pula khawatir. Orang yang baru datang itu adalah Indra Hermawan, seorang pengusaha muda yang sukses. Apapun yang dikelolanya sepertinya selalu menghasilkan uang banyak. Tahun ini ia ikut mencalonkan diri menjadi caleg, dan hanya tinggal menunggu waktu saja sampai ia bisa menjadi anggota dewan di senayan.

” ‘K’……??” Indra memanggil pemuda yang berdiri di tepian atap.

“sudah anda temukan ‘black note’ nya…??” kata pemuda yang dipanggil ‘K’ itu tanpa menoleh.

“eee…belum….”

“tapi sudah ada petunjuk siapa yang memegangnya….??”

“belum juga…tapi…..”

‘K’ berbalik dan melompat ke hadapan Indra. Wajah ‘K’ terkesan dingin dan misterius dengan sorot mata yang membuat gentar yang melihatnya.

“anda tahu tuan Indra , beratus tahun , berganti jaman , kami menjaga ‘black note’ , baru kali ini buku itu hilang….”



“ii..iya saya minta maaf..itu…eemmm..kecelakaan….”

“kecelakaan…..kata anda kecelakaan…??” ‘K’ mendekatkan wajahnya ke wajah Indra membuat pria itu beringsut mundur ketakutan.

“Adam Air hilang itu kecelakaan….Argo Gede anjlok itu kecelakaan…..baju Dewi Persik melorot itu kecelakaan….tapi ‘black note’ hilang bukanlah kecelakan..itu ke…bo….do…han….” kata ‘K’ sambil mendorong dorong dada Indra dengan jarinya.

“kami memilih anda untuk menggunakan ‘black note’ karena kami yakin akan kemampuan anda….tak disangka anda begitu ceroboh tuan Indra…”

“maaf…saya minta maaf….saya akan terus berusaha mencarinya…saya punya dugaan dimana kira kira buku itu terjatuh”

‘K’ mendengus kesal sambil memandangi indra dengan tatapan tajam , “anda tahu cara kerja ‘black note’ tuan indra..??”

“ya , tentu saja…..death note untuk laki laki dan sex note untuk perempuan….”

“dan anda tahu siapa orang pertama yang menggunakan ‘black note’ tuan indra..??”

“tidak , saya tidak tahu…dan saya tak melihat ada hubungannya dengan masalah kita saat ini…”

‘K’ kembali memandang tajam Indra membuat pria itu tertunduk tak berani membalas.

“tak ada hubungannya ya…..baik , mari kita lihat…..apa benar tak ada hubungannya, ” ‘K’ terdiam sejenak , ” kuberitahu , korban death note pertama adalah Empu Gandring dan Tunggul Ametung , dan korban sex note pertama adalah Ken Dedes….artinya…..” ‘K’ menggantung kalimatnya.

”artinya….Ken Arok adalah orang pertama yang menggunakan ‘black note’..??” jawab Indra

“benar sekali tuan Indra….’black note’ pertama digunakan oleh Ken Arok, tentu saja saat itu namanya bukanlah ‘black note’. Sejak saat itu secara turun temurun , dari generasi ke generasi , kami memilih satu orang yang kami anggap layak untuk menerima ‘black note’……dan tentu saja ‘black note’ mempunyai ratusan nama disesuaikan dengan jaman kemunculannya…”



“jadi artinya ada lebih dari satu ‘black note’…???” Tanya Indra

“tentu tidak tuan Indra ..jangan bodoh…” ‘K’ menepuk nepuk kepala Indra , ” ‘black note tetap hanya satu , setiap kali berpindah tangan maka tulisan pemilik sebelumnya akan hilang….”

“jadi hubungannya dengan hilangnya ‘black note’ sekarang apa..??”

“anda masih belum paham juga ternyata tuan Indra…..” ‘K kembali berdiri ketepian atap sambil melihat orang orang dibawahnya yang sekecil semut , “tahun 1945 death note digunakan untuk menghabisi Jendral Mallaby , tahun 1965 pemegangnya menuliskan 7 nama jendral di ‘black note’ ….walau ia salah menuliskan Nasution menjadi Nasutoin, makanya satu jendral berhasil lolos…….”

Indra ternganga keheranan, ia baru menyadari betapa besarnya pengaruh ‘black note’ yang pernah dipercayakan kepadanya.

“aaah….rupanya anda baru paham tuan Indra …..bayangkan , Singosari, Pertempuran 10 November, G30S PKI……’black note’ bukanlah sekedar menyingkirkan orang yang tak kita sukai atau meniduri perempuan yang kita maui tuan Indra…..’black note’ digunakan untuk membentuk sejarah…..catat itu baik baik tuan indra….SE….JA…..RAH….!!!!”

“jadi bayangkan seandainya ‘black note’ ditangan orang yang tidak tepat ….sejarah apa yang mungkin akan terjadi di masa depan…..??” lanjut ‘K’

Indra terdiam menyadari jika ia sedang dalam masalah besar.

“masih berpikir tak ada hubungannya…..tuan indra???”

“ti..tidak…saya paham sekarang……”

“bayangkan apa jadinya jika pemegang ‘black note’ menuliskan nama tokoh politik yang tak disukainya , seperti saat itu ada yang menulis nama Munir di ‘black note’…”



Munir..??? indra teringat aktivis HAM yang tewas secara misterius di penerbangan menuju belanda. Jadi itu karena death note..???

“oke…oke….saya paham..saya akan kerahkan seluruh kemampuan saya untuk menemukan ‘black note’ kembali….”

“ya..tentu saja….” ‘K’ merogoh saku celananya dan mengambil sepucuk surat dalam amplop. Surat itu ia masukan ke kantong jas Indra, “jangan dibuka dulu ya….”

“apa ini…???” Indra menepuk saku jasnya dengan heran.

“oohh..itu cuma surat wasiat biasa kok…” jawab ‘K’ santai

” surat wasiat….punya siapa…??”

“punya anda tentunya…..biasanya orang bunuh diri selalu meninggalkan surat wasiat kan …??”

“bunuh diri..???!!! apa maksu…”

Indra tak meneruskan kata katanya karena tiba tiba dua orang berbadan besar telah mencengkram kedua tangannya dan menyeretnya ke pinggiran atap.

” please..jangan ‘K’..jangan…saya akan mencari terus..jangan…..”

”maaf tuan Indra …dengan menghilangkan ‘black note’ sama dengan anda telah menghancurkan hidup anda….so…goodbye and happy landing….” Jawab ‘K’ santai.

”tidak….jangaaaaaaaaaaaaannnnn………”

Tubuh indra melayang jatuh dari lantai 17 , dan langsung remuk plus kepalanya pecah saat menyentuh tanah.

“sayang sekali…..” ‘K’ memandang tubuh Indra dari atas seolah menyesali kejadian yang baru saja terjadi.

“boss ‘K’…apa tugas kita selanjutnya…” salah satu orang yang melempar Indra bertanya dengan penuh rasa hormat.

“saat ini yang bisa kita lakukan hanyalah buka mata dan telinga baik baik……cepat atau lambat ‘black note’ akan muncul dengan sendirinya , dan jika saat itu terjadi…..” ‘K’ kembali memandang ke bawah , …” maka akan ada satu orang lagi yang mati bunuh diri…”

Diberdayakan oleh Blogger.
Feed facebook twitter friendfeed G+ Submit