Petualangan Di Pulau

Kamis, 03 Mei 2012 Category : , 3

Pratiwi tersenyum puas. Dia berdiri di tepi kolam yang cukup jernih. Setelah menikmati pemandangan sekitar kolam tersebut, dia meletakkan botol air mineral di tepi kolam dan perlahan melepaskan pakaiannya. Dimulai dari kaus ketatnya yang berwarna pink, lalu perlahan diturunkannya celana pendeknya. Kini dia hanya memakai bikininya yang berwarna putih. Dengan hati-hati dilepaskan bikini bagian atas yang langsung menampilkan buah dadanya yang ranum dan tegak berukuran 34B. Puting susunya yang berwarna pink bergoyang-goyang seirama gerakan buah dadanya. Pratiwi kemudian menunduk, buah dadanya terlihat menggantung. Tertawa kecil, dilepaskan pula bikini bagian bawahnya. Selangkangannya yang ditutupi rambut-rambut halus terlihat bersih. Tubuh telanjang gadis 21 tahun tersebut kini menikmati semilir angin. Desir angin terasa membelai lembut dada bulat sempurna, tanpa lupa membelai pantat montoknya yang berisi. Setelah merapikan pakaiannya di tepi kolam, Pratiwi menarik napas panjang dan memasukkan kaki kirinya ke dalam kolam. Dilanjutkan dengan kaki kanannya. Kini ia duduk di tepi kolam. Diambilnya air dengan kedua tangannya dan dipercikkan ke tubuhnya. Butiran air terlihat menuruni lehernya terus ke dadanya yang ranum dan berlanjut menuju perutnya dan berhenti di rambut-rambut halus selangkangannya. Setelah memercikkan air beberapa saat, Pratiwi pun turun ke dalam kolam.
Kolam tersebut ternyata tidak dalam, hanya sebatas puting susunya saja. Lalu ia menggosok tubuhnya dengan air kolam yang jernih. Buah dadanya yang tertekan lengan saat membilas terlihat semakin montok. Tanpa ia sadari sepasang mata memperhatikan kejadian tersebut. Orang misterius itu pun menelan ludah melihat tubuh sempurna yang putih mulus tersebut. Tak heran, karena Pratiwi sehari-hari memang berprofesi sebagai model. Demikian asyiknya Pratiwi membilas tubuhnya dengan air segar tersebut, dirinya tidak menyadari bahwa orang misterius itu menukar botol air mineralnya dengan botol lain yang sama.

Pratiwi terus menggosok tubuhnya. Sesekali dia menyelam. Akhirnya dia menuju ke bagian yang agak dangkal di kolam itu. Dia duduk di atas batu di dalam kolam tersebut, menikmati kesegaran air kolam tersebut di sekujur tubuhnya. Buah dadanya yang montok tersembul ke luar permukaan kolam. Pikirannya teringat kejadian beberapa hari sebelumnya. 2 orang teman kampusnya mengajaknya menginap di cottage di sebuah pulau. Pulau tersebut memang tidak berpenghuni. Hanya turis yang sesekali datang ke sana untuk snorkeling. Begitu pula Pratiwi dan teman-temannya yang datang ke sana untuk hal yang sama.
Sesampainya di dekat pulau, melihat laut yang begitu jernih, Pratiwi dan Dini, temannya, langsung membuka pakaian mereka, menampilkan tubuh indah mereka yang terbalut bikini, memasang mask dan fin dan langsung melompat ke laut. Tinggal Ray, teman pria mereka, dan tukang perahu yang terkejut melihat pemandangan indah tersebut. Puas menikmati keindahan bawah laut, kedua gadis itu pun naik kembali ke perahu dan mengenakan kembali pakaian mereka. Perjalanan ke pulau dilanjutkan kembali. Dari tukang perahu, mereka mengetahui bahwa pulau tersebut cukup luas dan memiliki hutan di tengah-tengahnya. Setelah menaruh semua barang-barang dan perbekalan di cottage, Pratiwi sengaja memisahkan diri dari teman-temannya dan berjalan ke dalam hutan di pulau tersebut hingga sampailah dia di kolam tersebut. Rasa lengket akibat berenang di laut memaksa Pratiwi membilas tubuhnya di kolam tersebut.
Dengan badan yang tidak lengket lagi, Pratiwi naik ke tepi kolam dan duduk di sana sambil menunggu tubuhnya kering. Tubuh telanjang yang indah tersebut kembali menjadi santapan mata orang misterius tersebut. Dengan mata tak berkedip, dinikmatinya buah dada Pratiwi yang bulat ranum tersebut, turun ke perutnya yang rata, paha Pratiwi yang mulus pun tak luput dari sasaran mata orang misterius tersebut. Pratiwi menikmati semilir angin mengeringkan tubuhnya, sambil meminum air mineral dari botolnya. Tak lama kemudian Pratiwi merasakan hal yang aneh ditubuhnya. Seluruh tubuhnya terasa lemas. Pandangannya terasa berat. Tak lama kemudian tubuhnya tergeletak lunglai tak bertenaga. Dia masih merasakan tubuh telanjangnya dibopong dan diletakkan di bahu seorang pria. Pratiwi berusaha memberontak, tapi tenaganya seakan hilang. Tangan nakal pria tersebut meraba-raba pantatnya yang montok sambil membopongnya ke dalam hutan. Setelah
itu Pratiwi tak sadarkan diri.
——————————————————–
Di cottage, Ray dan Dini masih membereskan barang-barang dan perbekalan. Setelah selesai membereskan barangnya, Ray pamit untuk mandi.
“Dini, gue mandi dulu ya, badan gue lengket nih kena angin laut.”
“Ya udah sana, gue juga masih belum beres nih barang-barangnya. Biasa cewek barangnya banyak,” sahut Dini.
Ray pun bergegas ke kamar mandi. Mungkin karena pulau tersebut tidak berpenghuni, kamar mandinya pun lumayan terbuka. Hanya terdiri dari kayu yang mengelilingi kamar mandi, dengan sebuah bak air dan WC. Atapnya terbuka dan tidak memiliki pintu. Sambil mandi, pikiran nakal terbersit di kepala Ray. “Wah, bisa gue pakai buat ngintip cewek-cewek nanti mandi nih.” Ray pun tersenyum nakal sambil meneruskan mandinya.
Selesai mandi, Ray kembali ke cottage dan menemukan hanya Dini di sana. Pratiwi belum kembali. Lalu ditanyanya Dini. “Pratiwi ke mana ya? Katanya tadi hanya jalan-jalan sebentar di hutan, kenapa dia belum balik ya?”
“Jangan-jangan dia tersesat di hutan, Ray” kata Dini dengan nada kuatir.
“Ya udah, gue cari Pratiwi, elo mandi aja dulu. Nanti elo tunggu gue di sini.” Kata Ray bergegas mengambil peralatan dan masuk ke dalam hutan.
Dini pun mengangguk dan mengambil pakaian gantinya. Rasa lengket hasil berenang di laut tadi rupanya mengganggu dirinya juga. Dengan bergegas Dini menuju kamar mandi.
Sesampainya di kamar mandi, Dini pun melepaskan kaosnya yang langsung memperlihatkan dadanya yang berukuran 36B yang ditutupi bikini coklat. Rok mininya pun dilepas. Setelah menggantung kedua benda tersebut, Dini menatap tubuhnya, dia selalu mengagumi ukuran dadanya yang besar itu. Di luar kamar mandi, sesosok tubuh misterius mengendap-endap bersembunyi di balik pohon yang berseberangan dengan pintu kamar mandi. Sambil menerka arah angin, dinikmatinya pemandangan indah di dalam kamar mandi tersebut.
Dini perlahan membuka bikini atasnya, menggantungnya, lalu memperhatikan lagi buah dadanya yang kini tidak ditutupi apa-apa. Puting pink kecoklatan menambah indah buah dada itu. Dijepitnya kedua buah dadanya dengan lengannya yang mengakibatkan semakin terlihat montoknya buah dada tersebut. Kulit putihnya menambah kemolekan gundukan ranum tersebut. Kemudian dilepasnya bikini bawahnya yang menampilkan selangkangan yang ditutupi rambut yang cukup lebat. Dini perlahan membasuh tubuhnya. Mulai dari leher, ke dadanya, cukup lama tangannya bermain di sana. Dilanjutkan ke perut dan selangkangannya, lalu ke pahanya.
Sosok misterius tersebut mengendap-endap mendekati kamar mandi dan membakar segumpal dedaunan kering. Tidak ada api besar, tidak ada asap, hanya bau aneh yang keluar dari gumpalan daun tersebut yang terbakar menjadi sekam. Sosok tersebut segera menjauh dari kamar mandi tersebut. Kembali ke balik pohon menikmati tubuh indah Dini yang sedang mandi. Selangkangannya terasa meronta melihat tubuh indah tersebut tidak ditutupi apa-apa. Terlebih saat Dini membungkuk membasuh kakinya yang memperlihatkan pantat indahnya dan belahan kemaluannya dari belakang.
Dini yang sedang membasuh tubuhnya mencium bau aneh tersebut. “Ah mungkin hanya bau hutan saja,” pikirnya dan kembali membasuh tubuhnya tanpa memperdulikan bau tersebut. Tak lama kemudian, tubuhnya terasa lemas, kepalanya terasa berat. Tubuh indah tersebut pun jatuh perlahan di kamar mandi. Dini masih berusaha bangun dan masih sempat melihat sosok hitam menghampiri tubuhnya. Sosok hitam tersebut tertawa, memaksanya meminum suatu cairan, lalu membopong tubuh Dini yang telanjang di bahunya dan membawanya masuk ke dalam hutan.
——————————————————–
Perlahan, Pratiwi membuka matanya, tubuhnya masih tidak bertenaga. Dicobanya untuk berbicara, tetapi hanya suara uh uh saja yang keluar dari mulutnya. Dengan makin jernihnya pikirannya, Pratiwi coba mengingat-ingat kejadian sebelum dia tidak sadarkan diri. Matanya melihat disekeliling langit-langit, ah rupanya dia ada di sebuah rumah gubuk. Disadarinya dirinya berbaring di sebuah dipan kayu. Dilihatnya tubuhnya, astaga, ternyata dia telanjang. Tak ada sehelai benang pun menutupi tubuhnya. Pikirannya teringat bahwa dia pingsan sebelum dia berpakaian kembali. Siapa pria misterius itu? Pikirannya terus melayang. Dilihatnya ke sebelah kiri. Dini! Dilihatnya Dini tergeletak di samping tubuhnya. Ya, Dini. Tubuh Dini telanjang juga, terlentang dan buah dadanya terekspos dengan jelas. Dini kelihatannya belum sadar.
Pratiwi menutup matanya erat-erat. Ini tidak mungkin terjadi, aku hanya mimpi. Tapi saat membuka matanya, pemandangan sama yang dihadapinya. Pratiwi pun menangis, menunggu apa yang terjadi. Tak lama kemudian, dilihatnya Dini mulai sadar. Dini yang melihat Pratiwi pun sama kagetnya. Menyadari dirinya telanjang dan tidak berdaya, Dini hanya bisa mengeluarkan suara uh uh saja. Sama seperti Pratiwi. Mereka hanya berpandangan.
——————————————————–
Ray yang berjalan di hutan, mencari-cari Pratiwi. Dia berjalan ke sana ke mari. Tak lama dia pun sudah merasa lelah, tenaganya sudah habis untuk perjalanan ke pulau dan mencari Pratiwi. Dia pun beristirahat di bawah pohon besar. Pikirannya kalut. Ray menggosok-gosok kepalanya dan tiba-tiba BUK! Bagian belakang kepalanya terasa sakit sekali. Dan dia merasakan ada cairan keluar menuruni lehernya. Darah, lalu semua gelap.
——————————————————–
Menjelang malam, gubuk tersebut semakin gelap. Pratiwi dan Dini hanya saling berpandangan. Tubuh mereka masih tanpa tenaga. Mata mereka semakin terbiasa dengan kegelapan. Tak lama terlihat cahaya dari luar. Cahaya tersebut mendekati pintu gubuk tersebut. Mereka berteriak minta tolong hanya dengan uh uh uh saja. Saat pintu dibuka, mata mereka serasa dibutakan oleh cahaya lampu petromak.
Setelah terbiasa dengan cahaya, mereka melihat orang yang membawa lampu petromak tersebut. Astaga, ternyata dia adalah bapak tua tukang perahu yang mengantarkan mereka ke pulau tersebut. Mereka pun berteriak meminta tolong kepadanya. Lalu mereka menyadari bahwa tubuh mereka telanjang. Pratiwi dan Dini pun segera diam. Mereka merasa malu tubuh indah mereka terekspos kepada tukang perahu tersebut.
“Sebentar ya, neng,” kata pak tua tersebut. Lalu ia keluar dari gubuk tersebut. Tak lama dia kembali membawa 2 buah petromak. Dia meletakkan satu petromak di ujung atas dipan dan dua di masing-masing ujung lain dipan.
Lalu pak tua mendekati mereka. “Maaf ya, neng-neng. Bapak sudah tua, bapak tidak bisa menahan hasrat bapak melihat neng-neng yang cantik ini. Neng-neng mau kan bantu bapak?”
Kedua gadis itu berusaha menjerit, tapi hanya uh uh saja yang keluar dari mulut mereka. Tubuh mereka tidak bisa digerakkan sama sekali. Pak tua pun mengambil tempat di antara kedua gadis itu.
Pak tua itu pun melihat tubuh Pratiwi, mengamati dari rambut, turun ke matanya, bibirnya, leher. Berhenti sebentar di buah dadanya, melihat bulat dan ranumnya dada Pratiwi yang berukuran 34B itu, pak tua menelan ludah, lalu pandangannya dilanjutkan ke perut Pratiwi yang rata dan berhenti lagi di selangkangan. Pak tua menggeser paha Pratiwi sehingga tampaklah kemaluan Pratiwi. Pratiwi merasa malu sekali tubuhnya diperiksa oleh pak tua tersebut. Puas mengamati kemaluan Pratiwi yang berwarna pink itu, pak tua mengelus paha dalam Pratiwi dengan tangan kirinya. “Halusnya, tubuh neng paling bagus. Nanti bapak pasti bikin neng puas.”
Pandangan pak tua berganti ke Dini. Sambil masih terus mengelus paha dalam Pratiwi, dia mengamati Dini. Wajah cantik Dini diperhatikan dengan benar-benar. Mata Dini yang indah dan lehernya yang jenjang tidak lepas dari pengamatannya. Dini merasa jijik dengan pandangan pak tua tersebut. Pandangan pak tua pun berlanjut ke dada Dini yang berukuran 36B. Dengan penasaran diraihnya buah dada kanan Dini dan dipijat-pijatnya dengan lembut. Sambil terkadang dimainkan putingnya. Tangan kirinya masih terus mengelus paha dalam Pratiwi. Terkadang kemaluan Pratiwi pun tersentuh tangannya.
“Wah neng susunya besar sekali ya,” kata pak tua. Puas bermain dengan buah dada Dini, pak tua kembali memperhatikan tubuh Dini, perut, selangkangan. Pak tua menghentikan elusannya di paha Pratiwi dan menggeser paha Dini agar dia lebih leluasa melihat kemaluan Dini. Pak tua pun mendekatkan wajahnya ke kemaluan Dini dan menghirup baunya. “Wah wangi sekali neng,” kata pak tua seraya sambil tersenyum. Rupanya pak tua menggeser paha Dini cukup jauh sehingga vaginanya merekah dan menunjukkan isinya yang berwarna merah muda.
Pak tua mengelus paha dalam Pratiwi dan Dini yang menimbulkan rangsangan kepada kedua gadis itu. Terkadang disentuhnya kemaluan mereka. Ada perasaan seperti aliran listrik setiap kali tangan pak tua menyentuh kemaluan mereka. “Neng-neng gadis kota memang putih-putih, mulus. Bapak benar-benar beruntung kali ini.”
Pak tua membuka pakaiannya sehingga sekarang dia telanjang bulat di depan kedua gadis itu. Pak tua mendekati Dini dan mengulum bibirnya. Sementara tangannya bermain-main dengan buah dada Pratiwi dan Dini. Pak tua tak puas, dia berpindah mengulum bibir Pratiwi. Bergantian dikulumnya bibir Dini dan Pratiwi. Lalu dia berpindah ke tubuh Pratiwi. Diremasnya buah dada Pratiwi dan dikulumnya puting susu Pratiwi bergantian. Kadang dijilatnya. Pratiwi dapat merasakan kemaluan pak tua yang sudah tegak menggesek pahanya. Pratiwi pun lama kelamaan mulai menikmati apa yang dilakukan pak tua. Jilatan dan kuluman pak tua di putingnya meninggikan nafsunya. Nafasnya mulai tak teratur. Apalagi remasan pak tua yang beritme di buah dadanya semakin membuat pikirannya gelap. Pak tua mulai menjilati buah dada Pratiwi yang membuat Pratiwi semakin tinggi nafsunya.
Jilatannya kini diarahkan ke perut Pratiwi yang membuat Pratiwi kegelian dan tidak kuat menahan kenikmatan yang diterima tubuhnya. Jilatan demi jilatan membuat mata Pratiwi gelap. Pak tua pun turun dan mulai menjilati kemaluan Pratiwi. Bibir kemaluannya dibuka dengan menggunakan jari oleh pak tua dan mulailah dia menjilati vagina Pratiwi. Lidahnya diputar-putar di klitorisnya. Pratiwi merasa kemaluannya mulai basah akibat rangsangan tersebut. Dan tiba-tiba Pratiwi merasa tubuhnya mau meledak dan Pratiwi mendapatkan orgasme.
Pak tua seakan ingin Pratiwi menikmati orgasme yang diberikannya, kini dia berganti ke Dini. Dini yang merasa takut melihat apa yang dilakukan pak tua kepada Pratiwi menutup matanya. Pak tua kembali mengulum bibir Dini, memainkan lidahnya di dalam mulut Dini, sambil meremas-remas buah dada Dini yang besar. Dipilin-pilinnya puting susu Dini sambil tangan satunya mengelus perut Dini. Dini pun merasa seakan tubuhnya menikmati apa yang dilakukan pak tua. Tangan pak tua masih bermain dengan putingnya dan mulut pak tua masih mengulum bibirnya saat disadarinya tangan pak tua yang satu lagi bermain di daerah kewanitaannya. Diputar dan dipijatnya klitoris Dini. Getaran demi getaran nafsu mengalir ke kepala Dini. Kenikmatan dari permainan tangan pak tua di putingnya dan di klitorisnya membuat Dini tidak bisa berpikir jernih lagi.
Pak tua berhenti sebentar, merasakan kemaluan Dini sudah basah, dia pun turun dan mulai menjilati kemaluan Dini, sambil sesekali menusuk-nusuk kemaluan Dini. Dini yang sudah tidak kuat lagi, hampir mendapatkan orgasme. Tiba-tiba pak tua menempelkan bibirnya di bibir kemaluan Dini dan menyedot kuat-kuat. Dini semakin mendekati orgasme. Pak tua terus menjilati klitoris Dini dan memainkan jarinya di dalam vagina Dini. Tak lama kemudian pun Dini mendapatkan orgasmenya.
Pak tua berhenti sebentar. Duduk di ujung dipan dengan kemaluannya yang tegak berdiri. Dipuaskan dirinya melihat 2 orang gadis cantik yang sedang bergetar karena orgasme.
“Wah neng, barang bapak masih kurang keras. Neng-neng bantu kerasin ya?” Kata pak tua seraya mendekati wajah Pratiwi dan Dini. Diambilnya tangan Pratiwi dan Dini dan digosokkan tangan mereka di atas kemaluannya. Pak tua pun melenguh menahan kenikmatan gosokan tangan Pratiwi dan Dini. Pak tua pun mendekatkan kemaluannya ke wajah Dini, membuka mulut Dini dan memasukkan kemaluan ke mulut Dini. Dini merasakan kemaluan pak tua yang berlendir menggesek bagian dalam mulutnya. Dini yang tidak bisa apa-apa hanya bisa pasrah.
Setelah puas menggesekkan kemaluannya di dalam mulut Dini, pak tua mencabut kemaluannya dan membuka mulut Pratiwi dan memasukkan kemaluannya ke dalam mulut Pratiwi. Digesekkan kemaluannya di lidah Pratiwi. Kadang pak tua terlalu dalam memasukkan sehingga Pratiwi hampir saja muntah. Pratiwi pun juga hanya bisa pasrah. Baginya kemaluan pak tua mengeluarkan bau aneh, menjijikkan bagi Pratiwi.
Setelah puas, pak tua mencabut kemaluannya dari mulut Pratiwi dan beralih. Dia menduduki Dini dan meletakkan kemaluannya yang sudah keras dan tegak di antara buah dada Dini. Buah dada Dini ditekannya sehingga sekarang buah dada Dini yang besar menjepit kemaluannya. Digesekkannya buah dada Dini di kemaluannya, kadang kemaluannya yang digesekkan ke buah dada Dini. Dini merasa susah bernapas karena diduduki.
Tak lama kemudian, pak tua semakin mempercepat goyangannya dan crttt, kemaluan pak tua memuntahkan isinya. Sebagian terkena wajah Dini, sebagian berceceran di dada Dini. Pak tua, mengarahkan kemaluannya ke Pratiwi dan crttt crttt kemaluan pak tua memuntahkan sisa isinya ke tubuh Pratiwi. Dini dan Pratiwi pun merasa jijik dengan cairan pak tua yang berada di atas tubuh mereka.
Pak tua kemudian keluar dari gubuk dan tak lama kembali dan menutup pintu gubuk tersebut. “Tenang aja neng. Obat yang bapak kasih baru habis pengaruhnya sekitar 5 jam lagi. Kita masih bisa bermain selama itu.”
Pak tua kembali mendekatkan wajahnya ke vagina Pratiwi dan mulai menjilati di sana. Kali ini dia menghisap jarinya, membasahi dengan ludah dan mulai menusuk-nusuk vagina Pratiwi. Pratiwi yang merasa kegelian, merasa gairahnya kembali bangkit meskipun bercampur dengan rasa jijiknya.
Lalu pak tua menjilati vagina Dini sambil terus memainkan jarinya di vagina Pratiwi. Dini pun kembali naik gairahnya. Lama juga pak tua berganti-ganti menjilati dan memainkan jarinya di kemaluan Pratiwi dan Dini. Kemaluan kedua gadis itu sudah basah sekali. Pak tua berhenti dan memperlihatkan kemaluannya yg sudah tegak berdiri lagi.
“Yang mana ya yang akan bapak masukkan duluan?”
“Yang neng ini masih rapat, bapak suka sekali” seraya mengusap kemaluan Pratiwi.
“Kalau neng yang ini lebat sekali rambutnya, bikin bapak makin nafsu” seraya mengusap rambut kemaluan Dini.
“Kalau gitu, bapak ganti-gantian saja, bapak cobain 2-2nya sekaligus,” kata pak tua.
Diangkatnya Dini dan diletakkan di atas Pratiwi. Dibukanya kaki kedua gadis itu sehingga kini vagina Pratiwi dan Dini bertumpuk dan terbuka lebar. Lelehan air liur pak tua bercampur dengan cairan kenikmatan kedua gadis itu menetes dari pinggir vagina mereka. Di bawah pantat Pratiwi, pak tua menyelipkan sesuatu agar posisi vagina Pratiwi dan Dini lebih terangkat ke atas dan memudahkan pak tua memasukinya.
Pak tua pun mengambil posisi di depan vagina Pratiwi. Pratiwi dan Dini meskipun terangsang, tapi mereka masih menyadari apa yang pak tua ini hendak lakukan. Mereka hanya bisa berteriak uh-uh-uh. Pak tua menyeringai puas dan memegang kemaluannya, meludahinya agar licin dan siap memasuki vagina Pratiwi.
Tiba-tiba BRAKK! Tiba-tiba muncul sesosok tubuh di depan pintu gubuk yang langsung menyerang pak tua dengan batangan kayu besar. Pak tua yang tidak siap langsung roboh terkena pukulan batangan kayu besar di kepalanya. Sosok itu pun tidak mengenal kasihan, kakinya langsung menginjak kemaluan pak tua yang sedang tegak-tegaknya dan terdengar suara KRAK! Dilanjutkan dengan teriakan pak tua memegang selangkangannya sambil mengeluarkan busa dari mulutnya.
Ternyata sosok tubuh itu adalah Ray. “Dasar orang tua bangsat, ga tau malu!” Lalu diludahinya pak tua yang sudah tak sadarkan diri di lantai gubuk itu. Lalu dialihkannya pandangannya ke dipan. Kaget dilihatnya kedua gadis temannya berada dalam posisi memamerkan kemaluan mereka. Sesaat Ray merasa nafsu muncul dari dalam dirinya. Bagaimanapun yang ada di hadapannya adalah 2 orang gadis cantik yang tidak mengenakan pakaian dan memamerkan bagian kewanitaannya.
Pikiran itu dibuangnya dan dia membantu memindahkan tubuh Dini dari atas Pratiwi. Dia pun keluar, mencari sesuatu untuk menutupi tubuh kedua gadis itu. Tak lama di bagian belakang gubuk, Ray menemukan 2 buah kain sarung yang sudah lusuh dan tali rafia. Diambilnya dan ditutupinya tubuh telanjang kedua gadis itu. Dia pun mengikat tubuh pak tua di pohon di dekat gubuk tanpa sehelai benang pun. Kekesalannya pada pak tua masih berkobar, saat pak tua sedikit sadar, tanpa ragu-ragu Ray memberi bogem mentah di rusuk pak tua. Mulut pak tua pun kembali berbusa dan tak sadarkan diri lagi.
——————————————————–
Saat pengaruh obat itu sudah hilang, kedua gadis itu merasakan tenaga mereka pulih. Mereka bisa menggerakkan tubuh mereka lagi. Dengan tubuh hanya dibungkus sarung lusuh, mereka tertatih-tatih keluar dari gubuk dan menemukan Ray dan pak tua yang terikat di pohon. Pak tua sudah sadar dan masih sulit berbicara. Maklum Ray sempat menghabiskan waktu menunggu kedua gadis itu belum pulih dengan membogemi pak tua.
“Kalian lebih baik membersihkan tubuh dulu, di sana ada sungai kecil, airnya lumayan bersih. Biar gue yg di sini menjaga pak tua ini,” kata Ray sambil menunjuk ke arah timur. Sebelum kedua gadis itu pergi ke sungai, mereka sempat meludahi dulu wajah pak tua.
Kedua gadis itu membersihkan diri di sungai. Pratiwi berkata, “Untung ada si Ray datang di saat yang tepat. Kalau nggak bisa bahaya, kehormatan kita bisa diambil sama pak tua bangsat itu.”
“Iya, meskipun kita udah ga perawan lagi,” kata Dini sambil tertawa. Perlahan dia memegang kemaluannya, terbayang kejadian semalam.
Pratiwi dan Dini pun menggosok tubuh masing-masing. Membersihkan sisa-sisa pak tua di tubuh mereka. Terkadang Pratiwi dengan iseng memilin puting Dini dan Dini membalasnya dengan meremas buah dada Pratiwi. Andaikan Ray bisa melihat kedua gadis ini mandi, pastilah nafsunya meningkat seketika. 2 tubuh putih ranum yang indah. Masing-masing dengan buah dada bulat dan lekukan tubuh yang sempurna.
Selesai mandi, mereka kembali membungkus tubuh mereka dengan sarung lusuh yang sudah tipis itu. Bersamaan dengan sampainya mereka di gubuk tersebut, matahari pun sudah mulai terbit, sehingga Ray yang berada di depan mereka dapat melihat siluet tubuh indah kedua temannya yang ditutupi sarung.
Pak tua yang sudah sadar, tertawa meringis ketika melihat kedua gadis yang hendak diperkosanya semalam. Amarah kedua gadis ini langsung naik ke ubun-ubun dan Dini tanpa permisi langsung memberikan uppercut di dagu pak tua, disambung dengan Pratiwi yang menghajar hidung pak tua hingga patah. Pukulan bertubi-tubi dihujamkan kepada tubuh ringkih pak tua oleh kedua gadis itu.
Setelah puas, mereka mengajak Ray kembali ke cottage tanpa melepaskan pak tua dari ikatan di pohon. “Sebentar, gue masih kesel sama orang tua ga tau diri ini,” kata Pratiwi yang langsung menghampiri pak tua dan menendang kemaluan pak tua. Mungkin karena luka semalam belum sembuh benar, pak tua kembali pingsan dan mulutnya mengeluarkan busa lagi. Ray langsung menghampiri dan memeriksa pak tua. “Belum mati, untung saja,” bisiknya lega.
Di cottage, Pratiwi dan Dini langsung mengganti sarung lusuh itu dengan pakaian mereka. Kali ini Pratiwi memakai baju bali yang cukup longgar dan hotpants, sedangkan Dini memakai baju kaos ketat berwarna kuning dan hotpants. Buah dadanya semakin terlihat besar dan putingnya tercetak di kaos tersebut, karena dia memakai bra yang tipis.
“Bagaimana kita pulang, Ray? Tukang perahu sudah tidak ada lagi, sedangkan perbekalan kita hanya cukup untuk seminggu,” kata Dini.
“Tenang, setiap 4 hari sekali ada orang yang datang ke pulau ini untuk membersihkan cottage ini. Kita bisa minta pertolongannya nanti. Kalau tidak salah, orang itu akan datang 2 hari lagi. Lebih baik kalian makan dahulu, daripada kalian sakit.”
Kedua gadis itu menurut, Pratiwi beranjak dari meja dan mengambil bekal makanan mereka.
“Ini Ray,” kata Pratiwi seraya memberikan makanan sambil menunduk. Ray dengan jelas bisa melihat buah dada gadis itu terpampang jelas, karena baju bali yang longgar. Kemaluan Ray langsung mengeras. Apalagi dengan posisi menunduk, buah dada Pratiwi menggantung dan terlihat lebih besar. Dilihatnya Dini sedang menikmati makanan, puting susunya yang tercetak di kaosnya menambah keras kemaluan Ray.
Sorenya, saat kedua gadis itu berjalan-jalan di luar cottage, Ray melamun. Lamunannya melayang-layang dan akhirnya dia mengingat tubuh kedua gadis itu. Posisi tubuh mereka saat dia menemukan mereka di gubuk itu, siluet tubuh mereka yang terbungkus sarung, buah dada Pratiwi dan puting susu Dini yang tercetak jelas. Kelamaan kemaluan Ray makin keras.
“Daripada pusing, lebih baik gue salurin aja,” kata Ray menuju kamar mandi. Dilihatnya sekeliling, tidak tampak kedua gadis itu. Perlahan diturunkan celananya dan Ray mulai memuaskan diri sendiri sambil membayangkan kedua gadis itu.
“Nah ya, lagi apa lo!” Tiba-tiba terdengar kedua gadis itu berteriak. Ray yang masih memegang kemaluannya yang tegak kaget dan salah tingkah.
“Sini Ray, daripada elo sendirian, mending kita bantu. Sebagai tanda terima kasih kita juga,” kata Dini sambil langsung memegang kemaluan Ray dan memasukkan ke mulutnya. Pratiwi menarik tangan Ray dan meletakkannya di buah dadanya sambil mencium bibirnya. Ray langsung menikmati hal tersebut. Dikulumnya bibir Pratiwi dan dimainkan lidahnya di dalam mulut Pratiwi. Tangannya terus bergerilya di dada Pratiwi. Dini langsung mengulum kemaluan Ray.

Di Perkosa diatas K.A

Category : , 3

Sebut saja namanya Intan, seorang gadis berusia 24 tahun, tingginya 165cm dengan berat badan yang cukup ideal, 53kg, dengan ukuran payudara 34C. Dia bekerja di salah satu stasiun televisi swasta sebagai reporter. Intan beparas cantik dan berkulit putih mulus sehingga dia dapat diterima bekerja sebagai reporter di XX tv sejak dua tahun yang lalu. Sebagai seorang reporter yang pastinya sering muncul menyapa pemirsa di layar kaca, tentunya membuat Intan meraih popularitas sehingga banyak orang mengenalinya. Banyak hal yang dirasa menyenangkan bagi Intan karena popularitas yang didapatnya, diantaranya pada waktu keluar berjalan-jalan, banyak orang yang mengenalinya dan tersenyum kepadanya serta menyapanya, bahkan hingga meminta tandatangannya.
Namun, jika ada hal-hal yang positif tentu saja ada pula yang negatif, diantaranya banyak lelaki yang suka bersiul ketika ia lewat, seringkali hampir dicolek oleh tangan jahil lelaki iseng dan mupeng , hingga yang baru saja terjadi, ada yang nekad mencari kesempatan untuk mengintip Intan kala sedang berganti pakaian di dalam kamar pas di sebuah department store di dalam sebuahpusat perbelanjaan, sialnya pelakunya tidak berhasil tertangkap tangan.
Sebagai seorang reporter, tentunya Intan sering meliput berita di sana-sini, lumayanlah itung-itung sekalian jalan-jalan sembari shopping, begitu pikirnya. Terhitung hampir semua daerah, dari Sabang sampai Merauke sudah pernah disinggahinya kala melakukan rutinitasnya sebagai seorang reporter televisi. Walaupun begitu, ia jarang mendapatkan kesempatan untuk melakukan liputan ke luar negeri sehingga suatu saat, ketika atasannya memberikan kesempatan kepadanya untuk meliput berita di Jepang, Intan girang sekali dan langsung memutuskan untuk mengambil kesempatan tersebut. Walaupun tahu bahwa harga-harga di Jepang sangat mahal, ia juga telah menyiapkan anggaran untuk belanja. Di Jepang nanti, Intan ditugaskan untuk meliput sebuah festival adat di Jepang beserta segala keunikannya.
Hari yang dinanti-nantikan tibalah juga. Ima berangkat ditemani oleh Nina, seorang camera person dari XX tv ke Jepang. Nina berusia dua tahun lebih muda dari Intan, tinggi badannya sepantaran dengan Intan namun sedikit lebih kurus dengan payudara yang lebih kecil 34A, gayanya modis, dan rambutnya seringkali bergonta-ganti warna, kali ini ia mengecat rambutnya dengan warna cokelat kemerahan, menambah cantik penampilannya yang juga berkulit putih. Mereka menggunakan jasa salah satu maskapai penerbangan dalam negeri karena memang maskapai dalam negeri tidak dicekal di Jepang seperti halnya yang dilakukan oleh negara-negara Uni-Eropa.
Setelah menempuh perjalanan selama beberapa jam, tibalah Intan dan rekannya di bandara internasional Narita.
“Lo kenapa Nin?”, tanya Intan pada kawannya. “Kok kelihatannya lesu gitu?”
“Ya ialah, lama banget tuh perjalanan tadi, lo sih enak, molor terus!”
Ucapan temannya tersebut hanya ditanggapi dengan tawa oleh Intan, karena memang selama perjalanan menuju Jepang, ia lebih banyak tidur, bukan karena fasilitas pesawat yang nyaman, namun lebih dikarenakan balas dendam, balas dendam? Lho? Memang, seminggu terakhir sebelum berangkat ke Jepang, ia terus melakukan liputan berpindah-pindah kota untuk sebuah program wisata belanja, hal itu dilakukannya untuk mengejar deadline dari pimpinan redaksi.
Selama di Jepang, rencananya Intan dan Nina akan tinggal di rumah Wiwin, kawan akrab Intan kala masih duduk di bangku SMU, Wiwin sekarang bekerja sebagai seorang designer dan tinggal dekat kawasan Shibuya. Hal ini juga merupakan suatu kebetulan bagi Intan karena Shibuya memang terkenal dengan wisata belanja, kegemaran utama Intan.
Setibanya di kediaman Wiwin, Intan dan Nina langsung memutuskan untuk beristirahat terlebih dahulu seusai perjalanan panjang dari Indonesia, malam harinya Intan mengajak wiwin untuk mengantarnya berbelanja keesokan harinya.
“Win, besok selesai liputan, lo anterin gue shopping yuk, gue kan disini cuman dua hari”.
“Aduuuh, sorry tan, gue besok ada meeting sama klien, enggak bisa ditinggalin. Plus sorenya gue ketemuan sama cowok gue. Emm, lo ditemenin sama si Nina aja ya? Ntar gue kasih tahu tempat-tempat yang barangnya bagus dan murah.”
“Yah, si Nina kan sama aja kaya gue, awam sama daerah sini, lo gimana sih?”
“Iya, iya, soriii banget tapi gue betul-betul nggak bisa, lagian transportnya gampang kok, naik KRL sekali juga nyampe.”
“Mmm….. ya sudah deh engga apa-apa kalau begitu.” Jawab Intan dengan muka masam. “Eh, omong-omong cowok lo cakep ga?”
“Yaa, itu khan relatif, tapi umurnya udah jauh lebih tua, ada terpaut limabelas tahunan sama gue, lumayan tajir lagi.”
“Gila lo, sekarang kok seleranya berubah, seneng sama om-om, hahahaha.” Merekapun bercanda hingga merasa mengantuk dan beristirahat kemudian.
Keesokan harinya, Intan dan Nina menyelesaikan liputan berita untuk XX tv dengan lancar, merekapun kembali terlebih dahulu ke tempat Wiwin untuk meletakkan kamera dan berganti pakaian. Intan dan Nina sepakat kompakan memakai rok span berwarna senada, hitam, sehingga tampak kontras dengan paha keduanya yang putih mulus. Nina memadukan roknya dengan blouse putih, sedangkan Intan memilih mengenakan kemeja berwarna krem, mereka berdua mengenakan mantel bulu karena udara yang lebih dingin dibanding di tanah air.
Berdua, mereka berangkat naik taksi ke stasiun dan kemudian membeli tiket kereta rel listrik, tak lama menunggu, keretapun datang dan mereka segera naik.
Sementara itu, di tempat kerjanya, Wiwin tampak teringat sesuatu dan mengangkat ponselnya, hendak menelepon Intan, namun, “astaga, dia belum ganti nomor lokal, enggak bisa dihubungi deh.” Kata Wiwin dalam hati dengan wajah yang tampak kebingungan karena hendak memberitahukan sesuatu pada Intan namun tidak bisa dilakukan.
Di dalam kereta, Intan dan Nina ternyata tidak dapat menemukan tempat duduk yang kosong, sehingga keduanyapun memutuskan untuk berdiri sambil berpegang pada pegangan yang sengaja dibuat untuk penumpang yang tidak kebagian tempat duduk. Lima menit berlalu, sambil berdiri, Nina dan Intan baru menyadari bahwa hampir seluruh penumpang di gerbong tersebut adalah laki-laki, hanya ada dua wanita tua yang sedang terlelap duduk di ujung gerbong. Perhentian berikutnya, beberapa penumpang turun, Intan dan Nina mencoba mengambil kesempatan untuk duduk, namun keduluan oleh beberapa penumpang lain yang sedari tadi juga berdiri. Segerombolan penumpang baru juga masuk, dan seluruhnya pria. Space untuk berdiri pun kian sempit, sehingga Intan dan Nina hampir dikelilingi oleh gerombolan pria yang bau naik tadi.
“Yah, sial, berdiri lagi deh.” Ujar Intan yang diamini oleh Nina.
“Liat deh, penumpangnya laki semua tapi nggak ada yang gentleman, ngasih tempat duduk kek buat makhluk-makhluk cantik, ha2.” Canda Nina yang disambut tawa renyah Intan
Sesaat setelah itu, terdengar suara seseorang dibelakang mereka, dari nada bicaranya nampaknya bertanya sesuatu kepada mereka. Merekapun menoleh mencari si sumber suara. Tampak dihadapan mereka seorang bapak berwajah ramah, jika ditaksir, kira-kira umurnya empatpuluhan. Ternyata orang tersebut yang memanggil tadi.
“Ima nanji desu ka?”
Intan dan Nina sama-sama bengong karena sama sekali tidak mengerti apa yang baru saja diucapkan pria tersebut.
Seolah mengerti bahwa yang diajak bicara tidak mengerti bahasanya, bapak tersebut mengulangi pertanyaannya.
“Ano, What is da time?” Ujarnya dengan bahasa Inggris sekenanya sambil menunjuk pergelangan tangannya sendiri.
Intan dan Nina baru mengerti apa yang ditanyakan tadi ketika si bapak berwajah ramah mengulangi pertanyaannya dalam bahasa Inggris, walaupun tata bahasanya salah (yang benar what time is it?).
Untungnya Intan sudah mencocokkan jam tangannya dengan waktu setempat. Ia pun memperlihatkan jam tangannya kehadapan bapak itu agar dapat melihat sendiri pukul berapa sekarang. Bapak itupun manggut-manggut setelah melihat jam. “Domo arigato gozaimasu” Ucapnya sambil tersenyum. Kalau yang ini Intan mengerti bahwa artinya terima kasih, ia pun membalas senyuman bapak itu, sementara Nina hanya memperhatikan dari tadi.
Sebelum sempat membalikkan badan, Intan merasakan ada tangan yang menyenggol paha bagian belakangnya. Ia pun berbisik kepada Nina, “Nin, tadi kayak ada yang nyolek gue deh.”
“Masa? Kok sama, tadi juga kayak ada yang nyenggol pantat gue.” bisik Nina.
“Ya udahlah, mungkin kebetulan saja, kereta ini kan bergerak terus jadi mungkin ada yang badannya jadi gak seimbang dan gak sengaja nyenggol.” tukas Intan. Nina pun mengiyakan ucapan temannya itu dan bersikap santai saja sambil menunggu kereta sampai di tujuan.
Belum ada lima detik dari senggolan pertama tadi, kembali Intan merasakan rabaan pada pantatnya, kali ini bukan lagi menyenggol, namun terasa sedikit meremas. Terkejut, Intan pun berusaha menepis tangan itu.
Merasakan gelagat yang tidak baik, Intan mengajak Nina menjauh dari tempat berdiri mereka sekarang. Namun belum sempat mereka bergerak, ada tangan-tangan yang mencengkeram lengan mereka berdua sehingga mereka tidak dapat bergerak kemana-mana. Disaat bersamaan, kedua wanita cantik itu merasakan tangan yang menjamah tubuh mereka kian banyak. Ada yang meremas-remas pantat mereka dan ada yang naik meraba payudara mereka. Merekapun berusaha meronta melepaskan diri dari situasi tersebut, tangan keduanya bergerak menepis tangan-tangan jahil itu. Namun apa daya dua pasang tangan melawan tangan-tangan sebanyak itu.
“Ehh, apa-apaan ini!” teriak Intan. Namun ia menyadari tidak ada yang paham ucapannya. Ia pun berusah menggunakan bahasa Jepang sebisanya. “Ieee, bageroooo! Emph….” Sebelum sempat meneruskan teriakannya, ada tangan kokoh membekap mulutnya dari belakang sehingga ia tak lagi mampu berkata-kata. Semakin lama, jamahan dari tangan-tangan itu kian mengarah ke paha bagian dalam Intan. Ia pun berusaha mengatupkan kedua kakinya sehingga tangan-tangan itu tidak dapat menjangkau bagian vitalnya. Namun usaha itu sia-sia karena tangan-tangan lain sudah mencengkeram dan merenggangkan kakinya sehingga posisinya terbuka dan tangan-tangan jahanam itu dapat leluasa bergerak menuju vagina Intan yang masih tertutup g-string seksi warna hitam.
“Mmh…. hhhh” Intan hanya bisa sedikit mendesah, dalam keadaan mulutnya disumpal telapak tangan seseorang dibelakangnya. Intan mencoba melihat dimana posisi Nina, tapi ia tidak dapat melihat temannya itu, di sekitarnya hanya ada segerombolan laki-laki.
Perlahan, tangan-tangan tersebut mulai membuka kancing kemeja krem Intan. Intan pun berusaha meronta sebisanya, namun hal tersebut hanya membuat pertahanannya lebih longgar karena berikutnya, mantel bulu yang dikenakannya berhasil direnggut oleh seorang laki-laki anggota gerombolan itu. Kini, Intan masih berpakaian lengkap minus mantel bulunya, namun kancing kemejanya sudah terbuka seluruhnya, memperlihatkan payudara Intan yang sekal dan hanya ditutupi oleh bra berwarna putih. Tangan-tangan yang menjamahnya seolah semakin menggila dengan keadaan tersebut.
“Mmm…!”, terdengar suara teriakan tertahan Intan. Rupanya ada yang meremas-remas payudara Intan dengan keras sehingga ia berteriak tertahan. Berikutnya, dengan sekali hentakan, robeklah bra putih yang dikenakan Intan memperlihatkan dua gundukan indah dengan puting berwarna kecokelatan. Kini, tubuh bagian atas intan sudah terbuka dan hanya menyisakan kemejanya yang seluruh kancingnya sudah terbuka. Melihat pemandangan tersebut, seorang diantara gerombolan tersebut bergerak maju dan mulai memainkan puting payudara sebelah kanan Intan, sementara mulutnya mulai ‘menyusu’ ke payudara sebelah kiri Intan. Yang lebih membuat Intan terkejut adalah, orang tersebut ternyata si bapak berwajah ramah yang bertanya jam tadi. Dalam hatinya Intan berkata “dasar tua cabul, tahu begini udah gue tonjok dari tadi”. Sementara itu, tangan-tangan yang ‘beroperasi’ di bagian bawah tubuh intan semakin berani, ada yang menarik roknya keatas sebatas pinggang, sehingga kini rabaan dan sentuhan mereka dapat langsung bersinggungan dengan kulit telanjang Intan, sebuah tangan meraba naik paha bagian dalamnya dan bersentulah dengan liang vagina Intan yang masih terbungkus g-string hitam. Tangan itu menggesek-gesek kemaluan Intan dengan gerakan maju-mundur. Mendapat rangsangan yang demikian hebat, Intan pun mulai terangsang diluar kemauannya sendiri. Seolah mengetahui hal tersebut, tangan yang membekap mulutnya mulai mengendurkan pegangan dan perlahan melepaskan bekapannya. Intan tak lagi berteriak-teriak, mungkin karena sudah terlampau lelah meronta, disamping itu, tidak bisa dipungkiri bahwa ia menjadi sangat terangsang dengan keadaan ini.
Tanpa disadari oleh intan, ternyata G-String-nya sudah tidak berada ditempatnya semula, entah kemana, memperlihatkan vaginanya yang dihiasi bulu-bulu kemaluan yang dicukur rapi, sehingga tangan yang tadinya hanya menggesek-gesek kemaluannya, perlahan mulai memainkan jari-jarinya diatas klitoris Intan. Intan terangsang hebat diperlakukan seperti ini, namun ia tidak ingin semua laki-laki dihadapannya tahu bahwa ia terangsang, karena hal tersebut pasti akan membuat mereka merasa senang dan puas. Iapun mencoba menutupinya dengan mengatupkan bibir mungilnya rapat-rapat dan mencoba untuk tidak bersuara, apalagi mendesah. Namun cobaan terasa semakin sulit bagi Intan, selanjutnya, jari tengah si bapak berwajah ramah digerakkan keluar-masuk di dalam liang vagina Intan, didalam vaginanya, jari itu sedikit ditekukkan sehingga mengenai g-spot milik Intan. Intan semakin tidak kuasa menahan gejolak birahi yang dahsyat, mulutnya tetap ditutup rapat-rapat, namun sesekali terdengar desahan tertahan. “Emmh… hhh”.
Gerakan jari itu kian lama kian cepat sehingga pertahanan Intan yang mati-matian berusaha tidak menunjukkan ekspresi kenikmatan akhirnya bobol juga.
“Mmhh… aa… aaaaaahh!!” Teriakan itu disertai getaran hebat, ia menggelinjang menerima orgasme pertamanya. Cengkeraman tangan dari para lelaki yang sedari tadi memegangnya kuat-kuat, akhirnya dilepaskan. Intan terduduk lemas, tubuhnya terasa panas terbakar gejolak birahi. Perasaannya bercampur aduk, antara malu, terhina, marah dan nikmat. Hanya sekitar lima-enam detik kemudian, tubuh Intan kembali diangkat oleh para lelaki Jepang tersebut, namun kali ini beberapa orang diantara mereka sudah melorotkan celana masing-masing, memperlihatkan penis masing-masing yang sudah tegak mengacung. Mengetahui apa yang akan dilakukan gerombolan lelaki itu, Intan coba berontak dengan menggunakan tenaganya yang tersisa, namun seorang diantara gerombolan itu, tubuhnya kurus dan agak tonggos, meremas kedua payudaranya kuat-kuat sehingga intan merintih kesakitan dan mencoba menepis tangan itu dari atas payudaranya. Disaat bersamaan, pinggang Intan ditarik kebelakang oleh si bapak berwajah ramah yang langsung menancapkan penis 15cm-nya kedalam vagina Intan dengan sekali hentakan keras. Bless, masuklah penis itu disertai teriakan panjang Intan yang baru pertama kali dimasuki oleh penis laki-laki. Bapak itu memompa tubuh Intan dengan cepat. “Plok…plok”, begitu bunyi yang terdengar ketika paha bapak itu beradu dengan paha bagian belakang Intan. Para lelaki yang lain tidak hanya diam saja, sebagian menjamah bagian-bagian sensitif Intan dengan leluasa, sebagian lagi terlihat mengocok penisnya sendiri, dan ada pula yang meraih tangan Intan, dan memaksa Intan untuk mengocok penisnya. Ada seorang lagi yang berperawakan pendek memasukkan penisnya kedalam mulut Intan dan menggerakkannya maju-mundur. Sehingga sekarang, Intan dalam posisi setengah membungkuk dan disetubuhi dari arah depan dan belakang tubuhnya.
Lima belas menit berlalu, lelaki yang penisnya dikocok oleh tangan mungil Intan, tampak tidak kuat lagi menahan gelombang orgasme dan berejakulasi sesaat kemudian, crott!! spermanya muncrat dengan deras dan sebagian mengenai wajah Intan.
“Ah…. ahhh”, Intan mendesah seriap kali penis si bapak masuk dengan dalam di vaginanya. Lima menit kemudian, tubuh Intan bergetar hebat, ia mendapatkan orgasme keduanya. “Aaaa.. aaahh!!” Desahnya.
Tidak berapa lama, penis didalam mulut Intan menyemburkan spermanya. Membuat Intan gelagapan dan tersedak sehingga sebagian sperma itu tertelan olehnya, sementara sebagian lagi meleleh keluar dari bibit indahnya. Si bapak yang memompa vagina Intan rupanya kuat juga, masih belum menampakkan tanda-tanda akan keluar. Bapak itu rupanya pandai memainkan tempo, terkadang kocokan penisnya dipelankan dan terkadang cepat. Tampaknya ia benar-benar ingin menikmati jepitan vagina Intan sepuasnya. Sepuluh menit kemudian, cengkeraman tangan bapak itu di pinggang Intan tiba-tiba mengeras, bapak itupun mulai setengah mendesah. “Hhhh…. ah..” Intan tahu bahwa orang dibelakangnya ini akan segera berejakulasi, iapun mencoba menarik badannya ke arah depan sehingga rahimnya dapat diloloskan dari semburan sperma bapak brengsek itu, namun sia-sia, baru setengah penis yang bisa dikeluarkan dan “Aaaaaahh” Crott, crott, crott! Sperma bapak itu keburu keluar membanjiri bagian dalam vagina Intan. “Aah, sial, damn..” gerutu Intan dalam hati karena bapak itu keluar didalam vaginanya.
Tubuh Intanpun digeletakkan di atas lantai kereta dan dikelilingi tiga orang lelaki lagi yang dengan irama cepat mengocok sendiri penis masing-masing di depan wajah Intan, dan beberapa saat kemudian berejakulasi dan menyemburkan sperma masing-masing di wajah Intan. Para lelaki itupun meninggalkan Intan terkulai diatas lantai kereta dalam keadaan telanjang bulat dengan hanya mengenakan kemeja warna krem yang sudah kusut dan basah oleh peluh dan sperma. Payudaranya dipenuhi bekas-bekas remasan dan cupangan yang berwarna kemerahan. Dalam keadaan lemas, ia mencoba mencari Nina yang sejak tadi tidak terlihat. Rupanya, Nina mengalami hal yang sama dan ditinggalkan tergeletak lemas bermandikan keringat dan sperma. Tidak ingin berlama-lama dalam keadaan demikian, Intan segera berdiri, mengelap keringat dan sperma disekujur tubuhnya dengan bra putihnya yang sudah robek, kemudian mengancingkan kembali kemejanya dan menurunkan roknya kembali, Intan kemudian mengajak Nina yang juga sudah merapikan diri, untuk keluar dari kereta dan mengajaknya untuk kembali saja ke tempat Wiwin. Kejadian barusan membuat hasrat belanjanya hilang.
Setibanya mereka di rumah Wiwin, merekapun mandi membersihkan tubuh masing-masing dari sisa-sisa persetubuhan yang baru saja dialami. Kemudian mengistirahatkan tubuh masing-masing. Sorenya, bel depan berbunyi, rupanya Wiwin sudah pulang. Nina yang membukakan pintu. setelah masuk kedalam rumah, Wiwin menanyakan keadaan kedua temannya itu. Intan dan Nina pun menceritakan hal yang tadi mereka alami di kereta sehingga mereka berdua membatalkan niat belanjanya.
“Waduh, gue minta maaf bener. gue lupa kasih tahu kalian, sebenarnya ada kereta khusus untuk penumpang wanita di sini, karena emang banyak kejadian begini sebelumnya.”
“Yah, lo kok enggak kasih tahu kita dari kemarin sih Win? Kalau tahu, kan kita enggak bakal diperkosa begini.”
“Iya, iya, gue bener-bener mohon maaf.” Ucap wiwin. “Eh iya, kalian mau enggak, gue kenalin sama cowok gue? Kebetulan tuh, sebentar lagi kesini.”
Intan dan Nina mengiyakan tawaran itu karena memang penasaran seperti apa muka pacar si Wiwin.
Beberapa saat kemudian, kembali terdengar bunyi bel. Wiwin beranjak keluar. Saat kembali kedalam rumah, ia berjalan bersama sesosok pria. Intan terkesiap. Astaga, ternyata si bapak berwajah ramah…..!

Score Sama Nol

Selasa, 24 April 2012 Category : , , 1


Pembaca sekalian, Ini adalah kisah nyata yang benar-benar terjadi padaku. January 1997 Namaku Ari (Maaf nama asliku belum waktunya aku beritahu), saat itu usiaku hampir 30 tahun, seorang sarjana teknik. Dengan berbekal pengalaman kerja 5 tahun, tidak sulit bagiku untuk melamar kerja, karena waktu itu tepat sebelum krismon dan Jakarta masih sedang giat membangun. Aku pindah kerja dan diterima di perusahan baru. Pada hari pertama masuk kerja, dengan berdebar aku masuk ke ruang reception. Aku melihat seorang receptionist wanita yang sexy dengan rok pendek. “Ari ya, Ari sudah ditunggu, duduk saja dulu ya. Saya Sheena.” (Sheena bukan namanya, ini adalah nama emailnya) Sapanya saat melihat aku menghampiri. “Terima kasih Mbak”, jawabku singkat. Sebagai karyawan baru aku tidak punya pikiran macam-macam. Tidak terasa sudah lebih sebulan aku bekerja di perusahan itu, tidak pernah sekalipun aku menunjukkan perhatian padanya, maklumlah aku sudah berkeluarga dan istriku masih lebih cantik dari padanya. Namun belakangan ini ia terasa lebih sering berada dalam jarak pandangku. Dia menjadi lebih sering menghampiri seorang pria bule yang memang duduk bersebrangan dengan mejaku. Kadang-kadang bercanda dengan si bule itu sambil melihatku. Pikiranku polos saja “Ah, inikan kantor bule, barangkali suasananya lebih santai.” demikian pula dari hari kehari. Maret 1997 Suatu hari saat jam makan siang sambil menunggu relasi aku duduk makan di ruang receptionis di depan meja Sheena yang kebetulan juga lagi makan siang pula. ia tiba-tiba nyeletuk “Makannya dikit amat, lagi diet ya”. “Oh lagi nungguin temanku Mbak.” jawabku singkat. “Teman apa Temen” kejarnya. “Dia itu relasi kita juga kok!” sambil menatapnya. “Sorry ya Ri, Sheena cuma bercanda. Oh ya ngomong-ngomong Ari sudah berkeluarga ya, enak nggak sih?” “Memangnya kenapa Mbak?” tanyaku. “Aku mau tanya sesuatu, tapi kalau panggil aku jangan pakai Mbak, kan sudah tahu namaku” tegasnya. “Oh boleh, eh Sheena mau tanya soal apa?” aku tanya lagi. “Tapi Ari janji dulu nggak boleh tersinggung, soalnya agak sedikit pribadi” tegasnya lagi. “OK nggak ada masalah kok, kalau bisa aku jawab ya aku jawab saja.” jawabku penasaran juga “Pasti mau tanya soal besarnya gaji yang aku terima” pikirku. “Kalau Ari ML dengan istri biasanya berapa lama baru keluar?” tanyanya serius. Aku sebenarnya kaget, tapi aku pura-pura bersikap biasa saja, jawabku “Aku kan nikahnya sudah lama, sekalinya sih paling cepat 50 menitanlah, memang agak jauh kalau dibanding dulu waktu pacaran atau baru nikah”. ia jadi diam, termenung sejenak. Aku tegur, “Hei, kok diam, kenapa? Sheena mau nikah?” tanyaku. “Gini lho Ri, pacarku memang minta aku menikahinya, cuma..” Dia berhenti sejenak untuk tarik napas lalu lanjutnya “Aku kok nggak bisa keluar-keluar, dia juga sering keluar agak cepat, paling lama 25 menit coba? Aku nggak tahu siapa yang salah, jelasnya aku nggak pernah keluar.” jelasnya sambil menatapku. Karena tak tahu mau omong apa, aku jawab “Wah, ya nggak tahu ya. Bisa saja kamu normal dia yang nggak, bisa juga dia normal kamunya yang luar biasa” “Terus gimana dong ya, selama ini ya begitu terus” kelihatan putus asa. “Kalau mau tahu jawabannya ya mau-tak-mau harus kita coba apa benar kamu yang tidak normal” jawabku. “Maksudmu gimana” tanyanya bersemangat. “Aku harus ML sama kamu baru bisa tahu jawabannya.” kataku asal-asalan. “OK. Kapan?” ia langsung menjawab. Aku kaget juga, karena tidak sangka ia bakal setuju. Waduh bagaimana ini, pikirku “Gimana alasannya ke istriku” “Gimana kalau Sabtu ini saja, tapi enaknya dimana ya?” jawabku setengah nggak niat. “OK. Di hotel IBS saja ya” katanya. Kan dekat, cuma di seberang situ doang. “OK. Pager aku ya kalau sudah tiba” kataku. Di tahun 1997, Mobile Phone belum populer, kami masih pakai pager. Tidak terasa jam makan siang sudah selesai, temanku tidak datang juga. Kami berdua kembali ke meja masing-masing melanjutkan pekerjaan seperti biasa. SABTU, Maret 1997. Kurang lebih jam 9.00 pagi, aku pamitan pada istriku dengan alasan meninjau proyek di lapangan. Dengan mobilku, Aku berangkat ke hotel IBS dan menunggu di Lobby. Tidak lama kemudian Sheena muncul di Entrance. Tidak ada ciuman, tidak ada gandeng tangan. Seolah-olah sudah sepakat, kami sama-sama book dan diantar ke room kami. Kurang lebih jam 10.30 kami sudah berdua di dalam kamar hotel. DO NOT DISTURB Sign kupasangkan ke gagang pintu. Pintu kamarpun lalu kututup. Sheena menaruh hand-bag nya ke atas kursi kamar, lalu naik keranjang untuk relax. Ranjang di kamar terdiri dari 2 single bed. Akupun naik ke ranjang dimana ia berada, kami masih sama-sama berpakaian penuh. Sheena tiduran membelakangiku, maklum kenalpun belum lama. Aku mulai membelai rambutnya dari belakang dengan tangan kananku. Perlahan-lahan tanganku turun ke lengannya, ke pinggangnya, lalu ke perutnya. Nafasnya mulai dapat kudengar. Dari luar bajunya, tangan kananku mulai merayap ke buah dada kanannya, sambil tangan kiriku membelai kepalanya. Kudekati kepalaku ke lehernya, kucium leher dan belakang telinganya, tangan kananku tetap membelai buah dada kananya. Tak lama, nafasnya berubah menjadi erangan lirih, tubuhnya mulai sedikit berbalik. Kini tangan kananku dapat menjangkau buah dadanya yang sebelah kiri. “Enghh.. Ari.. Ari..”, lirihnya. “Kenapa sayang..,” bisikku di telinganya. “Enghh..” ia terus mendesah. Kutarik bajunya agak ke atas, tangan kananku masuk menyelip ke dalam bajunya, kini buah dadanya kubelai dan kuremas dari luar BHnya. Lama-lama aku bosan dengan BHnya, tangankupun menyelip dari bawah ke dalam BHnya. ia mengerang lebih keras lagi. “Uuuhh.. Ari Gala..” “Sayang.. dadamu masih kencang sekali sayang, Ari buka ya sayang,” bisikku lagi ke telinganya. ia tak lagi menjawab, namun erangannya tak dapat berhenti karena sentuhan tanganku yang menyelip ke dalam BHnya, putingnya yang sudah mengeras itu kujepit lembut diantara jari telunjuk dan jari tengahku. Putingnya tak bisa dipelintir karena ketatnya BH yang dipakai. Akhirnya bajunya kulepas total, tanganku mulai ke kancing BHnya, seketika itu juga BHnya lepas. “Oh.. Wow..” dalam hatiku, tanganku berhenti sejenak. iapun kaget dan bertanya “Ada apa Ri??” “Nggak.. Nggak apa-apa kok. Dadamu itu bagus sekali sayang” kataku, jelas karena ia belum menyusui. Aku masih ingat bahwa Sheena punya tahi lalat di belakang pundaknya dan di bawah buah dadanya. Karena malu ia sudah setengah telanjang sedangkan aku masih berpakaian lengkap, ia langsung berbalik lagi membelakangiku. Aku melepas baju, celana dan pakaian dalamku lalu kemudian naik keranjang, kudekati telinganya dan berbisik “Say, aku lepasin ya.. “. ia lagi-lagi tidak menjawab. Perlahan-lahan kulorotkan celana panjangnya, kini tinggal celana dalamnya yang kecil sehingga bulu-bulu kemaluannya tersembul di kiri-kanannya. Kubelai vaginanya dari luar celana dalamnya, terasa basah oleh cairan kemaluannya. Akhirnya celana dalamnya kutarik ke bawah dan kulepas sekalian lewat kakinya. ia masih saja tidur membelakangiku. Kupeluk tubuhnya dari belakang hingga penisku menyentuh pantatnya. Tangan kananku akhirnya dapat menelungkup buah dadanya dengan bebas, ibu jari dan telunjukku memelintir lembut puting-puting susunya. Anehnya sudah sejauh ini penisku sama sekali masih lembek. Belum ada tanda-tanda ereksi. Kusentuh-sentuhkan terus penisku pada pantatnya, tetapi tetap saja lembek. Aku mulai cemas, apa yang terjadi, apakah karena tidak biasa menyeleweng sehingga demikian. Aku berusaha menyembunyikan kepanikanku. Dalam hatiku “Wah, apa jadinya bila penisku terus tidak dapat bangun, jelas hari Senin nanti mukaku mau taruh dimana saat ketemu dia di kantor” Rupanya iapun sudah mulai kelihatan berubah, mungkin agak kesal. Dia berbalik, akhirnya kami hanya berpelukan saja. Kedua puting dadanya tiba-tiba mengeras menekan dadaku, tiba-tiba kurasakan rangsangan yang kuat sekali, penisku menegang seketika. Ketika itu aku naik di atas tubuhnya, mencium bibirnya, mencupang belakang lehernya, terus turun ke arah bawah, kedua bukit ranumnya. Tanpa buang waktu lagi tangan kiriku meremas dan mulutku menyedot buah dada kanannya sedang kedua jari tangan kananku menjepit lembut puting kirinya. Seketika itu juga ia menjerit tertahan “Ari gila.. adduuhh gila..” Setelah puas menyedot dada kirinya, kini giliran dada kanannya. Jepitan jariku pada puting kanannya kulepas namun langsung kusedot dengan mulutku, putingnya yang ada di dalam mulut kusentuh-sentuh dengan lidahku, kuremas pangkal buah dadanya dengan tangan kananku. Tangan kiriku menjepit puting kirinya yang tadi sudah memerah karena kusedot. Lagi-lagi ia menjerit, kali ini keras sekali, tangannya langsung memegang penisku yang sudah tegang. “Auh.. engh,” teriakannya perlahan-lahan melemas. Ciuman dan sedotanku kini kulepas dari kedua puting dadanya, namun kedua tanganku tetap meremas dan memilin-milin kedua putingnya. Ciuman bibirku pelan-pelan turun keperut lalu ke pusarnya, karena aku terus turun ke bawah, genggaman tangannya ke peniskupun lepas, tapi aku masih terus turun sampai pada sisi atas celah vaginanya. Vagina Sheena sungguh mempesona, adalah yang terbagus yang pernah kulihat. Langsung kubuka mulutku, kedua bibirku kutempelkan pada kedua bibir vaginanya. Lidahku langsung mengoles celah yang masih rapat sekali itu. ia seketika langsung berteriak “Ouh, Ari.. Kamu gila Ari..” badannya mengejang dan jadi sedikit melengkung bangun ke atas. Aku terus menikmati belahan kemaluannya, kusibakkan bulu-bulunya yang tipis lalu kubuka kedua bibir kemaluannya lalu kubenamkan mulutku kelubangnya sambil menjulur-julurkan lidahku. Kedua kaki dan pahanya kubentangkan kekiri dan kekanan agar lebih bebas menjelajahi semua daerah kewanitaannya. Lidahku menyapu-nyapu kedua bibir kemaluannya, lalu mengoles belahan dagingnya yang kemerahan itu keatas dan kebawah. Kujilati klitorisnya dengan memutar-mutarkan lidahku disekelilingnya. Lubangnyapun kusedot, kadang-kadang hidungku kutenggelamkan ke lubang kemaluannya itu. ia terus menerus mendesah “Engh.. enghh..” dan napasnya jadi berat. Setelah ia mendapatkan nafasnya kembali, aku telah berbaring di sebelahnya sambil memainkan jari-jariku di puting susunya. Sesaat kemudian kurasakan tangan kirinya menyentuh pahaku dan merayap kearah batang kemaluanku. Digenggamnya batang kemaluanku sambil jari telunjuknya mengoles-oles kepala kemaluanku meratakan cairan bening yang keluar dari lubang penisku. Sambil tetap memegang mainannya, ia naik setengah ke atas tubuhku, melumat bibirku, tangan kanannya membelai rambutku. Ciumannya perlahan-lahan turun kebawah lalu berhenti di dadaku. Tangan kanannya menjepit putingku yang kiri, mulutnya merayap dan akhirnya mencapai putingku yang kanan. Lidahnya lalu keluar menjilati putingku, tangan kirinya masih tetap juga menggengam batang kemaluanku dan mengoles-oles topi bajaku. Aduh.. rasanya nikmat sekali, kurasakan batang kemaluanku betul-betul sudah menjadi keras. Aku hanya bisa memeluk kepalanya dan membelai rambutnya saja. Ia kemudian bergerak turun ke bawah, tangan kanannya melepas jepitannya pada putingku dan merayap kearah kemaluanku. Tangan itu akhirnya mencapai kedua biji pelirku yang kemudian dielus-elus dengan lembut. Sejenak kurasakan cairan beningku makin banyak keluar karena nikmat yang menderaku. Aku mencoba untuk melirik kebawah, kulihat Sheena telah menempelkan hidungnya ke ujung kemaluanku. Sisi bawah topi bajaku diletakkan di antara bibir atas dan hidungnya, lidahnya bergerak keatas dan ke bawah menjilati sisi bawah batang kemaluanku dekat topi bajaku. Tangan kanannya yang tadinya menggengam diturunkan memegang pangkalnya saja agar lidahnya lebih leluasa menjilati batangku. Tanpa aba-aba ia membuka mulutnya dan melahap kepala bajaku, dikulumnya dengan lembut, lidahnyapun kurasakan menyapu-nyapu semua bagian kepala kemaluanku. Tak lama kemudian kurasakan adanya sedotan yang kuat pada kepala kemaluanku hingga agak sakit, akupun melirik lagi kebawah, kulihat mulutnya menjadi kempot sekali. Sambil tetap menjaga tekanan sedotannya itu, tangan kanannya kini mulai meninggalkan pangkal batang kemaluanku, merayap kearah dadaku. Lagi-lagi puting kiriku jadi sasaran jepitannya. Aahh.. Luar biasa sekali Sheena ini, tangan kanan menjepit putingku, tangan kiri membelai kedua biji kemaluanku sedangkan mulutnya menyedot keras kepala kemaluanku. Lalu Tiba-tiba saja ia melepas sedotannya dan berkata, “Rasain.. Gimana?? Enak nggak??” Dengan lemas, aku menjawab, “Iya, aduh enak banget, aku jadi cemburu sama pacarmu” ia tersenyum sambil berkata, “Mau lagi??” Tanpa pikir lagi kujawab, “Iya.. iya dong Say” Sambil menatapku, kepalanya bergerak turun, mulutnya diarahkan ke batang kemaluanku. ia sengaja hanya membuka sedikit saja mulutnya sehingga agak sesak dimasuki batang kemaluanku. Kali ini ia tidak berhenti di topi bajaku saja, ia mencoba memasukkan sepanjang mungkin batangku ke mulutnya. Meskipun batang kemaluanku bukan yang terpanjang di dunia, tetap saja tidak bisa masuk semuanya. Pelan-pelan ditarik keluar sampai ke leher batang kemaluanku, lalu dimasukkan kembali dengan cepat sambil matanya menatapku. Sensasi yang timbul sungguh luar biasa dan selalu kuingat. Wanita yang satu ini memang lain dari yang lain. Akhirnya aku menjadi tidak tahan lagi. Aku membalikkan tubuhku sedemikian rupa sehingga ia berada di bawahku, lalu kubuka kedua pahanya dan mengarahkan ujung kemaluanku pada celah vaginanya. Ah.. Kurasakan batang kemaluanku pelan-pelan menerobos celah vaginanya yang seret. Masih kuingat rintihannya. Kuteruskan tekananku sampai kurasakan ujung kemaluanku menyentuh sesuatu yang agak padat. ia masih terus merintih. Aku tak tahu apa itu, namun tusukanku kuhentikan dan kudiamkan dulu. Kedua tangannya kupindahkan keatas kepalanya lalu kepegang kuat sambil merapatkan tubuhku keatas tubuhnya kemudian kupompa dia cepat sekali, secepat yang kumampu. Tubuhnya terpental-pental akibat pegas ranjang dan akibat timpaan-timpaan tubuhku. Kedua tangannya tak dapat digerakkan karena kupegang kencang. Sheena hanya dapat menggeliat sambil sedikit menggoyang pantatnya. Sengaja kutindih rapat tubuhku agar sebanyak mungkin kulit kami bergesekan. Selama pacuan kami berdua tidak mengambil napas. Untuk itu selalu kuselang pelan agar kami berdua dapat ambil napas dulu lalu memacu lagi dan seterusnya. Disaat pacuannya kuredakan, kami berdua menengok ke cermin melihat tubuh-tubuh telanjang kami berdua dengan batang kemaluanku tertancap ke dalam lubang kemaluannya. Sambil melihat ke cermin, kami lanjutkan masuk keluarnya batang kemaluanku secara perlahan. Aku rasa kami berdua tidak mungkin bisa melupakan saat-saat indah itu. Sampai saat ini bayangan di cermin itu masih kuingat. Sheena memujiku, “Ari.. kamu luar biasa.. aku nggak sangka ada yang bisa kaya gini.” “Ah rasanya biasa saja kok.. mungkin yang lain juga sama, kayaknya memang suami kamu yang agak kurang tahan” jawabku, sambil tetap mengayun batang kemaluanku keluar masuk lubang kamaluannya. Kadang-kadang ayunan pantatku kubuat cepat sekali hingga ia menjerit, “Aduh.. awh.. Ari gila..” Kami berdua terus berperang dalam posisi itu. Peluh telah membasahi kedua tubuh kami, terutama punggungku dan celah buah dadanya. Gesekan tubuhku dan tubuhnya kini menjadi licin karena keringat. Tidak terasa jam sudah lebih dari 12.00 artinya sudah hampir 1 1/2 jam dan kami masih saja dalam posisi yang sama. Aku mulai sadar bahwa memang Sheena ini agak susah untuk dibikin keluar. Bisa jadi dulu Sheenapun berpikir serupa padaku. Karena terus-terusan berada pada posisi push-up kedua tanganku mulai kecapaian. Rupanya iapun tahu makanya ia bilang, “Capek ya? Coba sekarang kamu diam dulu ya.” Akupun diam sejenak dengan batang kemaluanku masih terbenam ke dalam lubang kemaluannya. Tiba-tiba kurasakan adanya jepitan kencang melingkari batang kemaluanku, padahal baik tubuhku dan tubuhnya sama sekali tidak bergerak. Sejujurnya selama menikah belum pernah kurasakan yang demikian. ia lalu bilang, “Mas, coba tarik sekarang.” Akupun lalu menarik batangku. Oh.. sensasinya luar biasa.. begitu topi bajaku mencapai “cicin penjepit” miliknya terasa sulit untuk ditarik keluar, akhirnya aku masukkan kembali. Sheena tersenyum penuh kemenangan melihat keherananku. ia bilang, “Terus terang dari tadi aku tidak pakai jepitanku karena aku takut kamu keluar dahulu padahal aku belum apa-apa, sekarang aku tahu kamu kuat juga, makanya aku nggak nganggap remeh lagi, nah sekarang gantian kamu yang dibawah ya.” “Ehm, aduh.. tangan sudah pada capek nih,” jawabku bebalik sambil memeluk tubuhnya agar penisku tidak lepas dari vaginanya. Rupanya Sheena ingin “ajar adat” padaku. Dengan masih tertancap batang kemaluanku, ia melipat kedua kedua tanganku keatas kepalaku dan dipegang dengan kedua tangannya. Mulutnya langsung menyumpal mulutku sambil mengayun pantatnya naik turun sampai ke leher topi bajaku. ia selalu menarik dengan perlahan namun menurunkannya dengan cepat demikian seterusnya. Kedua buah dadanya mengesek-gesek dadaku. Mataku kini menutup karena nikmat yang kurasakan. Melihat aku masih dapat bertahan ia lalu meningkatkan irama serangannya, kini ditambah lagi dengan jepitannya yang luar biasa itu. Seretnya gesekan dengan batang kemaluanku membuatku megap-megap. Untuk pertama kalinya aku yang mengerang panjang untuk bertahan, “Uh..” agar tidak sampai keluar dahulu. Kurang lebih 10 menit aku “menderita diperkosa” dengan serangan-serangan dahsyat darinya tanpa stop sama sekali namun untungnya aku masih bertahan, meski sedikit lagi aku pasti akan “keluar”. Sheena lalu pelan-pelan mengurangi kecepatan naik turunnya bahkan didiamkan batang kemaluanku di dalam vaginanya namun jepitannya justru dikeraskan hingga batangku rasanya seperti diperas. Mulutnya dilepaskan dari mulutku, terus turun hingga mencapai puting susuku. Sambil tetap menjepit batang kemaluanku, ia menyedot putingku. Oh.. rasanya aku hampir di puncak rangsangan, penisku sudah berdenyut. Melihat aku sudah ‘tidak karuan lagi’ ia meningkatkan lagi serangannya dengan menaik-turunkan pantatnya sambil tetap menjepit, inilah senjata pamungkasnya. Mati-matian aku bertahan, “Enghh.. enghh” karena aku tidak mau ia menjadi pemenang dalam ronde pertama ini. Aku beruntung rupanya Sheena tidak begitu kuat kalau mengayun non-stop terus sambil berada di atas karena memang sangat memakan tenaga. Lebih dari 15 menit sudah lewat, score kami masih nol-nol belum ada yang keluar. Sheena collapsed di dadaku dengan kemaluannya masih tertancap penisku yang masih tegang, napasnya memburu karena olah raga push-up naik turun tadi. Pikirku “Huh.. kalau saja dia bertahan menyerang aku sedikit lagi, pasti aku sudah keluar..” Dengan napas yang masih memburu ia berkata, “Haduhh gila kamu Ri, tahu nggak cowokku itu kalau aku jepit sambil naik turun kaya tadi, nggak aku sedot putingnyapun dia sudah keluar dari tadi-tadi. Kamu ini bener-benar edan.” Dalam hati aku bilang, “Aku sudah hampir K.O. lho” lalu kujawab, “Iya, tapi aku tadi juga udah kelengger kok akibat serangan kamu. Sekarang jelas bahwa memang kamu agak nggak normal. Itu jepitannya kok bisa gitu? Aku nggak pernah tahu ada yang bisa begitu?” “Memangnya istrimu nggak pernah ngejepit?” tanyanya. “Jujur, aku nggak pernah ngalami bahkan nggak pernah tahu kalau ada yang bisa kaya kamu” “Udah ah.. ngomomg gombal melulu..” “Ya udah.. kita mulai lagi ya. Sekarang gantian lagi, aku di atas ya” Kupeluk tubuhnya lalu kami berdua berbalik dengan tetap menjaga agar batang kemaluanku tetap menancap di vaginanya. Cairan beningku dan cairan vaginanya sudah membasahi bulu-bulu kemaluanku dan seluruh daerah kemaluannya. Sheena lalu punya ide, “Mas coba cabut dulu deh” “Lho kenapa??” “Cabut aja dulu, nanti juga tahu” Pelan-pelan kucabut batang kemaluanku yang masih tegang namun licin dan memerah di sekitar leher dan topi bajanya. “Mas.. masukin lagi deh” Akupun nurut saja. Karena baru dicabut, lubangnya masih terbuka sehingga mudah diarahkan. Namun kurasakan ada yang lain karena kepalanya kini tidak bisa masuk sampai ke dalam karena tertahan “cincin penjepitnya” itu. Kucoba lagi dengan menekan yang lebih kencang, tetap tidak ada hasilnya. Rasanya ukuran kemaluanku tidak besar-besar amat, tapi nyatanya meski masih tegang mengeras, sudah ada pelicin dan sudah ditekanpun masih belum bisa lewat ‘cicin’ miliknya. Akhirnya aku bilang, “Oke.. untuk yang ini aku nyerah. Buka dikit dong sayang”. Sheena tertawa kemenangan, lalu kurasakan cincinnya melonggar sedkit. Tanpa buang waktu, aku tekan lagi, kali ini masuklah batang kemaluanku. Setelah melewati cincin penjepitnya itu, jepitannya dikeraskan lagi. Inilah kelebihan Sheena yang tidak kujumpai pada wanita lain. Kali ini aku meminta ia memeluk tubuhku dengan erat saat aku memompa lubang kemaluannya. Setiap batang kemaluanku masuk, ia selalu heboh ngucapin, “Awhh.. kamu gila.. awhh.. kamu gila..” Lebih dari 20 menit non-stop aku memompa batang kemaluanku masuk keluar lubang vaginanya, belum ada tanda-tanda ia akan “keluar”. Aku mulai capek lagi dengan posisi push-up. Keringatpun keluar tidak sedikit, padahal kamar berAC. Haus mulai terasa karena keringat dan cairan tubuh yang keluar terus menerus. Tidak terasa jam sudah menunjukkan hampir jam 1, artinya hampir 2 1/2 dua setengah jam non-stop bersenggama, score kami masih nol-nol. Ini sudah mulai lewat jam makan siang. Meskipun rasanya tanggung, bercinta sambil perut lapar juga tidak enak, jadi meskipun terpaksa, ya kami sepakat peperangan ditunda. Meskipun batang kemaluanku sudah dicabut, aku dan Sheena masih malas mau pakai baju lagi dan turun untuk makan, akhirnya kami minta agar makan siang diantar saja kekamar. Sambil menunggu makanan diantar, kami saling memeluk dan berciuman. Iseng-iseng aku masukkan jari telunjukku ke dalam vaginanya lalu kudiamkan dan memintanya untuk menjepit sekerasnya. Dengan jujur kurasakan jepitan keras di jari telunjukku. Ini sungguh luar biasa, bayangkan jari telunjuk yang begitu kecil, bisa dijepit keras, apalagi batang kemaluanku, jelas saja tadi tidak bisa masuk waktu cincinnya sengaja dikecilkan. Sesaat kemudian Sheena menuju ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh dan vaginanya. Akupun akhirnya ikut masuk ke kamar mandi untuk shower. Sheena lalu membersihkan batang kemaluanku yang masih tegang sambil terus mengelus-elusnya. Sayangnya sebelum sempat Sheena memberikan kuluman mautnya, bel kamar berbunyi, pelayan hotel telah tiba membawa menu makan siang yang kami pesan tadi. Pembaca sekalian, selesai makan siang kami kembali bercinta dengan panas. Karena cairan beningku sudah keluar banyak, aku jadi makin sulit untuk mencapai puncak. Sampai jam 5 sore, score kami tetap nol-nol. Pembaca dapat menghitung sendiri berapa lama kami bercinta. Dengan berbagai gaya yang dicoba, aku tetap tidak mampu membuat Sheena orgasme. Sebaliknya juga karena tidak mau mengalah, aku juga tidak berhasil dibuat orgasme olehnya. Mengingat kami berdua harus pulang ke rumah jika tidak ingin dicurigai oleh istriku maupun oleh pacarnya, dengan berat hati kami berdua terpaksa berhenti menerima score NOL-NOL. Menjaga agar selingkuh tetap tidak ketahuan sangatlah sukar, kesalahan kecil saja sudah cukup untuk membuat masalah. Pada akhirnya aku dan istriku kini telah separated dan saat ini menunggu proses divorce. Pembaca sekalian, kiranya demikian dulu ceritaku ini, akan aku lanjutkan lagi, karena tentunya pembaca mungkin ingin tahu siapa pemenang diantara kami. Bagi pembaca wanita yang ingin diskusi, bagi cerita pengalaman, atau kenalan, jangan ragu kirim email ke email saya. Sejak krismon yang lalu, saya tinggal di Australia, namun masih suka datang ke Bali dan Jakarta.

Pelajaran Dari Tante

Sabtu, 17 Maret 2012 Category : , , 3


Aku Sony, berumur 23 tahun. Ini cerita mengenai pengalamanku. Pertama-tama aku mau cerita soal diriku. Aku saat ini kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta di Malang. Di Malang aku tinggal dengan tanteku. Tanteku orangnya masih muda, umurnya hanya selisih 3 tahun denganku. Itulah mengenai diriku, dan selanjutnya silakan ikuti pengalamanku ini.

Saat itu aku baru saja pulang kuliah, langsung saja kumasuk ke kamar. Ketika baru sampai di depan pintu kamar, samar-samar kudengar tante sedang bicara dengan temannya di telpon. Aku orangnya memang suka jahil, kucoba menguping dari balik pintu yang memang sedikit terbuka. Kudengar tante mau mengadakan pesta seks di rumah ini pada hari Sabtu. Aku gembira sekali mendengarnya. Untuk memastikan berita itu, langsung saja aku masuk ke kamar tante. Setelah selesai telpon, tante kaget melihatku sudah masuk ke kamarnya.

"Lho Son, Kamu udah pulang rupanya. Kamu ada perlu ama Tante, ya..?" katanya.
Aku langsung saja to the point, "Tante, Sony mau nanya.., boleh khan..?" kataku.
"Boleh aja keponakanku sayang, Kamu mau nanya apa..?" sambungnya sambil menyubit pipiku.
"Tapi sebelumnya Sony minta maaf Tante, soalnya Sony tadi nggak sengaja nguping pembicaraan Tante di telpon."
"Aduhh.. Kamu nakal ya Son, awas nanti Aku bilangin ama Mama Kamu lho. Tapi.. Oke dech nggak apa-apa. Terus apa yang mau Kamu tanyakan, ayo bilang..!" katanya agak jengkel.
"Sony tadi dengar Tante ama teman Tante mau ngadain pesta seks disini, benar itu Tante..?" kataku pelan.
"Idihh.. jorok ach Kamu. Masak Tante mau ngadain pesta seks disini, itu nggak benar Son."
"Tapi tadi Sony dengar sendiri Tante bicara ama teman Tante, please donk Tante, jangan bohongin Sony. Nanti Sony bilangin ama Om kalau Tante mau ngadain pesta disini." kataku agak mengancam.

"Apaa..! Aduhh.., Son, please jangan bilang ama Om Kamu. Iya dech Tante ngaku." katanya agak memohon.
"Nah, khan ketahuan Tante bohongin Sony." kataku senang.
"Terus Kamu mau apa kalau Tante ngadain pesta..?" katanya penasaran.
"Gini Tante, anuu.., anuu.., Sony.., pengen.. anuu.."
"Anu apa sih Son..? Ngomong donk terus terang..!" katanya tambah penasaran.
"Boleh nggak, Sony ikutan pestanya Tante..?"
Aduh tante melotot lagi sambil berkata, "Udah, ah, Kamu ini kayak orang kurang kerjaan aja."

Terus kurayu lagi, "Yaa.. Tante.. ya.. please..!"
"Tapi ini khan untuk orang dewasa lagi, Kamu ngaco dech. Lagian khan Kamu masih kecil." katanya agak kesal.
"Tapi Tante, Sony khan udah gede, masak nggak boleh ikut. Kalau nggak percaya, Tante boleh lihat punya Sony..!"
Lalu kulepaskan celana dan CD-ku. Lalu terlihatlah batang kemaluanku yang lumayan besar, kira-kira panjangnya 17 cm dengan diameter 10 cm.

Tante kaget sekali melihat ulahku lalu, "Wowww.., Sony sayang.., punya Kamu besar dan panjang sekali. Punya Kamu lebih besar dari Om Kamu. Hhhmm.., boleh nggak Tante pegang kepala yang besar itu Sayang..?" katanya dengan genit.
"Tante boleh ngobok-ngobok kontolku, tapi Tante harus ngijinin Sony ikut pesta nanti..!" kataku agak mengancam.
"Ya dech, Sony nanti boleh ikut. Tapi Tante mau nanya ama kamu, Sony udah pernah ngeseks belom..?" tanyanya.
Lalu kukatakan saja kalau aku belum pernah melakukan seks dengan cewek, tapi kalau raba sana, raba sini, cium sana, cium sini sih aku pernah melakukannya.

"Mau nggak Tante ajarin..?" katanya dengan genit.
Aku hanya terdiam. Lalu tiba-tiba tante meletakkan tangannya di pahaku. Aku begitu terkejut.
"Kenapa Kamu terkejut..? Tante hanya memegang paha Kamu aja kok..!"
Kemudian tante mengambil tanganku, lalu dia mulai menciumi tanganku. Aku merasakan barangku mulai bangun.

Tanteku mulai menciumi leherku, kemudian bibirku dilumat juga. Dia masukkan lidahnya ke dalam mulutku, tanpa kusadari aku mengulum lidahnya. Nafasnya mulai tidak beraturan kudengar. Sementara kami asyik berciuman, tangannya mulai meraba-raba batang kemaluanku. Dia meremas-remas pelan. Aku pun jadi mulai berani. Kumasuki tanganku ke dalam bajunya untuk meraba payudaranya. Kumasukkan tanganku ke dalam bra-nya, terus kuremas-remas.
"Aaahh.." dia mulai mendesah.

Tidak lama aku disuruh duduk di tepi ranjang, sementara tante melepaskan bajunya step-by-step. Mataku tidak berkedip sedetik pun. Aku tidak mau melepaskan pemandangan yang indah itu dari mataku. Kelihatan bra-nya yang berwarna hitam transparan, sehingga payudaranya yang putih dengan putingnya yang merah kecoklatan samar terlihat. CD-nya ternyata berwarna hitam transparan berenda. Kulihat belahan vaginanya yang tidak ada bulunya itu. Lalu dia melepaskan bra-nya, payudaranya yang lumayan besar itu seperti loncat keluar dan mulai berayun-ayun, membuatku tambah tegang saja. Kemudian dia melepaskan CD-nya. Kelihatan vaginanya begitu menarik, agak kecoklatan warnanya. Lalu tante jalan menghampiriku yang duduk di tepi ranjang.

"Tante buka baju Kamu yaa.., Son..?" katanya genit.
Aku hanya mengangguk. Setelah aku telanjang total, tante langsung jongkok di depanku dan menyuruhku membuka kaki lebar-lebar. Batang kejantananku yang sudah tegang itu tepat di depan wajahnya. Lalu dia mulai menjilati kakiku mulai dari jempol kakiku dan yang lainnya. Dia naik ke betisku yang berbulu lebat, persis hutan di Kalimantan. Kemudian dia naik lagi ke pahaku, dielusnya dan dijilatinya, setelah itu dia berpindah ke lubang anusku yang juga dicium dan dijilatinya. Tidak hanya itu, ternyata dia memasukkan jari tengahnya ke lubang anusku. Ohh.., nikmatnya. Lalu dia mulai mengelus-elus batang kejantananku dan tangan satunya memijat-mijat my twins egg-ku.

"Aaahh..!" aku mengerang kenikmatan.
Kemudian dia memasukkan batang kejantananku ke mulutnya, dia hisap penisku, terus diemut-emutnya senjata kejantananku. Dia gerakkan kepalanya naik-turun dengan batang kejantananku masih di dalam mulutnya. Terasa penis saya menyentuh tenggorokannya dan masih terus dia tekan. Masih dia tekan terus sampai bibirnya menyentuh badanku. Semua batang penisku ditelan oleh tanteku, lidahnya menjilat bagian bawah penisku dan bibirnya dibesar-kecilkan, sebuah rasa yang tidak pernah kubayangkan. Penisku kemudian dikeluar-masukkan, tapi tetap masuk seluruhnya ke tenggorokannya.

Setelah beberapa lama dihisap dan dikeluar-masukkan, terasa batang penisku sudah mau mengeluarkan cairan.
Sambil memeras biji kemaluanku dan tangan yang satu lagi dimasukkannya ke dalam lubang pantatku, kubilang sama tante, "Tante.., Aku mau keluar, ohh..!"
Dia keluarkan penisku dan bilang, "Go on come in My mouth. I want to taste and drink your cum, Sony. Hhhmm.."
Penisku dimasukkan lagi, dan sekarang dia memasukkan dengan lebih dalam dan dihisap lebih keras lagi. Setelah beberapa kali keluar masuk, kukeluarkan spermaku di dalam mulut tante, dan langsung ke dalam tenggorokannya. Terasa tengorokannya mengecil dan jari di lubang pantatku lebih ditekan ke dalam lagi sampai semuanya masuk. Aku benar-benar merasakan nikmat yang sulit dikatakan.

Perlahan-lahan dia mengeluarkan batang penisku sambil berkata, "Punya Kamu enak Son.., Tante suka," katanya, "Sekarang giliran Kamu yaahh..!" pintanya.
Kemudian dia berbaring di tempat tidur dan kakinya dikangkanginya lebar-lebar. Tante menyuruhku menjilat vaginanya yang kelihatan sudah basah. Baru pertama kali itu kulihat vagina secara langsung. Dengan agak ragu-ragu, kupegang bibir vaginanya.
"Jangan malu-malu..!" katanya.
Kugosok-gosok tanganku di bibir kemaluannya itu. Mmmhh.., dia mulai mengerang. Lama-lama klitorisnya mulai mengeras dan menebal.
"Kamu jilat dong..!" pintanya.
Kemudian aku menunduk dan mulai menjilati liang senggamanya yang sudah merah itu.
"Mmmhh.., enak juga.." kupikir.

Aku semakin bersemangat menjilati vagina tanteku sendiri. Sedang asyik-asyiknya aku menjilati liang senggama, tiba-tiba badan tanteku mengejang.
Desahannya semakin keras, "Aaahh.., aahh..!"
Lalu muncratlah air maninya dari lubang senggamanya banyak sekali. Langsung saja kutelan habis cairan itu. Mmmhh.., enak juga rasanya.
Kemudian dia bilang, "Ohh.., God.. bener-bener hebat Kamu Son.. lemes Tante.. nggak kuat lagi dech untuk berdiri.., ohh..!"

Lalu dengan perlahan kutarik kedua kakinya ke tepi ranjang, kubuka pahanya lebar-lebar dan kujatuhkan kakinya ke lantai. Vaginanya sekarang sudah terbuka agak lebar. Nampaknya dia masih terbayang-bayang atas peristiwa tadi dan belum sadar atas apa yang kulakukan sekarang padanya. Begitu tante sadar, batang kejantananku sudah menempel di bibir kemaluannya.
"Tante, Sony udah nggak tahan nich..!" kataku memohon.
Dia mengangguk lemas, lalu, "Ohh..!" dia hanya bisa menjerit tertahan.
Lalu selanjutnya aku tak tahu bagaimana cara memasukkan penisku ke dalam liang senggamanya. Lubangnya agak kecil dan rapat. Tiba-tiba kurasakan tangan tante memegang batang kejantananku dan membimbing senjataku ke liang kenikmatannya.

"Tekan disini Son..! Pelan-pelan yaa.., punya Kamu gede buanget sih..!" katanya sambil tersenyum.
Lalu dengan perlahan dia membantuku memasukkan penisku ke dalam lubang kemaluannya. Belum sampai setengah bagian yang masuk, dia sudah menjerit kesakitan.
"Aaa.., sakit.. oohh.., pelan-pelan Son, aduhh..!" tangan kirinya masih menggenggam batang kemaluanku, menahan laju masuknya agar tidak terlalu keras.
Sementara tangan kanannya meremas-remas rambutku. Aku merasakan batang kejantananku diurut-urut di dalam liang kenikmatannya. Aku berusaha untuk memasukkan lebih dalam lagi, tapi tangan tante membuat penisku susah untuk memasukkan lebih dalam lagi.

Aku menarik tangannya dari penisku, lalu kupegang erat-erat pinggulnya. Kemudian kudorong batang kejantananku masuk sedikit lagi.
"Aduhh.., sakitt.., ohh.. sshh.. aacchh.." kembali tante mengerang dan meronta.
Aku juga merasakan kenikmatan yang luar biasa, tak sabar lagi kupegang erat-erat pinggulnya supaya dia berhenti meronta, lalu kudorong sekuatnya batang kemaluanku ke dalam lagi. Kembali tante menjerit dan meronta dengan buasnya.
Aku berhenti sejenak, menunggu dia tenang dulu lalu, "Lho kok berhenti, ayo goyang lagi donk Son..," dia sudah bisa tersenyum sekarang.
Lalu aku menggoyang batang kejantananku keluar masuk di dalam liang kenikmatannya. Tante terus membimbingku dengan menggerakkan pinggulnya seirama dengan goyanganku.

Lama juga kami bertahan di posisi seperti itu. Kulihat dia hanya mendesis, sambil memejamkan mata. Tiba-tiba kurasakan bibir kemaluannya menjepit batang kejantananku dengan sangat kuat, tubuh tante mulai menggelinjang, nafasnya mulai tak karuan dan tangannya meremas-remas payudaranya sendiri.
"Ohh.., ohh.., Tante udah mo keluar nich.., sshh.. aahh.." goyangan pinggulnya sekarang sudah tidak beraturan, "Kamu masih lama nggak, Son..? Kita keluarin bareng-bareng aja yuk.. aahh..!"
Tidak menjawab, aku semakin mempercepat goyanganku.
"Aaahh.., Tante keluar Son..! Ohh ennaakk..!" dia mengelinjang dengan hebat, kurasakan cairan hangat keluar membasahi pahaku.

Aku semakin bersemangat menggenjot. Aku juga merasa bahwa aku juga akan keluar tidak lama lagi.
Dan akhirnya, "Ahh.., sshh.. ohh..!" kusemprotkan cairanku ke dalam liang kewanitaannya.
Lalu kucabut batang kejantananku dan terduduk di lantai.
"Kamu hebat..! Sudah lama Tante nggak pernah klimaks.., oohh..!" katanya girang.
"Ohh.., Sony cape.., Tante!" kataku sambil tersenyum kelelahan.

Kami tidak lama kemudian tertidur dalam posisi kaki tante melingkar di pinggangku sambil memeluk dan berciuman. Aku sudah tidak ingat jam berapa kami tertidur. Yang kutahu, ada yang membersihkan penisku dengan lap basah tapi hangat. Ternyata tante yang membersihkan batang kejantananku dan dia sudah terlihat bersih lagi. Setelah selesai membersihkan penisku, dia langsung menjilatinya lagi. Dengan tetap semangat, batang kejantananku dihisap dan dimasukkan ke dalam mulutnya. Yang ini terasa lebih dalam dan lebih enak, mungkin posisi mulut lebih cocok dibandingkan waktu aku berdiri.
Dengan cepat batang keperkasaanku menjadi keras lagi dan dia bilang, "Son, sekarang Kamu kerjain Tante dari belakang ya..!"

Dia kemudian membelakangiku, pantat serta vaginanya terlihat merekah dan basah, tapi bekas-bekas spermaku sudah tidak ada. Sebelum kumasukkan batang kejantananku, kujilat dulu bibir vaginanya dan lubang pantatnya. Tercium bau sabun di kedua lubangnya dan sangat bersih. Cairan dari liang senggamanya mulai membasahi bibir kemaluannya, ditambah dengan ludahku. Di ujung kemaluanku terlihat cairan menetes dari lubang kepala kejantananku. Kuarahkan batang kemaluanku ke lubang vaginanya dan menekan ke dalam dengan pelan-pelan sambil merasakan gesekan daging kami berdua. Suara becek terdengar dari batang kejantananku dan vaginanya, dan cukup lama aku memompanya dengan posisi ini.

Tante kemudian berdiri dan bersandar ke dinding di atas tempat tidur sambil membuka pahanya lebar-lebar. Satu dari kakinya diangkat ke atas. Dari bawah, kemaluannya terlihat sangat merah dan basah.
"Ayo masukin lagi sekarang, Son..!" pintanya tak sabar.
Aku dengan senang hati berdiri dan memasukkan batang kejantananku ke liang senggamanya. Dengan posisi ini, kumasuk-keluarkan batang kejantananku. Setiap kali aku mendorong batang penisku ke liang senggamanya, badan tante membentur dinding.
Sambil memelukku dan sambil berciuman, dia bilang, "Son, Tante mo keluar nich..!"
Kemudian kurasakan lubang senggamanya diperkecil dan memijat batang keperkasaanku dan bersamaan kami keluar dan orgasme. Aku masih bisa juga keluar, walaupun tadi sudah keluar dua kali. Dan yang kali ini sama enaknya.

Kami terus rebahan di kasur sambil berpelukan. Kepala tante di dadaku dan tangannya memainkan penisku yang masih basah oleh sperma dan cairan vaginanya. Dengan nakal tante menaruh jari-jarinya ke wajahku dan mengusap ke seluruh wajahku. Bau sperma dan vaginanya menempel di wajahku. Dia tertawa waktu aku pura-pura mau muntah. Untuk membalasnya, kuraba-raba vaginanya yang masih banyak sisa spermaku dan seluruh telapak tanganku basah oleh sperma dan cairan dia. Pelan-pelan kutaruh di wajahnya, dan wajahnya kuolesi dengan cairan itu. Dia tidak mengeluh tapi justru jari-jariku dijilat satu persatu.

Setelah jari dan tanganku bersih, dia mulai menjilati wajahku, semua bekas sperma dan cairannya dibersihkan dengan lidahnya.
Selesai dengan kerjaannya, dia bilang, "Son, sekarang giliran Kamu yaahh..!"
Wow, tidak disangka aku harus menjilat spermaku sendiri. Karena tidak punya pilihan, aku mulai menjilati cairan di wajahnya, dimulai dari bibirnya sambil kukulum keras-keras. Nafas tante terasa naik lagi dan tangannya mulai memainkan batang kejantananku. Tidak disangka kalau aku bisa juga membersihkan wajahnya dan menjilat spermaku sendiri.

Tanganku diarahkan ke liang senggamanya dan digosok-gosokkan ke klit-nya. Kami saling memegang kira-kira 30 menit. Terus kami berdua mandi untuk membersihkan badan kami.

Dijebak

Category : , 3

Sebut saja namaku Tasha. Agustus kemarin baru saja aku merayakan ulang tahunku yang ke 36. Sebuah perayaan ulang tahun yang sangat berkesan buatku.Sebagai ibu rumah tangga dengan suami yang luar biasa sibuk,aku sering merasa jenuh di rumah.Pergaulanku pun tidak terlalu luas. Aku bukan tipe wanita yang senang kumpul-kumpul,ke kafe,hura-hura dan sebagainya.Hiburanku paling hanya TV,telepon dan komputer.Aku sering chating untuk menghilangkan kejenuhanku.Dari chat itulah aku mulai mengenal yang namanya perselingkuhan.Kepulangan suamiku yang hanya empat-lima hari dalam sebulan jelas membuatku sepi akan kasih sayang.Dan tentunya sepi pelayanan.Tapi mungkin aku juga terpengaruh oleh teman-teman chatku.

Sebelum kenal chating,aku tidak begitu perduli dengan kesepian.Namun setelah banyak bergaul di chat,aku mulai merasa bahwa selama ini hasrat birahiku tak pernah terpenuhi.Ronny adalah pria pertama yang berselingkuh denganku.Usianya lima tahun lebih muda dariku dan sudah menikah. Tubuhnya cukup ideal dan aku puas setiap berkencan dengannya. Namun kami tidak bisa sering-sering karena istri Ronny bukan tipe wanita yang bisa dibohongi. Setelah Ronny aku pun semakin membuka diri dengan menggunakan nick chat yang bikin penasaran. Beberapa pria mulai sering mengisi kekosongan birahiku. Ada Ferry, manager sebuah perusahaan kontraktor berusia 30 tahun yang lihai memancing birahiku. Lalu ada Dhani yang seumuran denganku yang tidak pernah puas dengan pelayanan istrinya. Dan masih ada beberapa lagi.Aku mulai mengenal daun muda ketika berkenalan dengan Chris, mahasiswa salah satu PTS di Jakarta yang usianya lebih muda 15 tahun dariku. Waktu itu aku agak segan berkenalan dengannya karena usianya yang terpaut jauh sekali denganku. Namun Chris memberiku pengalaman lain. Suatu ketika dia datang ke rumahku saat rumahku sedang sepi. Dan dengan gairah mudanya yang menggelegak, Chris memberikan sensasi tersendiri padaku. Apalagi dengan aE~Mr. HappyaE? miliknya yang king size. That was great.Aku pun jadi tertarik dengan daun-daun muda yang bertebaran di chat room. Sampai akhirnya aku mengoleksi sekitar 20 daun muda dengan usia antara 17-25 tahun yang keep contact denganku. Memang baru 4 orang dari mereka yang sempat berkencan denganku, namun yang lainnya tetap aku kontak via telepon. Hingga akhirnya menjelang ulang tahunku Agustus kemarin aku punya rencana yang belum pernah aku lakukan sebelumnya. Aku mengontak 8 daun muda yang kupilih untuk merayakan ulang tahun bersamaku. Pilihan pertama jatuh pada Felix, siswa kelas 3 di salah satu SMU yang cukup terkenal di Jakarta Selatan.aEsHalo tante..aEt, sapanya ceria ketika aku menghubungi HP-nya.aEsYa sayang, Sabtu ini ada acara nggak?aEt, tanyaku tanpa basa-basi.aEsYa biasa tante, paginya sekolah duluaEt, jawabnya sedikit manja.aEsTapi sorenya free kan, tante ada acara nih..aEt, tanpa kesulitan Felix menyanggupi undanganku.

Selanjutnya Arga, mahasiswa salah satu PTS di Depok. Tanpa kesulitan pula Arga menyanggupi undanganku.Kemudian Frans, salah seorang instruktur di pusat kebugaran milik seorang binaragawan ternama di negeri ini. Frans juga menyanggupi. Aku senyum-senyum sendiri membayangkan tubuh Frans yang tegap berotot dan ukuran Mr. Happynya yang.. wow! Aku pernah sekali berkencan dengannya dan aku takjub dengan Mr. Happy miliknya yang panjangnya 3 kali Nokia 8850 milikku. Selanjutnya Dodi, siswa SMU di salah satu sekolah swasta yang cukup elit di bilangan Jakarta Selatan. Lalu Stanley, mahasiswa PTS ternama di daerah Grogol dengan sepupunya Jonathan yang juga kuliah di tempat yang sama. Lantas Rhino, gitaris di salah satu kafe di daerah Selatan. Dan terakhir tentu saja Chris, daun muda pertamaku.Hari yang kunantikan pun tiba, tepatnya sehari sebelum ulang tahunku.Pagi-pagi sekali aku menitipkan Juliet, anakku yang duduk di bangku SMP, ke rumah kakakku. Aku beralasan ada reuni SMA weekend ini. Setelah itu aku mampir ke salah satu bakery di bilangan Hayam Wuruk untuk mengambil kue ulang tahun pesananku. Kemudian aku langsung check in di suite room salah satu hotel berbintang di daerah Thamrin. Di kamar aku segera re-check daun-daun mudaku untuk memastikan kehadiran mereka. Semua beres, mereka akan hadir sekitar jam 5 sore.Sekarang baru jam 11 siang. Cukup lama juga sampai jam 5 sore nanti. Sambil tiduran di ranjang aku membayangkan apa yang akan terjadi nanti. Kok malah jadi horny. Aku mondar-mandir di kamar tak karuan. Untuk mengusir kejenuhan aku turun ke bawah, sekalian mencicipi makan siang di restoran hotel tersebut. Di salah satu meja, aku melihat 5 orang wanita seusiaku dan 1 orang pria yang wajahnya masih cute sekali. 

Mungkin masih kuliah atau sekolah. Mereka makan sambil ngobrol dan tertawa-tawa. Sama sekali tak menyadari kehadiranku,sampai akhirnya salah seorang dari wanita-wanita itu beradu pandang denganku. Dia memberitahu yang lain, dan si cute melambai ke arahku. Aku tersenyum dan membalas lambaiannya.Selesai makan, aku mendapat selembar memo dari salah seorang pelayan. Aku membaca isi pesannya, aEsDANIEL, 0856885--- PLZ CALL MEaEt. Aku tersenyum. Sampai di kamar, aku menghubungi nomor tersebut.aEsHalo..aEt terdengar ribut sekali di ujung sana.aEsHalo, Daniel?aEt tanyaku.aEsYa, siapa nih?aEt tanya si pemilik suara itu lagi.aEsAku dapet memo dari kamu..aEtaEsOhh.. iya, nama kamu siapa?aEt kami berkenalan, dan ternyata Daniel adalah si cute yang aku lihat di resto bersama 5 wanita tadi. Dan aku surprise sekali setelah mengetahui bahwa Daniel juga sedang merayakan ulang tahunnya hari ini. Dia juga surprise setelah kubilang bahwa aku juga akan merayakan ulang tahun di sini. Kemudian Daniel mengundangku untuk merayakan ulang tahun di kamar yang disewanya di bawah. Kebetulan! Sambil mengisi waktu nggak ada salahnya pemanasan dulu.Family room yang disewa Daniel penuh dengan balon aneka warna. Kelima wanita yang kulihat tadi ada di situ. Salah satunya adalah adik maminya Daniel, dan yang lain teman-temannya. Rupanya Daniel aE~dipeliharaaE? sebagai gigolo oleh kelima wanita tersebut.Candra, adik maminya Daniel adalah wanita pertama yang mengenalkan anak itu ke dalam dunia seks. Lalu ada Shinta dan Melly, teman kerja Candra, serta Yuni dan Liana, teman aerobik Candra.

Dan hari itu mereka berlima sepakat untuk merayakan ulang tahun Daniel di kamar tersebut sejak tadi malam. Tepat jam 12 tadi malam Daniel menirima suapan kue ulang tahun dari mulut wanita-wanita itu secara bergantian, dan jam 5 pagi tadi mereka baru selesai melepas birahi bersama.Acara kali ini semacam games, dimana Daniel dalam keadaan telanjang bulat diikat dengan mata tertutup atas ranjang dengan penis yang tegak. Kemudian secara acak kelima wanita itu memasukkan penis Daniel ke dalam vagina mereka, dan saat itu Daniel harus menebak, siapa yang sedang menindihnya. Kalau benar, Daniel diperbolehkan melepaskan ikatannya dan melepas birahinya dengan wanita yang tertebak. Tapi kalau salah, wanita tersebut akan menyodorkan vaginanya ke mulut Daniel, dan anak itu harus memuaskannya dengan lidahnya.Aku menyaksikan permainan yang seru itu di salah satu kursi di situ. Ramai sekali mereka bermain. Kadang aku senyum-senyum ketika Daniel salah menebak. Anak itu lihai sekali melakukan oral sex, sudah 3 wanita yang klimaks akibat permainan lidahnya. Aku menikmati permainan itu, yang ujung-ujungnya mereka kembali berpesta sex berenam. Candra mengajakku bergabung. Sebetulnya aku agak keberatan, karena aku belum pernah melakukan hubungan seks dengan melibatkan wanita lain. Namun aku ngiler juga melihat tubuh Daniel yang cukup oke itu, apalagi dengan penisnya yang wow!Lumayan juga buat pemanasan. Aku sempat dua kali klimaks di pesta mereka. Yang pertama dengan Daniel, dan yang kedua..ehm, saat oral sex dengan Liana. Jujur saja, awalnya aku agak jengah ketika merasakan kulit tubuhku bersentuhan dengan kulit wanita-wanita itu, apalagi saat menyentuh bagian-bagian sensitif.

Namun gairah birahi yang menyala-nyala dapat membuatku melupakan semua rasa risau tersebut. Akhirnya aku sangat menikmati juga bermain dengan wanita-wanita itu.Sayangnya menjelang jam 5 aku harus selesai lebih awal, kerena sebentar lagi orang-orang yang akan merayakan ulang tahunku akan datang. Padahal aku baru saja menikmati permainan mereka. Aku pun pamit, namun sebelum kembali ke kamar aku mengundang mereka ke kamarku untuk bergabung dengan pesta ulang tahunku nanti malam. Mereka setuju, terutama kelima wanita tersebut karena mendengar ada 8 daun muda yang kuundang untuk memuaskan hasratku.Masih kurang lima menit, aku menunggu sendirian di kamar yang luas tersebut. Frans yang pertama kali datang. Pria bertubuh tegap itu langsung mencium bibirku sambil mengucap happy birthday. Dengan gaya jantannya Frans bermaksud menggendong tubuhku seperti biasa, namun aku menahannya.aEsNtar Frans, tunggu yang lain..aEt, kataku.Wajah Frans terlihat bingung.Aku pun menjelaskan rencana ulang tahunku kepadanya. Pria itu tertawa terbahak-bahakaEsGila.. tante maniak banget ya, emang kuat?aEt, goda Frans.Aku tersenyum. Tak lama kemudian Chris datang. Anak itu terkejut mendapati ada pria lain di kamar itu. Aku pun kembali menjelaskan rencanaku kepadanya. Chris sampai geleng-geleng. Lalu Felix dan Dodi datang secara bersamaan dengan raut wajah keduanya yang sama-sama bingung. Chris dan Frans tertawa-tawa melihat kebingungan mereka. Kemudian Stanley dan Jonathan juga datang bersamaan, namun mereka tidak terlalu kaget karena aku sering bermain bertiga dengan mereka. Lalu Arga, dan terakhir Rhino.Lengkaplah sudah. Aku mengajak mereka ke sauna untuk mandi bersama. Aku melihat beberapa dari mereka agak risih. Mungkin mereka tidak terbiasa berada dalam satu ruangan dengan sesama pria dalam keadaan telanjang. Hanya Stanley, Jonathan, Frans dan Chris yang bisa menguasai keadaan. Yang lain masih terlihat agak nervous.

Selesai bersauna,aku mengeluarkan anggur yang kubawa dari rumah tadi. Anggur itu sudah kucampur dengan obat perangsang dan obat kuat konsentrasi tinggi. Aku jamin siapa pun yang meminumnya mudah sekali terangsang dan dapat bertahan lama. Aku memberikan mereka satu persatu. Kemudian kita ngobrol-ngobrol di atas ranjang sambil minum. Oya, semenjak dari sauna tadi, tak satu pun tubuh kami yang ditutupi pakaian. Kami sudah bertelanjang bulat.Kami terus ngobrol-ngobrol sambil aku menunggu reaksi obat tersebut. Sekitar setengah jam kemudian mereka mulai menunjukkan gejala-gejala terangsang. Beberapa bahkan penisnya mulai mengeras. Aku mencoba membakar gairah mereka dengan menjamahi tubuhku sendiri. Sambil minum kuusap-usapkan tanganku ke seluruh tubuh, kumainkan payudaraku, dan kuusapi permukaan vaginaku. Aku tertawa dalam hati. Dari tingkah laku dan ekspresinya, jelas sekali kalau birahi mereka sudah naik ke kepala. Namun tak ada yang berani memulai, sampai Chris yang duduk di dekat kakiku memberanikan diri menyentuhku.Frans ikut-ikutan menjamah tubuhku, disambung Felix, dan akhirnya semua bergumul menyentuhku. Ah great! The party has just begun.Aku asyik berciuman dengan Frans dengan panuh nafsu, sementara Arga dan Dodi menjilati kedua payudaraku. Tangan kiriku asyik mengocok penis Felix sedangkan yang kanan dengan lincah memuaskan Chris. Lidah Jonathan menari lincah di perutku, memberikan sensasi kenikmatan tersendiri.

Sementara Stanley dan Rhino melengkapi kenikmatan dengan menjelajahi daerah di bawah perut dengan lidah dan jari-jari mereka. Ahh.. baru kali ini aku merasakan gejolak yang luar biasa. Setiap jengkal tubuhku rasanya dimanja dengan sentuhan mereka. Kami pun bertukar-tukar posisi.Hampir dua jam kami melakukan fore-play tersebut. Chris yang pertama berhasrat menembus lubang vaginaku. Sambil bersandar di dada Frans yang bidang, sementara Stanley dan Felix asyik mencumbui tubuhku yang terawat, aku menerima kenikmatan yang diberikan Chris. Ahh.. anak itu hebat sekali memainkan temponya. Penisnya yang memang berukuran besar terasa memenuhi vaginaku. Setelah Chris, gantian Jonathan yang menghujamkan penisnya yang bertindik mutiara itu ke dalam vaginaku.aEsAhh.. ahh.. terus Jo.. aaahhh..aEt, aku mulai mendesah merasakan bola mutiara itu memijit-mijit dinding vaginaku.Uhh.. nikmat sekali. Daun mudaku yang satu ini memang kreatif sekali mendandani penisnya. Suatu kali saat aku berkencan dengannya, Jonathan memasang sepuluh anting-anting kecil yang terbuat dari silikon di sekeliling leher penisnya.Hasilnya..wow, aku mengalami multi orgasme hingga 17 kali berturut-turut. Saat itu hampir aku kehabisan nafas.Seperti biasa saat aku main dengan Jonathan, Stanley kumat gilanya. Penis Jonathan yang berdiameter 5 cm itu sudah hampir memenuhi vaginaku, Stanley menambahnya dengan menghujamkan penisnya yang berukuran kurang lebih sama dengan Jonathan ke dalam vaginaku. Akkhhh.. nikmatnya! Aku sampai menggigit tangan Felix yang sedang memelukku.aEsAhh.. ahh.. ooohhh..aEt, birahiku semakin memuncak. 

Saat itu Rhino langsung menyumpal mulutku dengan penisnya yang belum disunat itu. Mmm.. nikmat sekali.Aku mengulum dan memainkan ujung penis Rhino yang kenyal. I like this.. aku menggigitinya seperti permen karet. Anak itu mengerang keasyikan. Aku merasa birahiku semakin memuncak. Dan..ahhh, aku pun mencapai orgasmeku. Jonathan dan Stanley mencabut penis mereka pelan-pelan. Kemudian gantian Stanley yang memasukkan penisnya yang basah itu ke dalam mulutku.Di bawah, Frans kembali bergumul dengan vaginaku. Lidahnya lincah menari-nari membangkitkan kembali gairahku hingga birahiku kembali naik. Lantas dituntaskannya dengan penis supernya tersebut. Ahhh.. nikmatnya. Kami terus berpesta, bergumul dan berganti-ganti posisi. Tanpa terasa malam hampir mencapai pukul 12. Artinya sebentar lagi hari ulang tahunku akan tiba. Saat itu segenap kepuasan telah menyelimuti kami dari pesta sejak sore tadi. Tubuh-tubuh macho itu tergeletak melepas ketegangannya di tengah-tengah tubuhku, sambil kami bercumbu-cumbu kecil.Akhirnya alarm handphoneku yang sengaja kupasang, berbunyi. Now it's the time!Tepat jam 12 aku mengeluarkan kue ulang tahun yang kubeli tadi siang dari dalam lemari es,kuletakkan di atas meja.

Kedelapan daun mudaku berdiri mengelilingi meja tersebut. Acara potong kue pun dimulai. Potongan pertama kuletakkan di atas cawan, kemudian kuberikan pada Chris yang berdiri di sebelahku. Kusuapkan sepotong ke mulutnya dengan mulutku. Kemudian potongan kedua kuberikan pada Frans dengan cara yang sama. Lalu berturut-turut Stanley, Jonathan, Arga, Dodi, Rhino dan terakhir Felix.Kami pun berpesta dengan kue itu dan tentunya beberapa botol anggur yang telah kuberi obat perangsang tadi. Selesai makan, atas ide Frans aku diminta berbaring di atas meja, kemudian tubuhku dibaluri sisa krim dari kue dan sedikit disirami anggur. Kemudian dengan buas, kedelapan daun mudaku melumat tubuhku dengan lidah mereka. Ahh.. nikmat sekali rasanya. Aku merasa seperti ratu yang dimanja gundik-gundiknya.Mereka tak hanya menjilati, tapi juga mencumbui seluruh permukaan kulitku. Sshh.. oohhh.. Felix memang pintar sekali menjelajahi payudaraku. Anak itu berduet dengan Arga melumat payudara dan puting susuku. Frans, Rhino dan Chris asyik berebutan mengeroyok vagina dan pantatku. Uhhh.. rasanya vaginaku ingin meleleh dibuatnya.Sudah 8 kali aku orgasme dengan permainan ini, namun mereka terus asyik melumat tubuhku tanpa henti. Gila, obat perangsang pemberian salah seorang temanku itu memang top banget.aEsSshhh.. ooohhh..aEt, untuk yang ke-9 kalinya aku mencapai orgasme.Karena tak tahan aku pun bangkit. Tubuhku sudah basah oleh air liur mereka. Aku melirik ke jam di handphoneku. 00:57. Sebentar lagi Daniel dan tante-tantenya akan kemari.aEsSebentar ya sayang..aEt, aku menyingkir sedikit dari daun-daun mudaku untuk mengirim SMS ke Daniel.Tak lama kemudian anak itu membalas. Yup, confirm! Mereka sedang di lift dan sebentar lagi akan tiba.aEsOk sayang.. kalian semua betul-betul hebat. Tante senang sekali merayakan pesta ulang tahun seperti ini. Nah.. sebagai imbalan, tante punya surprise buat kalian semua..aEt, cetusku sambil senyum-senyum.

Kedelapan pria itu saling berpandangan dengan bingung.aEsWah, surprise apalagi nih tante?aEt, tanya Chris.Aku mengecup bibir anak itu.aEsLiat aja bentar lagiaEt, jawabku.Baru saja aku meyelesaikan kalimatku, pintu kamar berbunyi. Aku segera memakai kimono dan menghampiri pintu.aEsHappy birthday Tasha..aEtDaniel dan tante-tantenya berteriak ribut mengejutkan semua pria yang ada di dalam kamarku. Aku mempersilakan masuk dan mengenalkan mereka. Melihat kedelapan daun mudaku yang tanpa busana, kelima wanita itu langsung menanggalkan pakaian mereka tanpa basa-basi.aEsOke semua, this is the real party.. Enjoy it!aEt, seruku pada mereka.Bagai pasukan yang dikomando, mereka langsung mencari pasangan dan memilih tempat masing-masing untuk melepas birahinya. Aku menghampiri Daniel yang masih berpakaian lengkap.aEsSayang.. sekarang saatnya kita berduaan. Biar saja mereka berpesta, tante ingin menikmati tubuh kamu sendirian.. mmm.. mmm..aEt, desahku seraya mencium bibir Daniel.Pria macho itu langsung menggendong tubuhku dan membawaku ke bathroom. Daniel mendudukkanku di atas meja wastafel, dan kami pun melanjutkan ciuman kami. Tanganku lincah melucuti kemeja yang membungkus tubuh Daniel. Anak itu juga melepas kimono yang kupakai. My God! Untuk kesekian kali aku mengagumi tubuh kekar Daniel yang putih itu. Aku mendekap tubuhnya hingga dadanya menempel ketat di payudaraku. Ssshh.. hangat sekali. Daniel menciumi leher dan bahuku habis-habisan. Gairahku kembali naik.

Dengan lembut Daniel mendorong tubuhku hingga setengah berbaring di atas wastafel tersebut. Kemudian dengan liar anak itu menjelajahi tubuhku dengan lidahnya. Ahhh.. dia pintar sekali mencumbui puting susuku. Sementara sebelah tangannya mengusap-usap permukaan kemaluanku. Kedua tanganku sampai meremas rambut Daniel untuk menahan kenikmatanku. Daniel membasahi jari-jarinya dengan lidahnya, kemudian dimasukannya jari tengahnya yang kekar itu ke dalam lubang vaginaku.aEsSshhh.. ooohhh..aEt, aku mendesah merasakan kenikmatan itu.Daniel melirik ke wajahku yang sedang berekspresi seperti orang ketagihan. Bibir, lidah dan giginya tak henti-henti mencumbui puting susuku. Daniel memang lihai sekali memainkan tempo. Tak sampai lima belas menit, jari-jari Daniel berhasil membuatku klimaks. Aku memeluk dan mencium anak itu.Kemudian gantian aku yang turun ke bawah untuk menikmati penisnya yang aduhai itu. Gila, masih lemesnya aja segini, gimana udah tegang nanti. Penis Daniel yang tidak disunat itu terlihat lucu dengan daging lebih di ujungnya. Dengan lincah aku menjilati sekeliling penis anak itu. Daniel meremas rambutku dengan penuh nafsu. Lidahku mulai menjelajahi batang penisnya yang besar itu. Uhhh.. gila besar sekali. Sampai pegel lidahku menjilatinya. Sesekali Daniel menggesek-gesekkan batang penisnya itu ke mulutku dengan geMas. Aku semakin liar saja melumatnya. Pelan-pelan aku mulai melahap penis Daniel. Mmm.. mmm.. enak sekali. Aku mengulum ujung penis Daniel yang kenyal, dan menarik-nariknya seperti permen karet. Anak itu sempat bergidik menahan nikmat. 

Sambil mengulum ujungnya, kedua tanganku memainkan batang penisnya yang sudah basah oleh air liurku itu. Lidahku semakin lincah dan liar.Akhirnya penis Daniel mencapai ukuran klimaksnya. Dan.. wow betul-betul fantastis. Aku mengukurnya dengan jariku. Gila, nyaris dua jengkal tanganku. Kayaknya tadi waktu party bareng tante-tantenya nggak segede ini. Makan apa sih ni anak. Penis Daniel sudah keras,kepalanya sudah menyembul dari balik kulitnya dan urat-urat yang perkasa mulai menghiasi sekeliling batang penisnya. Daniel mengusap-usapkan penisnya ke sekujur wajahku. Ahhh.. nikmat sekali. Sebentar lagi aku akan merasakan kejantanannya.Sambil berpegangan di wastafel, aku siap dengan posisi nungging. Perlahan-lahan Daniel menyelipkan batang penis jumbonya itu ke dalam liang vaginaku. Aahhh.. aku merasa seperti seorang perawan yang baru menikmati malam pertama. Penis Daniel terasa sulit menembus vaginaku. Pelan-pelan Daniel menusukkan semakin dalam, dan.. akhirnya penis Daniel amblas ke dalam vaginaku. Uhhh.. rasanya ketat sekali di dalam.aEsShh.. tante.. lubangnya sempit banget sih.. enak banget nih..ahhh..aEt, Daniel mendesah ditelingaku.

Pelan-pelan Daniel mulai memaju-mundurkan penisnya. Ohh..ohhh..ooohhh.. nikmat sekali. Sementara kedua tangannya yang kekar meremas payudaraku.aEsAahhh.. ahh.. Daniel.. aahhh.. enak sekali sayang.. aahhh..aEt, Aku merasakan tubuhku akan meledak menahan rasa nikmat yang luar biasa.Baru kali ini aku merasa seperti ini. Dan tak lama kemudian aku pun mencapai klimaks. Ahhh.. Daniel mencabut batang penisnya dari vaginaku. Gila, anak itu masih cool aja. Masih dalam posisi berdiri, aku memeluk tubuh kekarnya, sambil menciumi dadanya yang bidang.aEsGila, kamu hebat sayang.. mmmhhh..aEt, desahku seraya melumat bibirnya.Daniel lalu menggendong tubuhku dan dia mulai melumat payudara dan puting susuku. Ahhh.. asyik sekali.aEsTante.. aku mau sambil berdiri ya..aEt, desahnya.Aku mengangguk. Tanpa kesulitan Daniel kembali meyelipkan batang penisnya yang masih keras ke dalam vaginaku yang sudah becek. Oohhh.. kami bermain dengan posisi berdiri. Berat badanku membuat penis Daniel menancap semakin dalam. Nikmat sekali rasanya.Entah berapa kali aku dan Daniel saling melepas nafsu di kamar mandi itu. Tubuhku sampai lemas karena terlalu sering orgasme. Daniel yang masih stay cool duduk di atas toilet, sementara aku duduk di pangkuannya sambil merebahkan tubuhku di dadanya yang bidang.aEsHhh.. kamu gila sayang, hebat banget sih..aEt, cetusku sambil mencubit hidung Daniel.Anak itu tersenyum sambil mengusap rambutku.aEsTante juga hebat.. gila tadi tante party sama cowo-cowo itu ya?aEt, tanya Daniel sedikit takjub.Aku mengangguk manja. Anak itu sampai geleng-geleng.aEsKamu juga sering kan party bareng tante-tantemu itu? Hayo ngaku..aEt, celetukku dengan nada bercanda.Daniel tertawa. Sambil melepas lelah aku berbagi cerita dengan Daniel. Aku sampai geleng-geleng mendengar ceritanya. Di usianya yang masih semuda itu ternyata pengalaman seksualnya jauh lebih banyak dari padaku.

Dengan segala kelebihan fisik yang dimilikinya, anak itu seringkali menyelesaikan persoalan dengan rayuan dan pesona bercintanya. Mulai dari teman sekelasnya yang rela membuatkan PR-nya dan Daniel membayarnya dengan memberi kenikmatan birahi pada si cewe itu. Kemudian tantenya yang kepergok berselingkuh di salah satu restoran, juga merelakan tubuhnya dipuaskan Daniel sebagai imbalan tutup mulut. Bahkan sampai wali kelasnya yang menurutnya memang cantik itu, rela membubuhkan nilai 9 di raport Daniel dengan imbalan pelayanan birahi yang memuaskan dari anak itu.aEsTante, kita keluar yuk, kayaknya pada berisik banget deh..aEt, ajak Daniel tiba-tibaAku mengangguk setuju. Sejak tadi memang di luar kamar mandi tersebut berisik sekali. Suara lenguhan, desahan sampai jeritan manja sayup-sayup terdengar saat aku berpacu nafsu dengan Daniel di kamar mandi tadi.Betapa terkejutnya aku ketika keluar dari kamar mandi melihat pemandangan yang selama ini hanya dapat aku nikmati lewat blue film. Para daun mudaku tersebar di berbagai sudut asyik berbagi kenikmatan dengan tante-tantenya DanielJonathan dan Stanley yang selalu kompak asyik memuaskan Shinta di salah satu sofa. Arga, Rhino dan Dodi juga sibuk menggumuli Melly, yang paling cantik dan seksi di antara wanita-wanita itu. Sementara Candra bagai seorang ratu tergolek di atas ranjang, sementara Chris dan Felix dengan buas menggeluti tubuhnya yang memang mulus. Si macho-ku Frans rupanya yang jadi favorit sampai Yuni dan Liana berebut menikmati Mr. King-nya. Aku geleng-geleng melihatnya seraya memeluk tubuh Daniel yang ada di sebelahku. Inikah yang namanya orgy? Betul-betul gila. Aku tak menyangka kalau pesta ulang tahunku menjadi sefantastis ini.Aku dan Daniel pun bergabung dengan mereka. Entah berapa jam lamanya aku larut dalam pesta gila itu,kami berganti-ganti pasangan seenaknya.

Entah sudah berapa kali kami orgasme. Namun khasiat obat perangsang yang kubawa itu memang luar biasa. Stamina kami seperti tak ada habis-habisnya.Pesta gila itu akhirnya terhenti oleh Candra yang punya ide untuk bikin games. Wanita itu ingin membuat game seperti yang dilakukannya pada Daniel sore tadi sebagai hadiah ulang tahunku. Tentu saja aku setuju. Dengan posisi nungging, aku berlutut di atas ranjang. Kepalaku rebah di atas bantal,mataku tertutup, sementara kedua tanganku diikat. Kedua pahaku kubuka lebar-lebar. Permainan pun dimulai. Pria-pria yang ada di situ secara acak akan memasukkan batang penisnya ke dalam vaginaku. Jika aku bisa menebak siapa yang sedang beraksi,aku boleh melepas ikatanku dan melapas hasratku dengan pria tersebut. Namun jika aku salah menebak, aku harus mengulum penis pria tersebut sampai dia orgasme.Suasanya sunyi senyap. Penis pertama mulai menyusup perlahan ke dalam lubang vaginaku.Aku berharap penisnya Jonathan, karena mudah sekali mengenalinya. Perlahan penis itu terus masuk ke dalam liang vaginaku. Ups.. tidak ada aksesoris apa-apa. Berarti bukan Jonathan. Siapa ya? Aku jadi penasaran.Penis itu sudah amblas seluruhnya kedalam vaginaku. Ughh.. nikmatnya. Tapi siapa ya? Aku melakukan kegel untuk memancing desahan pria itu. Sial, nggak bersuara. Yang ada malah suara Shinta, Melly, Candra, Yuni dan Liana yang berah-uh-ah-uh mengacaukanku. Ah.. aku betul-betul bingung.aEsStanley?aEt tebakku.Wanita-wanita itu cekikikan. Sang pria sama sekali tak bersuara. 

Tiba-tiba tubuh pria tersebut menunduk hingga aku bisa merasakan dengusan nafasnya. Dibukanya tutup mataku.aEsAww.. Chris!aEt, teriakku.Gimana aku nggak bisa ngenalin sih. Dasar. Mereka semua tertawa. Sebagai konsekuensi, aku harus mengulum penisnya sampai anak itu orgasme. Permainan terus berlanjut. Berkali-kali aku gagal. Mungkin ada sekitar 7 kali aku tidak bisa menebak. Padahal kadang salah seorang dari mereka beraksi lebih dari satu kali. Tapi aku tetap tidak mengenali. Sialnya Jonathan malah melepas aksesoris yang menjadi ciri khasnya. Huh.. Tapi aku senang. Bukan Tasha namaku kalau tidak mengenali penis si macho, Frans. Aku langsung menjerit keasyikan begitu tahu tebakanku tepat. Dengan cool Frans melepaskan ikatanku dan kami melepas birahi dengan ditonton oleh yang lain. Setelah orgasme, permainan dilanjutkan.Berikutnya ketebak lagi. Gimana nggak, siapa lagi yang penisnya bisa membuatku merasa seperti perawan. Ughhh.. nikmat sekali saat penis super besar itu amblas di dalam vaginaku. Aku yang memang sudah bisa menebak mencoba mengulur waktu sebentar. Nikmat sekali penis ini. Aku melakukan kegel berkali-kali, hingga tiba-tiba penis itu memuntahkan spermanya yang kental di dalam vaginaku. Si pemilik penis mengerang menahan nikmat. Aku bisa mendengar suara gumaman heran orang-orang yang ada di situ.aEsGotcha Daniel!aEt, seruku sambil tersenyum penuh kemenangan.Yang lain berteriak heboh. Daniel pun langsung membuka tutup mata dan tali yang mengikatku.aEsTante curang ih..aEt, rajuknya manja.Aku tertawa dan memeluk tubuh anak itu. Kami pun bercumbu sambil disaksikan yang lain. Tak butuh waktu lama untuk mengembalikan birahi Daniel setelah aku aE~mencuriaE? spermanya tadi. Dengan gayanya yang buas, Daniel membuat kami orgasme bersama.Permainan itu berlangsung sampai menjelang pagi. Setelah semua selesai, Daniel dan tante-tantenya pamit untuk kembali ke kamarnya.

Sementara aku juga mau istirahat. Kami pun tertidur pulas sekali. Lewat jam dua belas kami baru bangun. Satu persatu daun mudaku pamit pulang, hingga akhirnya aku sendirian di kamar yang besar itu.Sambil berdiri di pintu, aku menyaksikan pemandangan kamar yang berantakan. Botol-botol minuman berserakan di mana-mana, begitu juga krim-krim bekas kue. Posisi kursi, meja dan sofa sudah nggak jelas, ranjang apalagi sudah mawut-mawutan. Tapi aku merasa puas sekali. Betul-betul pesta ulang tahun yang berkesan. Dan yang lebih berkesan lagi aku dapat daun muda baru, Daniel.Sejak kejadian itu, aku menjadi akrab dengan Daniel dan juga tante-tantenya. Aku jadi bersahabat karib dengan Candra. Dan dari mereka juga aku mulai mengenal kehidupan malam. Petualangan sex-ku pun makin beragam. Aku mulai sering ikut acara-acara gila yang diadakan Candra dan teman-temannya.Februari kemarin, aku bercerai dengan suamiku. Toh aku pikir ada atau nggak ada suami sama saja. Dia jarang sekali di rumah.Hak asuh Juliet pun kuserahkan dengan ikhlas pada suamiku. Dan kini aku semakin bebas tanpa adanya suami dan anak. Aku bisa keluar rumah sesukaku dan ikut acara-acara gilanya Candra. Bahkan tak jarang aku menjadi tuan rumah untuk acara-acara tersebut, karena rumah peninggalan suamiku ini memang besar sekali. Aku pun juga bebas mengundang daun-daun mudaku ke rumah untuk memuaskanku kapan saja aku mau.

Diberdayakan oleh Blogger.
Feed facebook twitter friendfeed G+ Submit